30 •• Penting

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SELAMAT MEMBACA
SCARLDO :
30 •• Penting

Orang itu memang penting bagi Rey, bahkan hal itu sangat jelas dari cara lelaki itu memperlakukannya, benar-benar berbeda.

***

BEBERAPA menit kemudian Rey keluar dari ruang ganti. Ia berjalan hendak mengambil tasnya, akan tetapi ia menemukan Zee tengah tertidur di salah satu kursi di sana. Menatap wajah gadis itu yang tertidur pulas membuat Rey entah kenapa merasa senang.

Lelaki itu menaruh tas yang baru saja ia ambil ke lantai, lalu berjalan mendekati Zee. Rey mengeluarkan ponselnya dan memotret wajah gadis itu. Setelah puas memotret Zee, lelaki itu pun memasukkan ponselnya ke dalam saku, lalu menepuk pipi gadis itu pelan.

"Bangun woi," ujarnya.

Mata Zee pun perlahan-lahan terbuka. Gadis itu mengerjap-ngerjapkan matanya sebelum akhirnya ia tersadar, "eh, gue ketiduran ya?" tanya Zee sambil bangkit dari duduknya.

Rey melirik jam tangan yang melingkar di pergelangan tangannya, "masih jam enam juga, masa udah ngantuk," ledek Rey.

Zee mendengus, "udah ayo pulang," kata Zee sambil berjalan diikuti Rey di belakangnya.

"Bentar kek," kata Rey.

"Udah cepetan, gue capek banget ini," kata Zee.

"Cepet bat capek, gimana mau anu sama gue," kata Rey.

Kalau saja Zee tidak lelah, pasti dia sudah mengomeli Rey habis-habisan. Sayangnya Zee terlalu lelah untuk melakukan itu. Gadis itu pun hanya meneruskan langkahnya tanpa memperdulikan ucapan Rey lagi.

***

REY membaca sebuah pesan yang masuk, itu pesan dari Rasti. Lelaki itu pun segera menelpon gadis itu ketika ia membaca isi pesan tersebut. "Lo gila apa?" teriak Rey langsung ketika Rasti mengangkat telponnya.

"Gue udah pusing Rey, lo jangan nambah-nambahin lagi," kata Rasti.

"Ya udah sekarang lo dimana? Kirim alamatnya, gue bakalan ke sana sekarang," kata Rey.

Lelaki itu langsung mematikan sambungan ponselnya dan memasang sabuk pengamannya. Untungnya tadi pagi Rey memilih menggunakan mobil yang sudah lama tidak pernah ia pakai. Mata Rey melirik ke samping. Di sana Zee sudah tertidur pulas, mungkin gadis itu benar-benar lelah hari ini.

Rey menarik sabuk pengaman gadis itu dengan pelan-pelan. Setelah itu ia segera melajukan mobilnya dengan sangat kencang. Kali ini ia benar-benar khawatir dengan Rasti. Untuk kesekian kalinya Rasti bertengkar dengan orang tuanya, dan kali ini sepertinya sangat parah. Buktinya saja Rasti sampai pergi dari rumah. Dan yang membuat Rey takut adalah karena Rasti membawa mobilnya sendiri.

Sebenarnya Rasti sudah sering membawa mobil dulu, tetapi karena gadis itu pernah mengalami kecelakaan yang membuatnya koma, itu membuat semua orang khawatir jika Rasti menyetir sendiri, terutama Rey. Lelaki itu benar-benar mewanti-wanti Rasti supaya tidak membawa mobil sendiri lagi, karena setiap Rasti membawa mobil ia masih terbayang-bayang kecelakaan waktu itu sehingga membuat gadis itu sering kali kehilangan konsentrasi menyetirnya.

Tiba-tiba mobil Rey mengerem mendadak membuat Zee terbangun dari tidurnya. Jantung Zee seketika berdetak kencang karena terkejut. Ia menoleh ke arah Rey. Baru saja Zee ingin mengomel kepada Rey, lelaki itu malah cepat-cepat membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobilnya.

"Rey, lo mau kemana?" teriak Zee. Gadis itu pun terpaksa itu keluar dari mobil. Zee mengekori Rey dan ikut menyebrang.

"Zee lo ngapain ikut?" tanya Rey kaget.

"Abis lo keluar tiba-tiba," kata Zee. "Eh, itu Kak Rasti kan? Dia diapain?" tanya Zee ketika melihat Rasti yang tidak jauh dari mereka sedang dikerumuni oleh para preman.

"Lo diem di sini," kata Rey sambil berlari ke arah Rasti. "Jangan ganggu dia!" teriak Rey.

Tiga preman tersebut menoleh ke arah, "wih ada pangerannya," ledek salah satu preman di sana.

Melihat Rey di sana, Rasti pun berlari ke belakang punggung Rey. Gadis itu sudah menangis, bahkan tubuhnya bergetar ketakutan. "Lo apain dia bangsat!" teriak Rey marah. Wajahnya sangat tegang, bahkan tangannya mengepal sangat kuat.

Zee yang melihat itu dari kejauhan pun terkejut. Ia sangat jarang melihat Rey semarah itu. Apakah Rasti sepenting itu bagi seorang Rey?

Lelaki itu pun melayangkan satu pukulan kepada salah satu dari mereka. Hal itu membuat dua preman lainnya tak terima dan menyerang Rey secara bersamaan. Rey pun berusaha menangkis semua pukulan itu dan balas menyerang. Rasti yang melihat itu pun menari Rey menjauh.

"Lo ngapain?" teriak Rey. Emosi lelaki itu ternyata sudah benar-benar memuncak. Matanya bahkan terlihat sangat tajam.

"Udah nggak usah mukulin mereka. Lo udah luka," kata Rasti sambil menyentuh luka di wajah Rey.

Rey menepis tangan Rasti, "lo masuk mobil aja, tunggu gue di sana," kata Rey.

Rasti menggeleng.

"Masuk mobil!"

Rasti pun terpaksa masuk ke dalam mobil. Sementara Rey kembali memukul para preman yang nampaknya sudah babak belur. Zee yang sejak tadi menontoni kejadian itu pun memberanikan diri mendekati Rey. "Rey mereka udah babak belur," kata Zee sambil perlahan-lahan mendekati Rey.

Tiba-tiba saja salah satu preman di sana bangkit dan menarik Zee. Preman itu mengeluarkan pisau dan mengarahkannya ke leher Zee. Hal itu pun membuat Zee ketakutan.

"Lepasin dia!" teriak Rey.

Tanpa pikir panjang lelaki itu menyerang preman tersebut dan menarik Zee. Hal itu menyebabkan tangan Rey tergores pisau yang dibawa preman itu.

"Rey, tangan lo," ujar Zee syok. Gadis itu hendak memegang luka Rey, tetapi lelaki itu malah mendorong Zee, karena preman yang lainnya hendak menarik gadis itu. Rey pun kembali memukul preman-preman tersebut sampai akhirnya mereka tidak bisa berkutik lagi.

Karena sudah merasa puas menghajar para preman tersebut, Rey pun menarik Zee dan membawa gadis itu kembali ke mobil. Rey membuka pintu mobil dan berkata, "lo di belakang dulu, Rasti udah duduk di depan," kata Rey lalu masuk ke dalam mobil.

Zee pun mengikuti perintah Rey dan masuk ke dalam mobil.

"Lo nggak papa?" tanya Rey sambil menatap Rasti.

"Gue nggak papa, tapi muka lo ..." Rasti hendak menyentuh luka Rey tetapi lagi-lagi tangan Rasti ditepis. Rey memang seperti itu, ia tidak suka jika ada yang memerhatikannya dengan tulus, karena Rey tidak mau merasa memiliki hutang budi.

"Gue nggak papa," kata Rey. "Lo tinggal di rumah gue aja, nanti gue bilang ke mamah biar dia ngerti," kata Rey, lalu menancap gas.

Dan hal itu membuat Zee sadar bahwa Rey ternyata punya seseorang yang benar-benar ia anggap berharga. Ia pikir Rey hanya menganggap semua orang sama, tetapi ternyata dugaan Zee salah. Tapi bukannya senang, Zee malah merasa tak suka dengan fakta itu. Fakta yang menyatakan bahwa Rasti adalah orang yang penting bagi Rey.

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

***

Next? 350 komen! Aku bakalan usahain update hari ini.

21-10-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro