32. Bukan Yang Sebenarnya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

~Selamat Membaca~
[Second Chance]
32. Bukan Yang Sebenarnya
_______________________________
Tidak ada hal yang sebenarnya di dunia ini, hanya ada sedikit kebenaran di dalam beribu kebohongan.

***

FOLLOW INSTAGRAM :
@kdk.pingetania
@sheryl.geana
@arash.bagaskara
@ananta.fredick
@keyla.fleura
@aboutpinge

***

ID LINE :
kdk.pingetania [jgn telp, jgn spam]
keyla.fleura
ananta.rasya
arash.bagaskara
sheryl.geana

***

ARASH menatap Keyla kesal. "Kenapa bisa gini?" tanya lelaki itu sambil berjongkok di hadapan Keyla. Arash menyentuh pelan kaki Keyla yang terkilir.

"Aww," ringis Keyla.

Arash berdecak lalu berdiri, lelaki itu menatap Keyla lekat-lekat, "kenapa bisa gini?" tanya Arash sekali lagi.

"Tadi Rasya nggak sengaja nabrak gue," cicit Keyla.

"Kok bisa?! Sekarang dimana dia?" tanya Arash marah.

"Dia nggak sengaja Rash," ujar Keyla menenangkan lelaki itu. Keyla sebenarnya tidak ingin Arash menjemputnya ke UKS, tetapi entah dari mana Arash mengetahui bahwa Keyla ada di sini. Alasan Keyla tidak ingin Arash datang karena emosi Arash sedang tidak stabil beberapa hari ini. Keyla merasa Arash mempunyai masalah dengan keluarganya sehingga membuat lelaki itu bertambah dingin dan tidak bisa mengontrol emosinya. "Gue nggak papa kok," kata Keyla berusaha menenangkan Arash.

Lelaki itu mendengus dan berusaha menstabilkan emosinya, "sekarang kaki lo masih sakit?" tanya Arash dengan nada yang terkesan dingin.

Keyla mengangguk ragu.

Arash berjongkok membelakangi Keyla, "ayo naik, gue gendong," kata Arash.

"Eee ... nggak, gue bis—"

"Cepet Key," ucap Arash.

Mau tidak mau Keyla pun akhirnya mengikuti perintah Arash. Gadis itu mengalungkan tangannya di leher Arash.

Beberapa detik kemudian Arash bangkit dan menggendong Keyla keluar dari UKS.

Saat sedang menyusuri koridor, Arash berpapasan dengan Dara dan Saka. "Rash," panggil Dara.

Arash mengabaikan panggilan itu dan tetap berjalan, tetapi Saka menghentikan langkah lelaki itu. Ia berdiri di depan Arash.

"Misi," ucap Arash dingin.

"Rash, lo bisa nggak sih sekali aja nggak ngacangin gue," ujar Dara. Gadis itu berjalan mendekati Arash. "Lo tahu kan gue suka sama lo," ujar Dara sambil menatap Arash. "Tapi kenapa lo malah tunangan sama dia?" tanya Dara sambil menatap sinis ke arah Keyla.

Keyla yang ditatap seperti itu pun berusaha mengalihkan penglihatannya.

"Ya gue tahu lo suka sama gue, terus kenapa?" tanya Arash. "Gue nggak suka sama lo, puas?"

Dara meneteskan air matanya, gadis itu berlari meninggalkan Arash dan yang lainnya di sana.

Saka mendengus dan menatap Arash tajam, "apa mulut lo itu nggak bisa ngeluarin kata yang bikin orang lain nggak sakit hati?" tanya Saka dengan nada emosi.

Di saat suasana sedang memanas seperti itu, di saat itu pula Nanta dan Sheryl kebetulan melewati koridor tersebut.

Nanta menarik tas Sheryl, "ayolah pulang bareng gue," kata Nanta.

"Ih, lepasin Nan! Gue kan udah bilang nggak," kata Sheryl sambil menarik tasnya agar terlepas dari tangan usil Nanta.

Lelaki itu menarik tas Sheryl hingga gadis itu mundur beberapa langkah. "Apaan sih Nan?" tanya Keyla kesal.

"Dih galak banget, liat dulu tuh," kata Nanta sambil menunjuk tempat Saka, Dara, Arash dan Keyla.

Sheryl menatap ke arah Saka dan Arash saling bertatapan. "Kayaknya mereka bertengkar deh Nan," kata Sheryl.

Nanta menatap ke arah Arash dan Saka, "mungkin," kata Nanta santai. Lelaki itu berjalan mendekati mereka.

"Mau ngapain Nan?" tanya Sheryl.

"Nontonin mereka tarung," ujar Nanta santai.

Sheryl berjalan membuntuti Nanta.

Nanta berdiri di belakang Arash dan mencolek tangan Keyla yang masih digendong Arash. "Kenapa nih?" bisik Nanta.

Keyla menoleh ke arah Nanta, "Rasya?" tanya Keyla bingung.

"Gue ngomong sesuai kenyatan, bukan kayak lo, yang cuma bisa munafik," kata Arash.

"Tapi setidaknya lo berusaha ngertiin Dara, dia suka sama lo, dan lo tau itu. Setidaknya lo coba buat balik nyukain dia," kata Saka.

"Gue harus berusaha nyukai dia sedangkan gue tahu kalau adik gue suka sama dia," kata Arash.

Saka bungkam. Ia tidak tahu bahwa Arash menyadari bahwa dirinya menyukai Dara.

"Lo tahu kenapa gue tunangan sama Keyla dan ngerelain semua kehidupan gue di Indo? Itu semua karena lo! Orang tua kita bakalan buat lo yang ditunangin kalau gue sampe nolak tunangan ini. Gue tahu lo suka sama Dara, gue mau lo jujur sama dia, bukan malah kayak gini," kata Arash.

Saka terkejut mendengar kalimat yang diucapkan kakaknya itu. Itu adalah kalimat terpanjang dan termenyakitkan yang pernah Arash ucapkan. Jadi Arash mengorbankan dirinya sendiri untuk Saka, dan Saka malah terus-terusan menyalahkan kakaknya itu.

"Lo nggak papa?" tanya Nanta saat melihat Sheryl yang terlihat terkejut mendengar pernyataan Arash.

Sheryl berjalan dan menatap Arash, "itu bener?" tanya Sheryl.

Arash mengalihkan pandangannya dari Saka ke Sheryl. "Lo kenapa di sini?" tanya Arash. Lelaki itu melepas gendongannya dan membuat Keyla turun.

"Itu nggak penting, lo harus jawab pertanyaan gue," kata Sheryl.

"Ikut gue, kita bicarain ini di tempat lain," kata Arash sambil menarik tangan Sheryl. "Tolong anter Keyla pulang," kata Arash sambil menatap Nanta sebelum akhirnya pergi.

Nanta menatap Keyla yang masih memasang wajah bingung. "Yuk naik," kata Nanta sambil berjongkok di hadapan Keyla.

"Gue bis—"

Tanpa mendengar ucapan Keyla lagi, Nanta langsung berdiri dan menggendong Keyla seperti menggendong karung beras.

"Ih, Rasya, turunin gue!" teriak Keyla.

"Diem jangan berisik kalau nggak mau diliatin orang-orang," kata Nanta lalu membawa Keyla menuju parkiran.

***

ARASH menatap Sheryl.

"Apa yang lo ucapin tadi bener?" tanya Sheryl.

"Kalau itu semua bener, terus lo mau apa?" tanya Arash.

Sheryl menatap Arash tak percaya, "terus lo kenapa waktu itu bilang kalau lo nggak suka sama gue. Kenapa lo bilang kalau lo cuma mainin gue waktu itu. Kenapa lo nggak bilang kalau lo tunangan karena terpaksa?" tanya Sheryl.

"Iya gue masih suka sama lo, terus kenapa? Apa dengan gue bilang kayak gini bakalan ngerubah semuanya? Gue sama lo nggak bakalan bisa balikan lagi."

Sheryl menatap Arash tak percaya, "apa lo semudah itu buat ngerelain hubungan kita?" tanya Sheryl.

"Iya."

Gue nggak mau lo sampai kenapa-napa kalau di deket gue, batin Arash.

Jawaban dari Arash membuat Sheryl meneteskan air matanya. Gadis itu benar-benar tidak bisa berkata apa-apa lagi.

"Kayaknya udah nggak ada lagi yang harus kita omongin. Gue pergi dulu," kata Arash dan pergi meninggalkan Sheryl.

~Terima Kasih Telah Membaca~

***

Maaf baru next sekarang, itu karena aku sibuk dengan sekolah ku. Jadi tolong buat kalian para pembacaku lebih bijak dalam berkomen. Jangan komen seenaknya, bilang ceritanya kependekan lah, next nya lama lah. Emang kalian pikir ngetik itu nggak butuh waktu? Nggak butuh ide? Nggak butuh mood?

Aku sangat menghargai kalian karena tanpa kalian, aku bukan apa-apa. Makanya setiap kali aku next lama aku selalu minta maaf, tapi kalian juga tolong hargai aku. Kalau kalian emang mau jadi silent reader, bagiku nggak masalah, tapi tolong jangan komen-komen seenaknya.

Bahkan sekarang aku hampir nggak pernah bacain komentar kalian dari atas sampe bawah, karena aku takut bakalan ada komen yang buat mood aku hancur.

Sama buat kalian yang pingin ngehubungin aku di wa atau line, plis jangan nelpon kalau nggak penting. Cukup chat aja dengan sopan. Jangan cuma chat dengan huruf 'p' doang, setidaknya kalian bilang 'hai' 'hallo' atau yang lainnya buat ngeawalin pembicaraan. Aku tau sebagian dari kalian lebih tua dari aku, tapi setidaknya pake tata krama lah kalau mau ngechat orang yang kalian nggak kenal.

Terus jangan nanya hal-hal yang privasi, kayak agama ku atau aku udah punya pacar atau yang lainnya. Karena itu menurunku nggak penting buat kalian ketahui. Itu hal yang privasi dan nggak seharusnya kalian tanyain.

Maaf kalau kata-kataku nyinggung kalian, tapi aku mohon banget buat hargai penulis.

10-08-2018

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro