40 •• Nembak Zee?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SELAMAT MEMBACA
SCARLDO :
40 •• Nembak Zee?

"Gue tau lo suka sama gue, dan lo marah gara-gara lo cemburu kan gue pacaran sama cewek lain? Iya kan?"
***

FOLLOW :
@kdk_pingetania
@kdk.pingetania
@aboutpinge
@reynald.geraldo
@zeeana.scarleta

***

ERTHA dan Bonet sama-sama bingung ketika melihat tingkat Rey. Lelaki itu meniup minumannya dengan sedotan sehingga membuat minuman itu bergelembung.

"Woi, lo kenapa?" tanya Ertha sambil menepuk punggung Rey.

Rey tersadar dari lamunannya. Lelaki itu lalu menggeleng, "nggak papa," jawabnya.

"Tumben-tumbenan lesu. Kayak orang mau menjelang ajalnya tau nggak?" ledek Bonet.

Ertha terkekeh, "lagi galau kali dia."

"Emang seorang cowok kayak lo bisa galau? Galauin siapa emang? Bukannya lo baru aja jadian sama si Salsa Salsa itu?" tanya Bonet.

"Katanya tu cewek berisik, tapi kenapa lo pacarin?" tanya Ertha lagi.

Perkataan temannya itu membuat kepala Rey yang sudah pusing menjadi tambah pusing. Lelaki itu berdecak, "bisa diem nggak sih?" tanya lelaki itu kesal.

"Lah, kenapa dah lo? Sensi bat hari ini," kata Bonet.

"Lo ada masalah sama si Salsa?" tanya Ertha. "Tapi nggak mungkin sih, lo kan bodo amat kalau ada masalah sama pacar lo," kata Ertha.

Beberapa detik kemudian Bonet menjentakkan jarinya. "Udah deh, yakin gue. Ini masalah Zee kan?" tebak Bonet.

Ertha mengangguk setuju, "nah, iya pasti. Lo apain lagi anak orang?" tanya Ertha.

Rey menggeleng, "gue nggak ada ngapa-ngapain tu cewek, tapi dia sensi mulu sama gue. Udah tiga hari gue diginiin. Gue capek! Lelah tau otak ini berpikir," kata Rey lebay.

Bonet menatap Rey jijik. "Jijik bangsat!"

"Lo yakin nggak ngapa-ngapain Zee?" tanya Ertha tak percaya.

Rey berpikir sejenak. "Iya, gue nggak ngapa-ngapain dia. Cuma ... minggu lalu gue sempat nyium dia. Nggak lama kok, itu pun dia kayak nerima ciuman gue dengan senang hati, bahkan gue rasa dia udah suka sama gue, terus ngapain dia malah marah-marah sekarang? Aneh kan?" kata Rey.

Bonet dan Ertha saling tatap menatap lalu dengan bersamaan menabok kepala Rey.

"Anjing! Kalian berdua ngapain?" tanya Rey tak terima.

"Playboy macam apa sih lo! Masa gitu doang lo nggak ngerti," kata Bonet kesal.

Rey mendengus, "mana gue ngerti, dia nggak jelasin."

"Dia marah sama lo gara-gara lo pacaran sama Salsa," kata Ertha.

"Kenapa?" tanya Rey dengan begonya.

Bonet mendengus, "lo udah tau kan dia suka sama lo? Terus kenapa lo malah pacaran sama cewek lain? Apalagi setelah lo nyium dia. Emang lo kata ada orang yang nggak marah kalau digituin?" omel Bonet.

Seketika Rey langsung tersadar. Ia baru tahu bahwa semua kemarahan Zee karena hal tersebut. Lelaki itu pun langsung bangkit dari duduknya. "Kenapa nggak bilang dari awal sih?" Rey kemudian pergi meninggalkan Bonet dan Ertha yang sama-sama bingung dengan tingkah temannya itu.

***

AKHIRNYA Rey menemukan gadis yang sejak tadi ia cari. Lelaki itu berlari ke arah Zee ketika buku-buku yang dibawa gadis itu terjatuh.

Dengan cepat Rey membantu merapikan buku-buku Zee yang berserakan di atas lantai.

"Nggak usah, biar gue aja," kata Zee hendak menarik buku yang dipegang oleh Rey tetapi lelaki itu menahan tangan gadis itu.

"Nggak, gue aja," kata Rey sambil menarik semua buku yang ada di genggaman Zee. "Mau dibawain kemana?" tanya Rey sambil berdiri.

Zee mendengus, "gue bilang nggak usah! Biarin gue yang bawa!" kata Zee kesal.

Tetapi Rey tetap kekeuh dengan pendiriannya. Lelaki itu berjalan membawa buku Zee pergi. Hal itu membuat Zee terpaksa mengikuti Rey.

"Balikin buku gue!" perintah Zee.

"Gue aja yang bawa," kata Rey.

Zee menarik lengan lelaki itu, "plis, jangan gangguin gue," kata Zee.

"Lo mau sampai kapan marah sama gue?" tanya Rey dengan suara yang terdengar sedikit membentak.

Zee bungkam.

"Lo suka kan sama gue?" tanya Rey.

Zee menatap Rey tak suka. Kenapa laki-laki itu selalu begini? Tidak pernah memikirkan lawan bicaranya saat sedang berbicara.

"Jangan kepedean deh lo!" elak Zee.

"Gue tau lo suka sama gue, dan lo marah gara-gara lo cemburu kan gue pacaran sama cewek lain? Iya kan?" tanya Rey. Karena suara Rey yang keras, membuat para siswa-siswi yang sedang menikmati waktu istirahat mereka menjadi tertarik untuk menyimak pertengkaran itu.

"Rey! Jangan keras-keras! Malu tau nggak?" tanya Zee. Gadis itu hendak pergi tetapi tangannya ditahan oleh Rey.

"Apa susahnya sih ngakuin kalau lo suka sama gue? Apa suka sama gue itu suatu kesalahan?" tanya Rey lagi.

Zee mendengus. Gadis itu menghempaskan tangan Rey, "iya! Suka sama lo itu suatu kesalahan! Dan gue udah ngelakuin kesalahan itu. Jadi sekarang tolong jauhin gue karena gue mau memperbaiki kesalahan yang udah pernah gue lakuin."

Rey bungkam.

"Udah gue nggak ada waktu buat ngomong sama orang bangsat kayak lo," kata Zee. Gadis itu menarik semua buku yang Rey pegang dan pergi.

Tetapi Rey menahan tangan Zee, "kalau lo emang suka sama gue dan yang lo pengen itu jadi pacar gue, ya udah lo tinggal bilang ke gue, jangan pakai acara marah-marahan segala," kata Rey.

Zee tertawa sinis. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan isi kepala Rey. Gadis itu membalik dan menatap Rey, "disaat lo udah punya pacar, lo dengan pedenya nembak cewek lain? Punya perasaan nggak sih?"

Tiba-tiba Salsa datang entah darimana dan mendekati Rey. "Sayang, kamu kenapa ribut-ribut sama cewek ini?" tanya Salsa sambil memeluk tangan Rey.

Rey menghempaskan tangan Salsa dan menatap gadis itu. "Gue mau putus."

Mendengar hal itu membuat Salsa terkejut. "Kamu ngomong apa Rey? Kenapa kita harus putus? Emang aku salah apa sama kamu?" tanya Salsa.

"Udah nggak usah akting Sal. Lo kan udah tau sendiri kalau gue nggak pernah suka sama lo. Gue nerima lo cuma atas dasar rasa kasian aja, nggak lebih. Lo juga tau kan sifat gue kayak apa? Gue emang suka mainin cewek, jadi nggak ada alasan buat lo untuk patah hati," kata Rey.

"Rey lo ..." Mulut Salsa mulai bergetar. Gadis itu kemudian menatap ke arah Zee. "Ini semua pasti gara-gara lo!" tuduh gadis itu. Ia hendak menampar Zee akan tetapi tangannya ditahan oleh Rey.

"Lo nggak ada hak buat nampar dia," kata Rey.

Hal itu membuat Salsa pergi dari tempat itu dengan isak tangisanya. Tanpa diduga-duga, Zee melayangkan satu tamparan untuk Rey, "tapi gue ada hak buat nampar lo," kata Zee.

"Lo masih marah sama gue?" tanya Rey. "Gue udah mutusin dia, jadi semuanya udah kan?"

"Pikir sendiri pakai otak lo! Setelah lo ngambil ciuman pertama gue, lo dengan seenaknya jadian sama cewek lain. Dan setelahnya lo nembak gue dan mutusin cewek itu. Lo kira semua cewek di dunia ini mainan lo?"

Rey mengacak rambutnya frustrasi, "jadi lo masih mau marahan sama gue? Terus lo nggak nerima gue untuk yang kedua kalinya?" tanya Rey.

"Gue nggak bakalan nerima lo buat jadi pacar gue," kata Zee lalu pergi dari tempat itu.

"Tapi lo bakalan nerima gue buat jadi tunangan lo beb, liat aja nanti!"

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

***

Next? 500 komen!

05-11-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro