23. Dia Lucu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~Selamat Membaca~
[Second Chance]
23. Dia Lucu
_______________________________
Bahkan sejak awal aku merasa ada yang berbeda dengannya.

***

FOLLOW INSTAGRAM :
@ananta.fredick
@keyla.fleura
@aboutpinge

***

KALIMAT Arash masih terngiang-ngiang di telinga Sheryl. Bagai kaset rusak yang terus berputar. Gadis itu masih belum menyangka kalau semua kata-kata itu akan ia dengarkan dari mulut seorang Arash.

"Lo beneran mau tahu kenapa Dara ngejauh dari lo?" tanya Arash.

Sheryl mengangguk.

"Dia suka sama gue," ujar Arash.

Mata Sheryl melotot. Ia tidak menyangka kalau sahabatnya itu menyukai laki-laki yang sama sepertinya. Bukannya selama ini Dara selalu berduaan dengan Saka —adik Arash. Lalu kenapa Dara bisa menyukai Arash?

"Terus lo gimana?" tanya Sheryl. "Siapa yang lo suka sebenarnya?"

"Yang pasti bukan lo," kata Arash.

Sheryl terdiam. Gadis itu membeku. Pernyataan Arash benar-benar menyakitkan buatnya. Apakah Arash harus mengatakan semua itu.

"Jadi selama pacaran lo nggak suka sama gue?" tanya Sheryl.

Arash mengangguk.

"Terus lo ngapain pacarin gue?" tanya Sheryl. Mata gadis itu sudah berkaca-kaca.

"Pengen nyoba aja mungkin."

Tanpa disadari air mata Sheryl menetes membasahi pipinya. Gadis itu menatap Arash tak percaya. Sheryl mencoba bangkit dari kursi walaupun badannya bergetar. Gadis itu mencoba untuk melayangkan tamparan ke pipi Arash, tetapi tangannya terhenti sebelum mengenai pipi lelaki itu.

"Terus lo kenapa balik ke sini lagi?" tanya Sheryl lirih.

"Hanya sekedar memeriksa kondisi lo," kata Arash datar.

Sheryl menatap Arash tak percaya, "gue nggak nyangka lo sejahat ini!" Gadis itu mengambil tasnya yang ada di atas meja dan keluar dari rumah Arash. Bahkan sup buatan Arash pun belum sama sekali ia sentuh.

Di sinilah Sheryl sekarang. Di depan rumah Arash menunggu jemputan dari Nanta. Air mata gadis itu tak berhenti menetes.

Ternyata begini rasanya mengetahui seseorang yang kita percaya menghianati kita. Bahkan hal ini lebih menyakitkan dari saat Sheryl putus dulu.

"Lo kenapa?" tanya Nanta yang baru saja keluar dari mobilnya. Di belakang lelaki itu ada Keyla yang mengekori.

Sheryl menatap Nanta dengan mata yang sudah berair. Beberapa detik kemudian isak tangis gadis itu terdengar, "Nan ... gue mau pulang," lirihnya.

"Tapi bilang dulu kenapa. Jangan-jangan lo beneran dihamilin ya? Siapa bapaknya?" tanya Nanta.

Keyla yang ada di belakang Nanta memukul lengan lelaki itu, "ih, jangan bercanda," kata Keyla.

"Gue serius," kata Nanta.

"Ayo pulang." Sheryl menarik tangan Nanta, membuat lelaki itu terpaksa mengikuti gadis itu.

"Key, gue duluan," teriak Nanta.

Keyla hanya mengangguk pelan. Dia harus meminta penjelasan kepada Arash. Kenapa lelaki itu tega membuat Sheryl menangis seperti itu? Dari sudut pandang Keyla selama ini, sepertinya Arash memiliki hubungan dengan Sheryl, Dara dan juga Saka. Dan Keyla ingin mengetahuinya sekarang juga.

***

"UDAH puas?" tanya Arash pada seseorang yang sejak tadi terhubung di ponselnya. Orang yang sejak tadi mendengarkan semua percakapan Arash dan Sheryl.

"Memang seharusnya kamu melakukan hal itu. Kamu mau Saka yang menggantikan posisimu? Kamu mau mengorbankan adikmu? Atau kamu mau Mom membatalkan kerjasama dengan orang tua Keyla?" tanya Olla.

"Terserah Mom saja," kata Arash lalu memutuskan sambungan telpon. Lelaki itu memijat pelipisnya. Apakah pilihannya kini benar? Menyakiti Sheryl demi Keyla dan Saka.

"Rash," panggil Keyla.

Arash yang masih duduk di kursi meja makan menatap Keyla, "abis darimana?" tanya lelaki itu.

"Keluar, gue nggak mau ganggu lo sama Sheryl ngobrol," jawab Keyla.

"Besok-besok kalau keluar ijin dulu, Pak Romi tadi hampir ngelapor ke nyokap gue," kaga Arash.

Keyla mengangguk. "Tadi Sheryl kenapa?" tanyanya memberanikan diri.

"Gue nyelesaiin semuanya lebih cepet," jelas Arash.

"Maksudnya?" tanya Keyla. Sedetik kemudian dia tersadar, "lo ngakhirin hubungan lo sama dia?" tanya Keyla.

"Dari dulu emang udah berakhir, gue cuma memperjelas ke dia supaya dia nggak berharap," kata Arash. "Lo juga sebaiknya kayak gitu ke Nanta." Arash beranjak dari duduknya.

Keyla dengan cepet menahan tangan Arash, "apa dengan kayak gini semuanya bakalan baik-baik aja?" tanya Keyla.

Laki-laki itu mengangguk, "semua bakalan baik-baik aja, cuma mungkin satu yang nggak bakalan baik-baik aja. Perasaan kita," kata Arash lalu berjalan meninggalkan Keyla.

Apa gue sama sekali nggak punya harapan? batin Keyla.

***

NANTA menoleh ke samping. Sheryl masih sesegukan di sana. Lelaki itu pun berinisiatif mengambil tisu dan memberikannya kepada gadis itu. "Udah deh jangan nangis," kata Nanta. "Atau perlu gue datengin Arash?" tanya Nanta.

Sheryl mendelik. Gadis itu dengan cepat menggeleng, "jangan aneh-aneh Nan," katanya.

"Orang gue mau belain lo malah dibilang aneh-aneh," gerutu Nanta kesal.

"Gue bisa kok datengin dia sendiri," kata Sheryl.

"Terus lo datengin dia mau ngapain? Kalau gue kan udah jelas bakalan ngajak berantem, kalau lo? Mau nangis-nangis di depan dia kayak gini?" tanya Nanta kesal.

Sheryl memukul lengan Nanta, "lo mah," rajuknya.

"Makanya berhenti nangis," kata Nanta.

"Iya, ini juga lagi berusaha," ujar Sheryl.

"Apa perlu kita pura-pura pacaran lagi?" tanya Nanta tiba-tiba.

"Biar apa?" tanya Sheryl.

"Ya ... biar lo bisa nunjukin ke Arash kalau lo nggak sedih-sedih banget ditinggal sama dia," kata Nanta.

"Kok lo tahu gue ditinggal Arash?" tanya Sheryl bingung.

"Terus apa lagi yang bisa buat lo nangis lebay kayak gini?" tanya Nanta. "Oh, iya, gue lupa, lo kan emang suka nangis lebay kayak gini."

Sheryl mendelik. "Ini kapan sampainya sih? Perasaan rumah gue nggak jauh-jauh amat," ujar Sheryl.

Nanta terkekeh, "udah daritadi kali kita nyampe," kata Nanta.

Gadis itu mengedarkan pandangannya. Ternyata benar yang Nanta ucapkan. "Lo kok nggak bilang sama gue?"

"Lo nggak nanya," kata Nanta.

"Tapi kan lo seharusnya ngasi tahu," ujar Sheryl.

"Lo mau gue disalahin karena bawa pulang anak orang dalam keadaan nangis?" tanya Nanta.

Sheryl terdiam.

Entah inisiatif dari mana, tangan Nanta terulur dan mengelus pelan rambut Sheryl, "jangan kebanyakan nangis, gue nggak suka ngeliatnya," kata Nanta.

Deg.

Jantung Sheryl berdebar dengan cepat. Ia tidak tahu elusan Nanta akan sangat berpengaruh pada dirinya. "Eee ... gue masuk dulu ya Nan, makasi," ujat Sheryl gelagapan. Gadis itu mengambil tasnya dan keluar dari mobil.

Nanta tersenyum melihat tingkah Sheryl. Di mata Nanta, gadis itu terlihat lucu, bahkan saat pertama kali mereka bertemu.

~Terima Kasih Telah Membaca~

***

Next? 300++ komen!

Semoga bisa next secepatnya ya! Kalau ngaret spam aja aku!

05-07-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro