14. Rasa Itu Masih Ada

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~Selamat Membaca~
[Second Chance]
14. Rasa Itu Masih Ada
____________________________________
Sekuat apapun kamu menyembunyikan perasaanmu, perasaanmu akan selalu tetap menampakkan dirinya.

***

"ARGHH!" teriak Nanta frustrasi. Kepalanya masih pusing karena efek alkohol. Lelaki itu kini menatap Keyla yang sedang menunduk. Sepertinya gadis itu ketakutan. "Lo ngapain ke sini sih? Mau sok jagoan? Mau sok-sok ngehentiin gue?" tanya Nanta marah.

"Gue ... gue cuma ..." Ucapan Keyla terhenti karena Nanta menariknya sangat dekat hingga wajahnya menempel di dada Nanta.

"Bentar gue liatin," kata Nanta. "Masih sakit?" tanya Nanta sambil mengelus kepala Keyla.

Pipi Keyla seketika merona. "Eee ... nggak papa," ujarnya gugup.

Nanta mendaratkan satu kecupan ke kepala Keyla. "Biar cepet sembuh," kata Nanta lalu mendorong Keyla pelan agar menjauh.

Keyla terpaku. Jantungnya masih berdetak tak karuan. Tiba-tiba saja telponnya berdering. Tertera nama Arash di sana.

"Lo nggak papa?" tanya Arash saat sambungan telponnya sudah terhubung.

"Iya, nggak papa," jawab Keyla.

"Lo dimana?" tanya Arash.

"Nggak usah jemput, gue bisa pulang sendiri," kata Keyla.

"Sama siapa?" tanyan Arash.

"Sama Nanta," jawab Keyla.

Arash mendengus, "yakin aman sama dia?" tanya Arash lagi.

"Iya, lo bisa pulang duluan. Gue bakal pulang secepatnya," kata Keyla.

"Oke." Arash memutuskan sambungan telponnya.

"Pacar lo?" tanya Nanta sinis saat melihat Keyla telah memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.

Keyla hanya bisa terdiam dan tidak menjawab petanyaan Nanta. Gadis itu kemudian menatap Nanta secara menyeluruh, lelaki itu sekarang benar-benar acak-acakan.

"Ras, lo beneran baik-baik aja?" tanya Keyla khawatir. "Badan lo luka-luka, nggak sakit?"

"Nggak usah sok khawatir, ada yang lebih sakit dari luka-luka yang gue alamin ini," ucap Nanta. Lelaki itu kemudian berjalan hendak kembali masuk ke dalam club.

Keyla menahan tangan Nanta, "Ras, mau kemana?" tanya Keyla.

"Menurut lo?" tanya Nanta.

"Anterin gue pulang," cicit Keyla.

"Lo pikir lo siapa minta gue nganterin lo pulang?" tanya Nanta acuh. Lelaki itu kemudian berjalan masuk kembali ke club.

Terpaksa Keyla pun ikut berjalan masuk membuntuti Nanta. Suara bising yang berasal dari musik membuat kepala Keyla menjadi pusing. "Ras," panggil Keyla saat Rasya duduk bersama teman-teman yang Keyla tidak kenali. Mata Keyla berkeliling, mencari dimana keberadaan Marchel atau Leo. Tetapi Keyla tidak menemukan siapapun.

"Ngapain ngikut sih? Mau?" tanya Rasya sambil mengangkat gelas berisi alkohol tersebut.

"Widih, ada cewek cantik nih! Sini temenin gue! Semalem berapa?" tanya seorang lelaki hendak memegang dagu Keyla.

Namun segera Nanta bangkit dari duduknya dan menepis tangan lelaki itu, "dia udah punya gue," kata Nanta sambil menatap tajam ke arah lelaki itu.

"Oh, punya lo Nan, sori," kata lelaki itu lalu pergi dari sana.

Nanta pun menarik Keyla agar gadis itu duduk di sampingnya. "Kalau mau aman duduk di sini, kalau mau nyoba main-main di dunia malam lo bisa jauhin gue."

"Ras, anterin pulang please," kata Keyla yang sudah ketakutan.

Lelaki itu tak menggubris perkataan Keyla.

"Ras." Keyla semakin ketakutan.

Nanta pun mulai kehilangan kesadarannya karena efek alkohol yang ia minum. Kepala lelaki itu jatuh di bahu Keyla.

"Ras, lo kenapa?" tanya Keyla cemas.

Tiba-tiba Leo dan Marchel datang dan menghampiri mereka. "Keyla? Lo ngapain masih di sini?" tanya Leo.

"Kalian darimana aja? Gue nyariin dari tadi," kata Keyla.

"Kita abis ngeberesin ulah Nanta tadi," kata Marchel. "Lo kenapa nggak pulang? Dan ..." Marchel menatap Nanta yang ada di samping Keyla. "Ah, ni bocah emang suka nyari gara-gara," kata Marchel saat sadar kenapa Keyla belum pulang.

"Key, gue anterin pulang ya?" tawar Leo.

Keyla mengangguk.

"Ya udah lo pulang bareng Leo. Gue mau ke rumah Sheryl. Takut dia kenapa-napa." Marchel lalu berjalan pergi.

Keyla hendak berdiri, namun tangan Nanta memeluk erag pinggangnya. "Rasya, lepas," bisik Keyla.

"Jangan tinggalin gue," kata Nanta mengigau.

Keyla berusaha memapah Nanta dibantu dengan Leo. "Ni bocah emang rada-rada ya, masa lo diajak diem di sini sih," kata Leo kesal.

"Gimana kabar lo? Udah lama nggak ketemu," kata Keyla.

"Gini-gini aja, emang mau gimana lagi?" tanya Leo. "Kalau lo mau tau kabar orang yang berubah dasyat ya ini," kata Leo sambil menunjuk Nanta.

"Dia bilang dia baik-baik aja," kata Keyla.

"Gengsi dia gede, makanya sok-sok an kayak gitu," ujar Leo.

Keyla hanya bisa terdiam mendengar ucapan Leo. Ingin ia mempercayai ucapan itu, tetapi Keyla takut dia akan jadi terlalu kegeeran.

***

DARI masuk mobil hingga kini, tangan Nanta tak pernah melepaskan pelukannya dari pinggang Keyla. Seolah tidak menginginkan lelaki itu untuk pergi.

"Ah, berasa kayak supir gue," kata Leo saat melihat ke kaca yang memantulkan dua orang yang tengah duduk di bangku belakang. "Key, boleh minta tolong nggak?" tanya Leo.

"Apa?" tanya Keyla.

"Kasi Nanta air, terus tolong gantiin bajunya. Dia bisa dimarah kalau sampe ketauan mabuk-mabukan lagi sama ortunya," kata Leo.

Keyla pun mengambil sebotol air dan memberikannya kepada Nanta. Hal itu menyebabkan Nanta tersadar dari mabuknya walaupun tak sepenuhnya.

"Arghh," erang Nanta sambil memegang kepalanya yang pusing.

Tangan Keyla terjulur untuk membuka kancing baju Nanta, namun tangan gadis itu reflek ditepis Nanta.

"Gue bisa sendiri," ujarnya. "Mana baju gue?" tanya Nanta.

Keyla memberikan baju yang tadi diberikan Leo kepada Nanta.

"Gila lo ya Nan, masa lo ngebiarin Keyla di club sih?" omel Leo.

"Salah sendiri nggak pulang sama pacarnya," kata Nanta sambil melepas kemejanya.

Keyla menatap tubuh Nanta yang banyak lukanya. Apa berantem sekarang adalah hobi lelaki itu? Kenapa ada begitu banyak luka?

"Ngapain liat-liat?" tanya Nanta galak.

Keyla gelagapan mengalihkan pandangannya, "nggak kok."

"Baru setengah sadar aja galaknya udah langsung muncul. Kalau tau gitu, nggak gue suruh Keyla ngasih air ke elo, biar tetep mabuk, terus meluk-meluk Keyla," ujar Leo.

Nanta mendengus, "gue? Meluk dia? Mungkin gue kebiasaan meluk cewek-cewek di club pas mabuk," dusta Nanta.

Rasya main sama cewek-cewek di club? batin Keyla.

"Alasan lo aja," kata Leo.

"Au ah gue ngantuk," kata Nanta. "Pinjem bentar buat tidur," kata lelaki itu sambil merebahkan kepalanya di paha Keyla.

"Bilang aja kali pengen nyari kesempatan di dalam kesempitan," ledek Leo.

"Bacot," umpat Nanta.

Keyla masih membeku karena sikap Nanta yang terus berubah-ubah. Membuat dirinya bingung dengan perasaan Nanta yang sebenarnya.

"Ras," panggil Keyla.

"Nama gue Nanta," kata Nanta. "Udah gue bilang kan jangan manggil gue dengan nama Rasya lagi? Apa lo pingin banget dispesialin?" Mata Nanta terbuka dan menatap Keyla. Gadis itu menjadi salah tingkah karena ucapan Nanta.

"Gue cuma belum terbiasa aja manggil lo Nanta," kata Keyla.

Gue juga nggak mau manggil lo dengan nama Nanta, karena nama Rasya itu bener-bener berarti bagi gue, batin Keyla.

"Kalau misalnya gue bilang gue juga belum terbiasa dengan lo pacaran sama cowok lain, apa lo mau mutusin dia?" tanya Nanta sambil menatap Keyla lekat-lekat.

Keyla membuang muka dan gelagapan. Mungkin dia egois, Keyla ingin Nanta bersikap seperti dulu, tetapi gadis itu tidak akan pernah bisa memutuskan hubungannya dengan Arash.

"Eee ... gue ..."

"Nggak usah dijawab, itu cuma misalnya," ujar Nanta lalu kembali memejamkan matanya.

~Terima Kasih Telah Membaca~

***

Next? 200++ komen

03-06-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro