🍁 26 [Go Home]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Aaron mengusak wajah dengan kasar di bangku khusus penunggu pasien operasi. Di sebelahnya ada Aiden yang terus menunduk dengan tangan terkepal erat di pahanya. Hendery sedang mengurus administrasi sedangkan Fredd juga menunduk di ujung kursi.

"Tuan, semua administrasinya telah diurus."

Ucapan Aiden tidak dihiraukan oleh Aaron, pikirannya hanya tentang Ellena. Bayangan saat dia menemukan Ellena yang nyaris tidak sadarkan diri cukup membuatnya terkejut. Dengan segera dia membebaskan Ellena dan membaringkannya di lantai berkeramik berdebu tersebut.

"Ellena! Ellena! Kamu bisa mendengarku?"

Berulang kali dia terus mengatakan kalimat tersebut untuk memastikan sang kekasih masih dalam kondisi sadar. Hendery yang mendengar teriakannya langsung menuju rumah satunya untuk memanggil yang lain.

Aaron ingat kalau matanya terus melihat sekujur tubuh Ellena yang dibaringkan, semakin terkejut saat luka di perut wanita. Aaron bukanlah seorang dokter, tidak juga ingin mengetahui bagaimana cara menjadi seorang dokter. Tetapi  berkat ayah angkatnya, dia sedikit tahu mengurus korban terluka.

Dengan sigap, dia mengoyak sudut bajunya dan mengambil sapu tangan dari saku untuk menutup luka tusuk tersebut, kepalanya menoleh ke belakang dan tidak menemukan siapapun dan kembali melihat Ellena yang terlihat merenggang nyawa di depan matanya saat itu.

"Tuan!"

Begitu Aiden datang, Fredd dan Hendery mengangkat tubuh penuh bercak merah itu dengan tangan Aaron yang masih berusaha menyangga lukanya. Mobil Louis yang terparkir di depan lokasi atas perintah Hendery dipakai untuk ke rumah sakit terdekat.

"Louis, cepat! Dia mengalami pendarahan!"

Aaron ingat intonasinya yang langsung naik ketika merasa kendaraan beroda empat itu melaju lebih lambat dari dugaannya. Lima menit kemudian, Ellena langsung masuk rumah sakit dan tidak perlu menunggu berjam-jam kemudian, wanita tersebut perlu untuk dioperasi secepatnya.

Butuh waktu tiga jam untuk mematikan lampu pada plat "Operating Room" yang tadinya hijau menjadi redup. Selama itu juga Aaron tidak berniat meninggalkan ruang operasi sedetikpun, Hendery berinisiatif mengambil baju ganti untuk atasannya. Walaupun belum tersentuh sama sekali oleh pemilik baju. Aiden sedang menelepon Tuan Besar Johnson tentang kejadian hari ini.

"Kondisi pasien normal. Luka tusuk tidak dalam namun kuatnya pisau menusuk dan dikeluarkan membuat pasien kekurangan darah. Apakah dia baru saja diculik, Pak?"

Aaron menghembuskan npas lega saat mendapati kabar baik dari dokter bedah yang mengatasi kondisi Ellena. Dia tidak tahu seberapa dalam pisau tersebut menembus kulit ataupun organ sang kekasih. Tetapi dia melihat kalau darah perlahan-lahan secara konstan terus mengucur.

"Seperti yang dokter katakan." jawab Aiden dengan singkat.

"Pasien akan kami pindahkan ke ruang inap biasa, bekas jahit akan kami lepas jika pasien berangsur membaik."

"Dokter, berapa lama?"

Sang dokter yang memakai pakaian simpel berwarna hijau khas baju operasi hanya tersenyum tipis, "Jika tidak ada yang menghambat proses penyembuhan, biasanya memakan waktu sampai dua minggu ke depan. Untuk ruang inapnya silakan melakukan administrasi terlebih dahulu." Lalu tenaga medis tersebut segera meninggalkan tempat.

"Tuan, apa tidak masalah membiarkan Nona muda berada di sini?" bisik Hendery yang membuyarkan pikiran Aaron yang masih mengarah pada Ellena yang masih dibersihkan di dalam operating room.

"Tuan, Tuan Besar Johnson meminta Anda untuk membawanya kembali ke Manhattan hari ini. Tuan Besar akan mengirim helikopter setelah Anda berbicara dengan pihak rumah sakit." Aiden datang dengan ponsel yang telah dimasukkan ke dalam kantung celananya. Tidak ada dari mereka yang berpenampilan baik-baik saja.

Aaron menghembuskan napasnya, dia pernah bertemu dengan kakek Ellena tersebut, hanya sekali. Saat menghadiri acara pemakaman ayah angkatnya, hanya saat itu saja, selebihnya dia lebih sering bertemu dengan cucunya. "Katakan pada Fredd, dia boleh kembali bekerja. Pintalah padanya untuk jujur dan sekarang lorong tersebut harus segera ditutup. Kamu jaga Ellena sementara," kata Aaron yang melenggang pergi untuk mengurus administrasi sedangkan Aiden mengikuti dari belakang.

Hendery melaksanakan perintah tuannya, lima belas menit kemudian, bangsal rumah sakit yang menjadi tempat perbaringan Ellena keluar dari ruang tersebut. Sekretaris tersebut segera mengikuti kemana Ellena akan diletakkan, dia sudah memesan layanan kamar VIP sesuai permintaan Aaron. Aiden juga setuju dengan hal tersebut.

"Kita tidak bisa membawanya pulang sekarang, setidaknya sampai besok," ucap Aaron sambil tersenyum kepada perawat yang sedang berjaga di depan mereka.

"Tapi, Tuan Besar Johnson sangat ingin Nona Muda dipindahkan ke rumah sakit andalannya, Tuan."

Aaron mengabaikan kalimat tersebut, "Suster, apa ada fasilitas helikopter bisa mendarat di atas rumah sakit ini?"

"Bisa, Tuan. Anda ingin memindah pasien ke rumah sakit lainnya?"

Aaron hanya tersenyum dan menggeleng, tak lupa mengucapkan terima kasih dan berbalik menghadap Hendery, "Bisa kamu sambungkan dengan Tuan Besar? Aku harus bicara dengannya."

Hendery langsung mengoper ponsel yang telah tersambung pada majikannya.

"Ada apa? Helikopter sudah bisa berangkat sekarang."

"Maaf, Tuan Besar. Ini Aaron, saya hanya menyampaikan kalau Ellena tidak bisa dibawa pulang hari ini," ucap Aaron dengan tegas.

Pihak di seberang sana memilih untuk tertawa, "Kamu bisa berbicara santai denganku, Aaron. Panggil aku 'Grandpa' seperti Ellena. Tak kusangka kamu bisa berpacaran dengan cucuku."

"Maaf telah lalai menjaganya, Grandpa."

"Bukan masalah besar. Grandpa sudah mendengarnya dari Aiden, anak itu memang sedikit keras kepala kalau menginginkan sesuatu." balas Johnson yang tengah duduk di depan meja makan yang tersaji berbagai menu.

Aaron hanya terdiam sesaat sebelum kembali bersuara, "Grandpa, luka tusuk Ellena sudah dijahit dan dipindahkan ke ruang VIP. Bisakah Ellena beristirahat di sini hari ini? Dia baru saja dioperasi perlu banyak cairan dan kehati-hatian dalam menjaganya. Aku takut jika sekarang membawanya pulang sekalipun dengan helikopter, akan membuat jahitannya terlepas atau mengalami resiko lainnya."

Keheningan meliputi mereka berdua, merasa kalau sang kakek dari kekasihnya tidak akan bersuara dia kembali menimpal, "Aku akan menjaganya hari ini, Tuan. Kalau semuanya baik-baik saja, besok aku akan membawanya pulang. Dokter mengatakan kalau lukanya nyaris masuk dalam namun masih bisa ditangani."

Terdengar suara hembusan napas di sana, "Baiklah. Kalau kamu mengatakannya seperti itu. Kamu juga harus istirahat."

"Baik, Grandpa. Terima kasih." Aaron memutuskan panggilan tersebut dan kembali berhadapan dengan suster yang sama. "Bisakah pasien atas nama Ellena Artemis dibawa pulang besok? Helikopter dari keluarganya akan datang menjemput. Pihak keluarganya lebih memilih diurus oleh dokter pribadi mereka."

Tidak masalah sesekali berbohong, kan?

"Kami akan memantau kondisinya, Tuan. Kalau dalam dua puluh empat jam ini tidak ada situasi buruk, kami akan memberi izin."

Aaron mengucapkan terima kasih dan mendengar kalau Ellena telah dipindahkan ke ruang inap biasa dari Aiden. Aaron segera ke kamar yang diberitahu oleh Hendery dan segera masuk ke dalam ruangan tersebut.

Tubuh lemah tersebut dibaringkan dengan selang infus yang terpasang di jari. Hendery memberi jalan untuk sang tuan mendekat ke tubuh ringkih itu. Aaron duduk, menggapai tangan dingin terpasang selang dengan hati-hati.

"Maaf, sayang. Aku lagi-lagi gagal menjagamu." lirih Aaron dan mengecup beberapa kali tangan tersebut, matanya melihat Ellena yang tampak tertidur lelap, tangannya terjulur mengelus rambut Ellena.

Kamu tidak pantas denganku yang hanya bisa menyakitimu, sayang. Mari berpisah setelah kita pulang.

02.45 a.m
Manhattan, New York

Dalam sebuah ruangan petak yang hanya berisi sebuah meja panjang berbentuk persegi panjang dengan dua kursi diletakkan di kedua sisi terpanjang yang tengah diduduki oleh dua orang berbeda pakaian.

"Kamu yakin kamu menjalankannya dengan baik?" tanya seorang pria bertopi fedora dengan masker hitam menutupi wajahnya. "Tidak ada jejak ketinggalan?" tanyanya lagi.

"Yakin sekali. Sesuai dengan perintah Anda dan sebentar lagi akan banyak berita yang meliput. Tunggu saja." jawab seorang pria yang lebih muda terdengar santai. "Aku sudah menjalankannya, sekarang dimana bayaranku?"

"Aku meletaknya di belakang bagasi mobilmu. Silakan kamu periksa." jawab pria yang lebih tua dengan decihan kesal di ujung kalimatnya.

Yang lebih muda hendak berdiri meninggalkan lokasi, terlalu pengap berada di sini berdua dengan pria tua, lehernya terasa tercekik.

"Jangan menyakitinya. Dia adalah permata berharga ...," ucapan dari pria berfedora itu terdengar menghentikan langkah kaki berlapis pentofel, yang lebih tua menyeringai, "Kamu paham, kan?"

Tidak ada jawaban, yang lebih muda hanya berlalu sampai terdengar debuman pintu ditutup dengan keras menimbulkan suara tawa dari orang yang ditinggal di dalam sana.

Gyan ....

To Be Continue

Haiii, good nite.

Maaf terlambat update, aku keseruan dengan tugas jadi lupa kalau ada utang di sini.

Yang penting, sudah lunas. Hari ini adalah hari terakhir aku update dalam bulan ini. Mari bertemu bulan depan.

See ya ^^

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro