55 •• Jalan Bareng Seera

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SELAMAT MEMBACA
SCARLDO :
55 •• Jalan Bareng Seera

Jangan menghina secepat kilat, nanti dosa!
***

FOLLOW :
@kdk_pingetania
@kdk.pingetania
@aboutpinge
@reynald.geraldo
@zeeana.scarleta

***

REY menatap Zee dengan seksama, "lo beneran nggak papa?" tanya Rey. Entah berapa kali lelaki itu menanyakan pertanyaan itu.

Dan untuk kesekian kalinya Zee mengangguk dan berkata, "gue nggak bakalan kenapa-napa kok, Cuma nemenin kakak gue ke mall nggak bakalan bikin gue mati," kata Zee.

Tiba-tiba kaca mobil yang ada di sebelah kiri diketuk oleh seseorang. Hal itu pun membuat Zee menengok. Di sana Seera sedang berdiri sambil menatap Zee. Gadis itu pun hendak membuka kaca mobil, tetapi Rey menahan tangan Zee.

"Lo yakin?" tanya Rey.

Zee mengangguk, "gue nggak bakalan kenapa-napa Rey," ujar Zee. "Lo nggak usah khawatir kayak gitu," lanjutnya. Zee pun menurunkan kaca mobil. Dengan senyuman Zee menyambut kakaknya, "langsung naik aja kak," ujar gadis itu.

"Ya udah lo cepetan keluar," kata Seera.

Zee menatap Seera bingung.

"Udah cepetan! Gue mau duduk di depan," ujar Seera dengan seenaknya.

"Lo di belakang aja napa, kasi pacar gue di depan," kata Rey kesal. Nampaknya Rey sudah kesal kuadarat dengan Seera. Buktinya lelaki itu tidak memandang bahwa Seera itu adalah cewek cantik yang pernah ia taksir.

Zee menatap Rey, "udah nggak papa," ujarnya. Gadis itu lalu membuka pintu mobil dan keluar. Dengan angkuh Seera masuk ke dalam mobil. "Tutup pintunya!" perintah Seera.

"Ser!" Rey menginterupsi.

"Kenapa?" tanya gadis itu.

"Lo kan bisa nutup sendiri," ujar Rey.

Zee yang hendak masuk ke dalam mobil pun buru-buru menutupkan pintu untuk Seera, "udah nggak papa." Gadis itu kemudian masuk ke bangku penumpang yang ada di belakang.

Rey mendengus, lelaki itu memukul stir mobilnya untuk melampiasi kekesalannya. Kalau tahu kejadiannya akan seperti ini, dia tidak akan menemui Seera. Ia pikir Seera benar-benar patah hati dengannya, tapi ternyata gadis itu sama saja seperti gadis lain. Pura-pura patah hati untuk mencari keuntungan.

"Pokoknya selama di mall nanti, lo harus nurutin permintaan gue," kata Seera sambil memakai lipsticknya.

Baru saja Rey ingin membantah, Zee sudah lebih dulu berkata, "iya, Rey pasti nurutin kakak kok."

"Gue nggak ngomong sama lo," kata Seera dengan sinis. "Udah buru jalan!"

Rey pun menghidupkan mobilnya dan menginjak pedal gas. Selama perjalanan Seera terus-terusan merangkul tangan Rey. Laki-laki itu bahkan sudah berkali-kali melepaskan rangkulan Seera, ia juga sudah beralasan bahwa ia tidak bisa fokus menyetir kalau Seera terus-terusan menempelinya. Tetapi gadis itu tetap kekeuh dan melakukan apa yang dia mau.

Hal itu pun membuat Rey berkali-kali menatap kaca yang ada di atas untuk melihat keadaan Zee. Tetapi yang membuat Rey merasa tambah bersalah adalah Zee hanya tersenyum seakan-akan dia tidak apa-apa. Padahal sudah jelas Zee terlihat sangat rishi dengan pemandangan di depannya.

***

AKHIRNYA mobil Rey terparkir. Lelaki itu pun membuka sabuk pengamannya. "Ayo turun."

Seera yang sedang sibuk dengan ponselnya pun berkata, "Zee, bukain gue pintu," ujar Seera.

Dan Zee hanya mengangguk. Gadis itu keluar dari mobil dengan cepat. Melihat hal itu pun membuat Rey benar-benar kesal, lelaki itu turun dari mobil dan buru-buru menuju pintu sebelah mobilnya. Rey menahan tangan Zee yang hendak membuka pintu. "Biar gue aja," ujarnya sambil membuka pintu mobil tersebut.

Seera pun dengan santai keluar dari mobil itu, seolah tidak melakukan kesalahan apa-apa. Gadis itu memasukkan ponselnya ke tasnya dan tanpa ijin menggandeng tangan Rey. "Ayo!" ujarnya. Seera menarik Rey dan meninggalkan Zee.

Gadis itu pun hanya bisa buru-buru mengejar keduanya agar tidak ketinggalan.

***

"MENURUT lo bagusan yang mana?" tanya Seera sambil menunjukan dua pasang sepatu.

Rey menatap malas ke arah sepatu itu. "Keduanya bagus kok," ujarnya. Padahal di dalam hati Rey merasa kasian kepada kedua sepatu itu, dengan malangnya mereka akan dipakai oleh orang angkuh seperti Seera. Pasti nanti sepatu itu akan diperlakukan dengan kasar.

Rey menoleh ke arah kursi yang tidak jauh dari sana. Di sana ada Zee yang nampak jenuh menunggu Seera selesai belanja. Pasalnya ini sudah empat jam Seera mengelilingi mall, dan gadis itu belum merasa puas juga. Mending kalau belanja banyak, tapi ini malahan belum beli apa-apa.

"Pilih salah satu," ucap Seera. Tetapi Rey tidak merespon. Seera pun memegang tanga Rey, "Rey, jawab dong," rengek gadis itu.

Rey buru-buru kembali menatap ke arah Seera. Lelaki itu benar-benar risih mendengar rengekan Seera, rasanya Rey sangat ingin menyumpal mulut Seera dengan salah satu sepatu yang gadis itu pegang.

"Iya sayang. Menurut aku keduanya bagus kok, apapun yang kamu pakai bakalan keliatan bagus," ujar Rey dengan wajah yang berusaha dibahagia-bahagia kan. "Kamu beli keduanya aja, aku yang bayarin," kata Rey. Sebenarnya Rey merasa muak dengan kata aku-kamu ini, tetapi Seera meminta hal itu, maka Rey hanya bisa menurut saja. Mau bagaimana lagi? Zee memaksa Rey untuk menurut.

"Aaa ... makasi!" ujar Seera sambil memeluk Rey selama beberapa detik lalu melepasnya. "Mbak, saya beli dua-duanya ya," ujar Seera.

"Oh oke kak, tunggu sebentar ya," ujar pegawai di toko itu.

Rey pun berjalan menuju kasir untuk membayarkan barang tersebut.

"Zee!" panggil Seera. "Ambil barang belanjaan gue!"

Zee buru-buru bangkit dari duduknya dan berjalan mendekati kasir. Ia mengambil dua kantung tas yang ada di atas meja kasir.

"Biar, gue aja," ujar Rey hendak mengambil belanjaan yang Zee pegang. Tetapi dengan cepat Seera menghentikan hal tersebut, "udah biarin dia aja," kata Seera.

"Tap—"

"Minta kunci mobil," potong Seera.

"Buat apa?" Rey merogoh kantongnya dan memberikan Seera kunci mobilnya.

Seera pun mengambil kunci tersebut dan melempar ke arah Zee. Gadis itu pun buru-buru menangkap kunci tersebut. "Lo bawa belanjaan gue ke mobil aja dulu, gue pengen berduaan aja sama Rey. Ntar ketemu di restoran yang ada di lantai tiga," kata Seera seenaknya. Gadis itu lalu kembali mengalungkan tangan Rey dan menjatuhkan kepalanya di bahu lelaki itu. Ia membawa Rey keluar dari toko tersebut.

Hal itu membuat Rey terus menengok dan menatap Zee. Meyakinkan dirinya kalau gadis itu tidak apa-apa.

***

JAM menunjukkan pukul delapan malam. Kali ini Seera, Rey dan Zee sudah berada di restoran. Setelah memutari mall, akhirnya Seera lelah juga dan memutuskan untuk pergi ke restoran.

"Suapin!" pinta Seera kepada Rey.

Rey yang sudah pusing pun mendengus, "punya dua tangan tuh dipake! Kalau nggak dipotong aja, terus makan, biar ada gunanya," ujar lelaki itu sinis.

Zee yang duduk di samping Rey pun menepuk tangan lelaki itu dan memberi tatapan 'ikutin aja'.

"Ih ... aku kan capek," rengek Seera.

Rey mendengus. Lelaki itu akhirnya menuruti kemauan Seera dan menyuapi gadis itu. Ah rasanya Rey ingin mendorong sendok besi itu ke dalam mulut Seera. Biar sekalian dia makan sama sendok-sendoknya.

Zee yang melihat hal itu hanya berusaha menahan dirinya. Ia terus-terusan mengingatkan diri kalau apa yang di hadapannya ini belum ada apa-apanya dengan apa yang sudah ia lakukan terhadap Seera. Dan tidak seharusnya Zee kesal dengan hal seperti ini. Zee pun kembali memakan makanannya.

***

"GUE mau lo nyium gue," kata Seera setelah mereka selesai makan.

Rey menatap gadis itu, "lo gila apa! Nggak!" tolak Rey.

"Ini permintaan gue, lo harus nurutin," kata Seera. Gadis itu kini telah kembali menjadi dirinya, tidak ada lagi kesan-kesan manja seperti tadi. Dan itu membuat Rey cukup bersyukur.

Rey menggeleng, "nggak! Gue nggak mau!"

"Lo juga udah pernah nyium gue, jadi apa salahnya lo nyium gue lagi? Apa semua ini gara-gara Zee? Apa lo takut dia mutusin lo? Bukannya lo tinggal nyari yang baru aja ya? Apa susahnya?" kata Seera.

Rey tak bisa berkata-kata, ia benar-benar tak habis pikir dengan gadis di hadapannya itu.

"Oh, gue tau, lo mau pencitraan di depan adek gue kan, lo mau dia jatuh ke dalam jurang yang sama kayak gue kan?" tanya Seera.

"Lo nggak usah sok tau!" ujar Rey.

"Rey, turutin aja," kata Zee.

Rey menatap Zee tak percaya. Kenapa Zee harus mengatakan hal itu? Apakah gadis itu tidak memikirkan perasaannya sendiri? Apakah Zee tidak memikirkan bagaimana perasaan Rey? Ah, ini semua gila.

"Nggak! Gue nggak mau!"

Seera tersenyum sinis, "itu pacar lo aja ngijinin, kenapa lo masih takut sih? Keluarin sifat buaya lo!"

"Bangsat!" umpat Rey.

"Rey!" panggil Zee.

"Lo gila!" kata Rey pada Zee.

"Plis, kali ini aja," kata Zee.

Rey mengacak rambutnya frustrasi. Yang benar saja. Dirinya disuruh mencium gadis yang merupakan kakak pacarnya di depan pacarnya sendiri. Lelaki itu juga masih punya hati. Mana tega ia menyakiti perasaan Zee seperti itu.

"Plis, gue mau hubungan gue sama kakak gue baik-baik aja," kata Zee sambil menatap Rey penuh harapan. Padahal perasaan gadis itu kini sedang berkecambuk.

Rey menatap Zee. Dengan berat hati lelaki itu berkata, "oke." Ia menarik dagu Seera dan membuat jarak antara mereka sangat dekat.

Zee yang melihat hal itu hanya bisa tersenyum miris. Dadanya seperti teriris saat melihat jarak antara Seera dan Rey semakin menipis. Tiba-tiba tangan Rey menutup mata Zee. Dan Zee hanya melihat kegelapan saja.

Sedangkan Rey hendak benar-benar menghapus jaraknya dengan Seera, akan tetapi gadis itu menahannya.

"Lo pikir gue bakalan bener-bener nyium orang yang udah nyakitin gue?" Seera tersenyum dan menatap Rey dengan tatapan yang sulit dimengerti.

"Maksud lo?" tanya Rey tak mengerti.

Seera mendekati telinga Rey dan membisikkan sesuatu. "Jaga adik gue baik-baik, gue nggak mau dia bernasib sama kayak gue. Kalau lo sampai buat dia kayak gue, siap-siap aja!"

Rey menatap Seera dengan perasaan yang campur aduk. Ia merasa tak percaya Seera mengatakan hal seperti itu.

"Gue duluan, sepatu yang tadi buat Zee aja," kata gadis itu lalu pergi dari sana.

Mendengar suara ldecitan kursi membuat Zee menarik tangan Rey yang menutup matanya. Gadis itu terkejut melihat Seera sudah tidak ada lagi di hadapannya. "Kakak gue kemana?" tanya Zee.

"Pulang," jawab Rey.

"Kok nggak sama kita?" tanya Zee.

Rey terseyum ke arah Zee.

"Apa lo nolak kemauan dia? Dia marah?" tanya Zee.

Rey menggeleng.

"Jadi lo nyium dia?" tanya Zee.

Rey menggeleng.

"Terus?"

Rey mengacak rambut Zee. "Udah deh, intinya dia udah maafin lo," kata Rey.

"Lo beneran nyium dia?" tanya Zee dengan nada yang terdengar kecewa.

"Bukannya tadi lo yang maksa gue," ujar Rey kesal.

"Ya tapi ..."

"Udah deh, lo nggak usah mikirin apa-apa lagi, mending sekarang kita pulang," kata Rey sambil beranjak dari duduknya.

"Kok lo keliatan baik-baik aja sih? Lo seneng ya nyium cewek lain," gerutu Zee sambil mengejar Rey yang sudah berjalan pergi.

Rey menghentikan langkahnya dan membalikkan badannya. Ia menatap Zee kesal. "Lain di mulut lain di hati banget sih lo."

"Jadi lo beneran nyi—"

Rey memotong ucapan Zee dengan satu kecupan. "Gue nggak nyium Seera kok, dia bau," ujar Rey.

Zee mendengus, "bohong!"

"Beneran sayang," kata Rey sambil merangkul pinggang Zee. "Udah malem ini, ayo pulang!"

Akhirnya Zee pun menurut dan berjalan mengikuti Rey.

Di dalam hatinya, Rey sangat berterima kasih dengan Seera. Ia juga meminta maaf berkali-kali karena telah mengumpati Seera sejak tadi. Kalian semua juga jangan lupa minta maaf!

TERIMA KASIH TELAH MEMBACA

***

Next? 850 komen ya!

Gimana dua hari tanpa Rey? Masih sehat kan kalian?

23-11-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro