20. Masalah Masa Lalu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Ijin promosi ya! Mampir ke cerita fanfiction pertama aku yuk! Baru beberapa part sih, tapi masukin ke reading list ya biar dapet notif kalau aku update!

CCS #1 Cowok Limited Edition | Lucas

Sinopsis :
"Lo bisa nggak sih sehari aja nggak gangguin gue?" -Kim Doyeon.

"Jadi kasih sayang yang selama ini gue curahkan lo anggap gangguan?" -Lucas.

Semua itu bermula karena Doyeon tidak sengaja menyenggol tangan Lucas yang sedang asyik bermain Superstar SM. Lucas yang tadinya akan berhasil meraih bintang tiga pada lagu kokobop hard menjadi gagal lagi.

Sejak saat itu, Lucas selalu mengganggu Doyeon. Menurut Lucas, mengganggu Doyeon adalah sesuatu yang sangat menghibur. Sedangkan bagi Doyeon, semua itu adalah tekanan batin.

Penasaran? Buruan cek di work ku ya! Makasi!

***

~Selamat Membaca~
[Second Chance]
20. Masalah Masa Lalu
_______________________________
Kenapa masa lalu kita harus serumit ini?

***

FOLLOW INSTAGRAM :
@ananta.fredick
@keyla.fleura
@aboutpinge

***

"RASH," sapa Marchel ketika Arash mengangkat teleponnya.

"Kenapa?" tanya Arash to the point.

Marchel mendengus, "jangan ketus kek. Gue ada di depan rumah lo nih," kata lelaki itu.

"Hah?!" tanya Arash kaget.

"Iya, gue ada di depan nih, sama Sheryl," ujar Marchel.

"Oh."

"Kok oh doang sih?" tanya Marchel kesal.

"Ya udah pulang sana," ujar Arash.

Dan beberapa detik kemudian sambungan telpon terputus. "Anjir ni bocah," maki Marchel di depan ponselnya.

"Kenapa?" tanya Sheryl yang terlihat sudah sangat penasaran dengan respon Arash.

"Kamu kayak nggak tahu Arash aja," ujar Marchel. "Disuruh pulang nih kita."

"Jadi gimana? Batal gitu?" tanya Sheryl.

Marchel menggeleng, "ya nggak lah! Gila kali, terus Nanta gimana?"

"Ya kakak yang tanggung jawab! Mana aku bilang aku hamil lagi," ujar Sheryl.

"Ah, aku punya ide," ujar Marchel.

"Apaan?" tanya Sheryl.

"Bentar deh," kata Marchel. Lelaki itu sibuk mengutat ponselnya. Beberapa detik kemudian Marchel nampak sedang menelpon seseorang.

"Hallo," sapa Keyla di sebrang sana. "Ada apa Chel?"

"Hallo Key, gue sekarang ada di depan rumah lo nih, lo bisa tolong bukain nggak?" tanya Marchel.

"Hah?! Depan rumah gue? Ngapain?" tanya Keyla.

"Ya nanti gue jelasin. Mending sekarang lo bukain dulu pintunya," ujar Marchel.

"Ya udah, tunggu bentar," kata Keyla.

Sambungan pun terputus. Marchel menatap Sheryl dengan cengirannya. "Beres udah," katanya.

Beberapa menit kemudian pagar rumah Keyla dan Arash terbuka, menampilkan Keyla yang tengah memakai celana pendek dan kaos lengan pendek berwarna putih. Marchel dan Sheryl pun segera keluar dari mobil dan menghampiri gadis itu.

"Loh, kalian kok ada di sini sih?" tanya Keyla bingung.

Tiba-tiba Arash datang, "ngapain?" tanya Arash sambil menatap jengkel ke arah Sheryl.

"Lo galak banget sih? Gue mau ngobrol bentar sama lo," kata Sheryl.

"Siapa yang bukain lo pintu sih?" tanya Arash.

"Gue. Emangnya kenapa?" tanya Keyla bingung.

Arash berdecak kesal. Lelaki itu langsung kembali masuk ke dalam tanpa memperdulikan yang lainnya.

"Ih, Arash, bentar dulu!" teriak Sheryl. Gadis itu segera mengejar Arash.

Keyla masih di sebelah Marchel dan menatap dua orang itu dengan kebingungan. "Ini ada apaan sih?" tanya gadis itu.

Marchel mengangkat bahunya, "ada masalah antara percintaan mereka," ujar Marchel.

"Oh." Entah kenapa Keyla merasa tak suka mendengar kalimat Marchel barusan. "Ya udah, ayo masuk," ajak Keyla. Gadis itu hendak kembali ke dalam, namun tangannya dicekal oleh Marchel.

"Mending lo ikut gue aja," kata Marchel.

"Kemana?" tanya Keyla.

"Ke kafe," ujar Marchel. "Daripada ganggu mereka," tambahnya.

Keyla nampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengangguk setuju, "ya udah deh. Tapi gue ganti baju dulu ya," ujar Keyla.

"Eh, nggak usah, gini aja nggak papa," kata Marchel.

"Ih, malu kayak gini," kata Keyla.

Marchel langsung menarik tangan Keyla, "udah ikut aja!"

***

ARASH benar-benar merasa risih dengan kedatangan Sheryl ke rumahnya. Karena sejak tadi Sheryl terus menatapnya. Padaha Arash sudah menyibukkan diri dengan membaca buku, tetapi gadis itu tetap kekeuh tidak mau pulang sebelum pertanyaannya dijawab.

"Pulang sana," usir Arash untuk kesekian kalinya.

Sheryl menggeleng yakin, "nggak mau," ujarnya.

Arash berdecak. Sudah setengah jam mereka berposisi seperti ini di ruang tamu, tetapi Sheryl tidak menyerah juga. Alhasil Arash memutuskan untuk bangkit dari duduknya, "ya udah kalau gitu lo diem aja di sini, gue mau masuk kamar." Arash hendak berjalan meninggalkan Sheryl, tetapi tangannya ditahan oleh gadis itu.

"Rash, gue cuma mau minta jawaban itu aja, setelah itu gue bakalan pulang deh," kata Sheryl. "Janji."

"Gue nggak tahu," ujar Arash.

"Jangan bohong! Gue tahu kepergian Dara pasti ada hubungannya dengan kepergian lo. Dan sebelum Dara pindah sekolah, sikapnya juga berubah ke gue," kata Sheryl.

"Tanya ke Dara langsung," kata Arash.

"Ih, dibilangin Dara jutek parah sama gue, mau nanya aja gue nggak berani. Gue takut kalau gue pernah ngelakuin kesalahan sampai dia semarah itu sama gue," jelas Sheryl.

"Lo nggak salah," kata Arash.

"Ya terus gimana? Apa masalahnya?" tanya Sheryl.

Arash tak menjawab, lelaki itu malah berjalan menuju kamarnya.

"Rash! Arash! Tunggu!" terika Sheryl. Gadis itu berjalan mengikuti Arash sampai di depan pintu kamar lelaki itu.

Arash berhenti dan membalikkan badannya. Lelaki itu menatap Sheryl jengkel, "mau ikut gue juga?" tanya Arash.

Sheryl terdiam. Selama mereka pacaran dulu, Sheryl sama sekali tidak pernah menginjakkan kaki ke kamar Arash. Tetapi, kalau Sheryl tidak masuk sekarang, pasti Arash tidak memperdulikannya. Alhasil Sheryl mengangguk walaupun ragu.

"Terserah lo," kata Arash. Lelaki itu membuka pintu kamarnya dan masuk ke dalam.

Demi apapun, ternyata kamar Arash juga sebagus dengan rumah Arash. Bahkan kamar asli Arash lebih bagus dari apa yang dibayangkan Sheryl.

Gadis itu masuk ke dalam dan menutup pelan pintu kamar Arash. Sheryl lalu berjalan menuju sofa dan duduk di ujung sofa. Sementara Arash memilih duduk di kasurnya sambil membaca buku.

"Gue mau mandi," ujar Arash tiba-tiba. Arash menutup bukunya dan menaruhnya di atas nakas. "Lo bisa keluar sekarang," kata Arash sambil turun dari kasur dan berjalan menuju kamar mandi.

Sheryl menggeleng. Ia tahu ini adalah akal-akalan Arash supaya Sheryl keluar dari kamar ini dan Arash bisa mengunci kamarnya. "Gue nggak bakalan pergi dari sini sebelum lo jawab pertanyaan gue dengan jujur," kata Sheryl mantap.

"Nggak sekalian mau mandi bareng gue?" tanya Arash sengit.

Sejujurnya lelaki itu sangat tak bisa mengabaikan Sheryl seperti ini. Karena Sheryl seolah-olah mempunyai magnet untuk menarik rasa simpatinya. Tetapi Arash juga tidak mau menjawab pertanyaan Sheryl.

"Ih, Arash, apaan sih?" tanya Sheryl dengan muka merah seperti tomat.

Melihat kesempatan untuk bisa mengusir Sheryl, Arash pun memasang senyum miringnya. Menurut sebagian besar cewek-cewek, senyum miring milik Arash itu sangat mematikan, tetapi bagi Sheryl senyum itu bagai kutukan. Pertanda bahwa aura jahat Arash telah keluar.

Arash berjalan pelan mendekati Sheryl. Melihat tampak takut dari Sheryl membuat Arash puas. Setidaknya Sheryl keluar dari kamarnya, maka mungkin rasa simpati Arash akan sedikit berkurang.

Tangan Arash memegang sisi kanan dan kiri sofa, membuat Sheryl terkurung di dalamnya. Senyuman Arash semakin menjadi-jadi membuat Sheryl menutup matanya. "Rash, jangan kayak gini," cicit Sheryl.

Arash mendekati Sheryl dan membisikkan sesuatu, "emang lo maunya gue kayak apa?"

Bisikkan itu membuat Sheryl menjadi semakin takut, dan akhirnya air mata gadis itu keluar. Gadis itu terisak, membuat Arash melongo. Arash tahu bahwa Sheryl cengeng, tetapi lelaki itu tidak tahu bahwa Sheryl masih sama seperti dulu.

"Jangan nangis, gue bercanda," ujar Arash berusaha menenangkan. Jujur saja Arash tak suka melihat Sheryl menangis, apalagi kalau sekencang ini. Bisa-bisa telinga laki-laki itu jadi budeg, karena mendengar tangisan Sheryl.

"Lo jahat banget sih," lirih Sheryl sambil mengusap air matanya yang tak mau berhenti.

"Maaf," kata Arash. Lelaki itu kemudian duduk di sebelah Sheryl dan memeluk gadis itu. "Gue ceritain semuanya deh," bujuk Arash.

Arash menyerah. Kalau sudah begini satu-satunya cara untuk membuat tangis Sheryl mereda hanya dengan menuruti permintaannya. Kalau tidak, siap-siap saja telinganya akan budeg.

Tangis Sheryl berhenti, digantikan dengan wajah yang berseri-seri. "Ayo ceritain! Sekalian makan ya, gue laper," kata Sheryl cengengesan.

Arash hanya bisa mengangguk mengiyakan keinginan gadis itu.

~Terima Kasih Telah Membaca~

***

Sori baru update. Jangan lupa vomment! 250+ komen buat next ke part selanjutnya!

26-06-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro