17.

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Tok..tok..tok...

"Alif. Ditunggu om dibawah!" teriakan dari Bowo, harus menghentikan kegiatan Alif yang kini tengah mengerjakan sesuatu di Laptopnya.

"Iya mas." sahut Alif dari dalam. Lalu mematikan lebih dulu laptopnya sebelum ia beranjak keluar untuk menemui sang ayah.

Saat keluar dari kamar ia audah tidak melihat orang yang tadi memanggilnya. Mungkin Bowo sudah menidurkan Nayla.

"Assalamu'alaikum, Bah." Alif lebih dulu beruluk salam lalu menyalami seseorang yang tadi ia panggil Abah. Tak lupa ia mencium punggung tangan Abahnya.

"Wa'alaikumussalam Warohmatulloh. Duduk, Lif." jawab Abah sambil menepuk sofa disampingnya.

Alif pun menurut. Ia duduk disamping Abahnya.

"Berapa usiamu sekarang?" tanya Abah tiba-tiba.

" Dua puluh empat, Bah. Tepatnya dua puluh empat lebih satu bulan." jawab Alif sambil mengambil kue kering yang berada di depannya.

"Sudah pas kalau begitu." tanggapan dari Abah membuat Alif mengurungkan niatnya untuk memasukkan kue kering kedalam mulutnya yang sudah terbuka.

"Dulu Abah nikahin Ibu kamu waktu umur Abah baru 22 tahun dan Ibu kamu umur 19 tahun." lanjut Abah. Sedangkan Alif masih mengerutkan keningnya. Masih merasa bingung kemana arah pembicaraan Abahnya.

"Kamu sudah ada calon?" tanya Abah yang langsung mendapatkan gelengan kepala dari anaknya.

Alif memasukan kue kering yang tadi sempat ia tunda. Ia juga merasa lelah jika ditanya seperti itu. Diusianya yang baru dua puluh empat tahun ini ia sudah sangat sering mendapatkan pertanyaan seperti itu. Apalagi dari Abahnya. Baru beberapa bulan yang lalu ia juga mendengar pertanyaan itu, dan sekarang Abahnya mengulanginya lagi dan jawabannya masih sama seperti bulan lalu.

"Sudah ada gadis incaran?" tanya Abah lagi.

"Entahlah, Bah. Alif merasa kurang yakin pada perasaan Alif sendiri."

"Mau Abah bantu cariin jodoh?" tanya Abah begitu mengagetkan Alif. Apa itu artinya Abah ingin menjodohkannya? Jika iya, Alif merasa seperti tidak mampu menemukan jodohnya.

Belum sempat Alif menjawab, karena saking kagetnya. Abah kembali menyuarakan idenya.

"Anak dari sahabat Abah ada yang masih sendiri. Usianya satu tahun lebih muda darimu. Ia anak yang manis, ilmu agamanya juga bagus. Abah yakin kamu akan cocok dengannya. Kalau kamu mau berta'aruf dengannya nanti Abah yang ngomong sama orangtuanya."

Alif hanya diam. Ia tidak tahu harus menjawab apa. Haruskah ia menerimanya? Atau menolaknya? Tapi kenapa Abahnya begitu yakin pada gadis itu?

Melihat anaknya yang hanya diam dan terus menunduk, Abah kembali berkata. "Fikirkanlah dulu. Abah juga tidak sedang memburumu. Jadi jangan terburu-buru saat mengambil keputusan. Kalau kamu menerimanya Abah yakin kamu tidak akan menyesal. Dan kalau kamu menolaknya saat ini jangan salahkan Abah jika kamu akan keduluan lelaki lain."

Abah bangkit dari duduknya, ia menepuk pelan bahu anaknya sebelum ia pergi. Meninggalkan anaknya sendiri untuk berfikir.

"Mintalah petunjuk padaNya.." kata Abah sebelum menghilang dibalik pintu kamarnya.

Alif masih diam, penuh sudah isi kepalanya hari ini. Dimulai saat ia menerima telfon dari sahabat kecilnya, lalu obrolannya dengan Irfan yang membahas perasaannya dengan Zahra dan kini ditambah obrolannya dengan Abahnya yang juga membahas seorang wanita.

Alif menyandarkan kepalanya kebelakang. Fikiran tentang tiga wanita itu membuatnya lupa jika ia belum makan malam ini. Cacing di perutnya sudah mulai berunjuk rasa. Menciptakan bunyi yang tidak enak didengar.

Alif pun berjalan kearah dapur, mengingat kata sepupunya Bowo yang katanya ada lauk kesukaannya. Dan ternyata benar, masih ada sisa dua potong paha ayam. Paha yang berwarna kecoklatan hampir kehitaman karena banyak diberi bumbu kecap itu membuat perut Alif semakin kecang bersuara.

Tidak tanggung-tanggung satu piring nasi, ludes. Beserta dua potong ayam kecap. Kenyang rasanya, perutnya kini sudah penuh. Mungkin dengan begitu ia bisa berfikir. Memikirkan jawaban dari pertanyaan Abahnya. Tapi sebelum memulai berfikir, Alif lebih dulu meninggalkan dapurnya menuju ke kamar.

Sesampainya dikamar, ia membaringkan tubuhnya ditempat tidurnya yang empuk. Ia mencari posisi ternyaman. Baru setelah itu ia memulai memikirkan jawaban dari kegundahan hatinya.

Ada berbagai opsi untuk nya. Pertama ia akan menyatakan perasaannya pada sahabat kecilnya dan itu artinya ia harus merelakan orang pilihan orangtuanya dan juga Zahra. Memikirkan pilihan itu Alif menggeleng karena itu artinya ia harus kehilangan Zahra, sosok wanita yang ia kagumi diam-diam. Sejak dulu tapi baru ia sadari tadi siang.

Opsi kedua ia akan memilih pilihan orangtuanya. Jika itu ia lakukan secara otomatis ia harus melupakan perasaannya pada sahabat kecilnya dan juga ke Zahra. Alif lagi-lagi menggelengkan kepala.

Opsi ketiga. Ia akan datang kerumah Zahra untuk memintanya kepada kedua orangtua Zahra.

Kali ini alif memejamkan matanya. Mengusap kasar wajahnya. Merasa kesal dengan segala resiko yang harus ia ambil didalam setiap keputusannya.

Ia memang belum mengenal sosok yang telah dipilih orangtuanya tapi mendengar Abahnya yang begitu yakin. Ia menjadi merasa jika wanita itu benar-benar cocok untuknya. Karena tidak ada orangtua yang ingin anaknya tersesat. Tidak ada orangtua yang ingin anaknya menderita.

"Mintalah petunjuk padaNya." suara Abahnya terniang ditelinga Alif. Membuat Alif segera bangkit lalu berjalan ke kamar mandi untuk mengambil wudhu.

Seusai sholat dua rokaat. Alif menengadahkan kedua tangannya. Alif benar-benar meminta petunjuk kepada sang pemilik hati. Meminta untuk tidak membolak balikkan hatinya. Meminta untuk menetapkan hatinya supaya ia tidak lagi gundah. Setelah mengamini semua doanya. Alif kembali merebahkan tubuhnya.

Jam kecil yang terdapat di nakas samping tempat tidurnya sudah menunjukkan pukul 22.00 tapi rasa kantuk tidak juga menyapanya. Ia pun memutuskan untuk menghidupkan kembali ponselnya.

Ada banyak notif dari aplikasi WhatsApp dan BBM bahkan juga ada yang mengiriminya SMS.

Alif membukanya satu persatu. Dimulai dari BBM yang ternyata hanya pesan dari orang berjualan handpohone android murah, orang berjualan baju muslim, sampai ada yang berjualan peralatan dapur.

Aplikasi kedua yang ia buka adalah WhatsApp. Banyak sekali pesan dari grupnya. Yang ternyata masih membahas kekompakkannya dengan Zahra yang tidak juga muncul di grup.

Amir : Zahra belum baca nih. Kalo Alif malah belum nerima pesannya. Wooiii kalian kemana? Kompak amat? Jodoh ya?

Celetuk Amir yang langsung mendapat balasan dari teman-temannya yang lain. Dan semua bilang Amiin. Alif tersenyum membacanya. Ia pun tergerak untuk membalas ocehan teman-temannya.

"kalian apa nggak capek? Dari tadi tu jempol gerak terus dilayar hape?"

Baru beberapa detik Alif menekan tanda kirim, ia langsung mendapatkan balasan dari Amir

Amir : hay kawan-kawan ternyata Alif muncul. Dia minta didoain dulu baru mau muncul. Hahaha

Alif menggelengkan kepala saat membaca pesan dari temannya tersebut.

"kamu emang nggak ada kerjaan ya mir? Balesnya cepet gitu. Yang lain mah udah pada ngorok. Kalo nggak ada kerjaan sini pijitin aku aja."

Amir : minta pijitin mbak zahra donk...!!

"amir...bukan mahrom.."

Amir : dihalalin dong bang. Biar bisa pijit-pijitan dan.......

"amir makin ngelantur..udah tidur sana..assalamu'alaikum."

Alif menutup pesan dari grup lalu membuka pesan dari ulat bulu. Ada pesan yang ternyata ia kembali diingatkan tentang sahabatnya yang akan berta'aruf dengan seorang laki-laki. Alif langsung menutupnya tanpa membalas.

Lalu jempolnya terarah pada sebuah nama yang cukup bisa menggetarkan hatinya walau hanya membacanya.

Zahra.

Ternyata pesan yang tadi ia kirim pun masih belum dibaca. Kemana Zahra? Batin Alif.
Alif pun kembali mengetik di layar ponselnya.

" besok agenda kita buat nyari tempat."

Send.

Pesan itu terkirim. Tapi sampai menit ke 5 tanda centang dua itu tidak juga berubah warna. Tandanya pesan itu belum dibaca. Mungkin sudah tidur. Fikir Alif lalu meletakkan ponselnya di nakas.

Mulai memejamkan mata, setelah ia membaca doa terlebih dahulu.

Untuk masalah keputusannya ia berharap akan segera mendapatkan petunjuk.

Tbc.

Nggak jelas banget ya ceritanya?

Nikmati ajalah ya ....

Tapi kalau bisa jangan cuma dibaca dong tapi kasih bintang, atau kasih kritik dan saran yang membangun. Masalah tulisannya yang harusnya ada titik, koma atau yang lainnya.

Terimakasih. Udah mau mampir.

⚠ Jangan lupa baca Al-Qur'an..!!
Minimal 3 ayat...

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro