Part 7 Kaulah Segalanya

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Heloo gaesssss

Jangan lupa voment, itu bintang di pojok kiri sekalian tekan ya👍

Jangan lupa komen gaessss😎

Oke dehhhh lanjoettttttt

                            * * *

"Cieeee udah baikan." entah itu pujian atau ejekan tapi Jisung langsung dipukuli oleh kembaran identik dengan cara anarkis.

"Ya ampun Yeji sayangku, jangan keras keras dong jewernya..." Jisung mohon ampun buat Yeji langsung dengan cepat melepasnya buat Jisung kaget.

"Elo lagi enggak sawan kan?" Jisung merasa Yeji aneh apalagi dia yang paling senang membully-nya.

"Enggak elahh. Elo paling yang ngejomblo terus."

"Iya gue jomblo terus." cemberut Jisung karena dia emang lagi enggak punya pacar.

"Akhirnya setelah sekian lama Yeji jadi baik, semoga dia berada di tempat tertinggi di sisi tuhan."

"Anjir, jangan doain gue mati dulu." pekik Yeji yang udah enggak habis pikir sama kebacotan Jisung.

"Udah jangan berisik, kita lagi di kantin. Jangan buat kegaduhan, gue enggak mau tenar sebelum waktunya."

"Lo udah tenar bambang?!!" pekik Yeji langsung nyubit pinggang kakaknya kencang.

"Ohhh iya tah? Kok gue enggak merasa?"

"Sung, masih ada sianida enggak di tas elo?"

"Masih ji, mau dikasih ke Hyunjin kapan?"

"Ehhh anjir, iya gue diem."

Mereka diam menikmati makanan kesukaan mereka. Yeji juga melahap gado-gado kesukaannya sampai habis tak bersisa.

"Ehhh kebo, itu udah habis masih aja mau nambah lagi." ejek Hyunjin pas tahu Yeji langsung ngelirik ketopraknya yang masih utuh.

"Udah elo jangan pake diet segala, lo tuh udah kayak lidi tahu enggak. Jangan sampai nyamain Jisung yang udah kayak bulu yang enggak ada tulangnya."

"Gue diem aja masih diejekin, heran Justin." ucap Jisung sambil menyeruput es jeruk yang sudah tinggal setengah.

"Kalian makan enggak ngajak ngajak." keluh Felix lalu duduk di samping Jisung.

Iya si Hyunjin sama Yeji nempel mulu kayak perangko, mana dikira sama orang pacaran lagi.

"Tenang aja, kantin lagi sepi gini. Santuy aja napa." ucap Jisung langsung dorong Felix buat mesen makanan.

"Okeee okeee." Felix langsung pergi mesan makanan.

"Ehhh tumben Seungmin enggak bareng sama kalian?" tanya Yeji buat Hyunjin meremang. Apalagi saat ia ingin ke kantin tadi ia melihat Seungmin yang asyik berbincang dengan Renjun sambil memakan bekalnya.

"Dia enggak kesini, dia bawa bekel soalnya." ucap Hyunjin dan Jisung cuma ber-oh ria.

Tapi tidak untuk Yeji, dia menaikkan sebuah alisnya.

Ia tahu Hyunjin dan Seungmin itu tergolong dekat, bahkan Hyunjin yang sering nginap di rumah Seungmin jadi satu alasan kenapa mereka sangat dekat. Ia jadi yakin ada permasalahan diantara mereka mengingat Hyunjin yang biasanya ngajak Seungmin ke kantin.

"Lo enggak lagi kemusuhan kan?" tanya Yeji sambil berbisik pada telinga Hyunjin.

Hyunjin menggeleng dan setelahnya Felix membawa nasi uduk dengan es teh yang sudah ia tegak hingga tersisa setengah.

"Lix, bagi dong tempenya." pinta Yeji pas ngeliat ada 3 tempe di dalam bungkusan nasi tersebut.

"Sok aja ambil,"

"Yeeeeeeee."

"Hehh, lo tuh udah berisi makan bae kerjaannya." ejek Hyunjin.

"Biarin, emang gue peduli." Hyunjin cuma bisa ngomong kasar dalam hati. Tapi dia jadi ingat sesuatu–

"Ji, laki-laki yang ngasih tulisan ke elo kemarin siapa sih?" tanya Hyunjin buat Yeji mengutuk Hyunjin pas tahu kembarannya kembali ingat.

"Yeji punya gebetan?!! Mental preman gitu punya?" Jisung cuma bisa ngakak buat Yeji langsung nempeleng Jisung pake sendok.

"Adoehhhhh."

"Hehh gue juga dulu punya ya pacar yang gantengnya ngelebihin lo."

"Yaelah, si Soobin masih ae lu inget. Belum move on lu?" sarkas Jisung yang mulutnya emang minta dipelintir pakai tang.

"Tapi beneran, ada yang ngasih tulisan gombal ke Yeji. Dia ngasih kode 'L' ditulisan bawahnya."

"Beneran?!! Gue kira Yeji ngayal." ucap Jisung tapi Yeji cuma bisa terdiam–dan gugup.

"Emang ada yang namanya depannya L?" tanya Felix. Mereka bertiga langsung berpikir dan Yeji langsung meruntuki dan pengen pergi aja dari kantin.

"Lee minho?" tanya Hyunjin buat mereka ketawa.

"Gue enggak kenal namanya yang depannya 'L' ." ucap Felix dan buat mereka binggung.

"Apa itu kakak kelas?" tanya Jisung buat Hyunjin berteriak heboh.

"Kak Lucas?" tanya Hyunjin pada salah satu anggota osis saat mereka melakukan MOS.

"Dia udah punya pacar kali," ucap Jisung yang tahu.

"Ya barangkali mau nambah pacar." ucap Hyunjin buat Yeji cemberut.

"Udah jangan di bahas lagi."

"Dihhh enggak mau ya. Ini harus jadi topik yang harus selalu diomongin sampai ketemu." ucap Jisung menggebu gebu.

"Udah lupain aja, kalau udah nemu orangnya juga kalian enggak bakal kaget."

"Pasti kagetlah." sanggah Jisung.

"Ehhh itu ada Seungmin."

"Udah lo jangan ngelak."

"Itu ada Seungmin bambang?!!" teriak Yeji sambil nengokin kepala Jisung di tempat berdirinya Seungmin dengan wajah datarnya.

"Seungmin, lo enggak makan?" tanya Felix tapi Seungmin hanya diam.

"Lo ada masalah apa sih, min? Kasih tahu dong."

"Gue cuma mau ngomong–

Gue bakal jarang kesini karena gue bawa bekel." ucap Seungmin langsung pergi.

"Udah gitu aja?" tanya Yeji heran.

"Anjirr, napa tuh anak?" Jisung langsung nyusul Seungmin yang jalannya udah jauh banget sampai Jisung bengek ngejernya.

"Pertemanan kalian tuh ajib banget sih? Belum lama baikan sekarang udah berantem lagi." ucap Yeji buat Felix ketawa. Tapi atensinya pada Hyunjin yang liat Felix ketawa dengan muka datarnya dan menyibukkan diri lagi kepada makanannya.

"Kok kalian enggak ngejar?" tanya Yeji sambil noel Hyunjin tapi dia tetap diam.

Yeji sebel banget sama kembarannya yang diam aja kayak habis di hipnotis.

"Gue pengen ngabisin makanan, lagian Seungmin bakal baikan lagi kok," ucap Felix buat Yeji natep dia enggak percaya.

"Teman apaan lo yang enggak ngejer temannya?" tanya Yeji buat Felix noleh dengan tatapan lembutnya.

"Gapapa sih," ucap Felix sambil tersenyum dan atensinya kembali pada Hyunjin yang menatapnya. "Gue udah bilang kan kalau persahabatan itu bakal hancur kalau ada teman yang enggak setia?" tanya Felix lebih ke pekikkan dia pada temannya itu.

Hati Felix mulai pergi, tanpa tahu kapan mereka akan bisa kembali.

                          * * *

Yeji termenung, omongan Hyunjin tadi menyisihkan sebuah tanda tanya besar yang ada di dalam hatinya.

Kata si Hyunjin dia enggak bersalah?

"Bisa jelasin dari awal? Gue bukan puzzle yang bisa menyusun memori secara singkat." ucap Yeji seakan akan membuat Hyunjin termenung.

Itu salahnya Hyunjin apa salah mereka?

"Seungmin ngira gue ngomongin dia di depan teman temannya Eric–"

"Lah lo gimana sih? Kok bisa–"

"Bentar dulu, gue mau nyusun semuanya dari awal." ucap Hyunjin dan Yeji pun mengunci mulutnya agar tidak merocos seperti mercon.

"Yang udah gue jelasin, mereka itu mengira aja. Gue itu enggak ngomongin mereka. Kalau lo ada disana, lo bisa tahu kenapa bisa terjadi," ucap Hyunjin.

"Iya gue tahu, tapi adek lo ini enggak ada disana. Gue enggak tahu apapun Hyunjin."

"Gue enggak salah?!" pekik Hyunjin.

Brak?!!

Yeji langsung aja pergi ke kamarnya. Kakaknya itu emang susah buat diajak kompromi.

Yeji menggeleng frustasi, kenapa mereka selalu menghadapi banyak masalah yang terus berkelanjutan.

Tring~

Tring~

Tring~

"Hallo, napa lo?"

"..."

"Gue mager elahh, kenapa elo aja yang enggak kesini?!!"

"....."

"Hehh tupai, udah tahu sekarang waktu gue rebahan, udah besok aja."

"......"

"Emang kenapa si dower?"

"......"

"Iya iya, udah gue mau tutup. Awas nelpon lagi," Yeji lalu beranjak pergi.

"Mah mau main dulu!!!!"

"Iya, jangan lama lama." ucap sang ibu yang lagi nonton di ruang tv.

"Jangan sampai ketahuan nih," ucap Yeji langsung jalan pelan keluar dari rumah.

Pintu kamar Hyunjin terbuka saat Yeji sudah menutup pagar dan berangkat ke suatu tempat.

"Hehh gimana enggak ketahuan kalau mulut merconnya bikin tidur gue terganggu." ucap Hyunjin lalu berjalan mengendap menyusul Yeji.

Ia tahu adeknya itu kemana.

                        * * *

Hyunjin berjalan ke base camp. Rumah Jisung yang terbilang sepi tanpa ada orang di dalam.

Ia mulai binggung, ia tahu Yeji pasti akan kesini tapi kenapa mereka tidak ada disana?

"Gue tahu lo pasti kesini."

Beberapa derap kaki melangkah ke hadapannya.

Ada ketiga temannya, dan Yeji yang entah bagaimana menjadi bagian dari mereka.

Ia jadi sangat malu, apalagi mata kucing Yeji yang menatapnya tajam bak seorang polisi yang mengintrogasi perampok bank.

Entah kenapa dia hanya diam, tanpa ada percakapan yang ada tapi seseorang menepuk pundaknya.

"Gue tahu, lo enggak akan pernah mau ngaku, Hyunjin." ucap Felix yang menukik hatinya.

Ia merasa itu tidak benar. Tapi dalam hati kecilnya, ia merasa itu ada benarnya.

"Itu emang salah elo, jin. Eric bahkan ngomong kalau elo ngomongin temen temen lo dibelakang." ucap Seungmin buat Hyunjin membulatkan mata.

Jadi–

"Eric yang ngasih tahu ini semua, awalnya gue ragu, tapi pas di angkot itu elo cuma diam tanpa bisa berkata kata. Gue udah bisa nyimpulin." ucap Seungmin.

"Kalian menyimpulkan bahkan dari yang tidak kalian lihat?" Hyunjin mulai mengekspresikan amarahnya apalagi ia kira semua itu adalah apa yang mereka lihat, bukan apa yang di dengar.

"Kita emang enggak sadar, tapi mata lo yang nyadarin kita semua." ucap Felix yang mundur perlahan bersejajar sama temannya dihadapan Hyunjin.

"Mata elo yang menyakitkan buat gue sadar, kalau elo itu punya salah."

"Tapi kalian yakin mau percaya sama Eric?" tanya Hyunjin yang menatap tak percaya kedua temannya.

Entah kenapa sekarang keadaannya terbalik. Hyunjin bagai pencerah bagi mereka yang hanya kumpulan debu yang bisa pergi kemana saja. Mereka kebingungan dan satu hal yang mereka tahu.

Eric telah membohongi mereka.

"Omongan lo bener, gue emang ada salah sama kalian. Tapi bukan itu salahnya."

"Gue tahu, Eric ngirim kalian rekaman suara itu kan? Gue tahu tapi itu cuma rekaman sekilas."

"Kok bisa?" tanya Yeji yang mulai pusing.

"Yang sebenarnya terjadi, Eric itu berusaha memancing gue. Kalian pasti cuma bisa denger suara itu sedikit, bukan?" mereka hanya terdiam.

"Kalau kalian tanya kenapa gue ngerasa bersalah? Karena–

Eric udah nargetin kalian dan gue enggak suka. Eric mau berteman sama gue, dan Eric pengen kalian ngejauhin gue dan buat kalian menjadi bahan permainannya nanti."

Mereka semua binggung.

Omongan Hyunjin bikin candu, membuat mereka tertular dan menuruti akan apa yang dia bicarakan.

Tapi Felix bukan seperti ketiga temannya yang menerima, ia tidak bisa lagi mempercayai Eric maupun Hyunjin.

Mereka itu bagai serigala berbulu domba, apa yang mereka katakan akan sulit Felix terima.

Mereka itu suka berbohong, dan Felix benci orang yang bermuka dua.

                         * * *

Kok konflik mulu ya?😅

Gimana gaesss ceritanya😅

Coment dong👉

Jadi yang bener yang mana gaesss, Hyunjin apa Eric?

Okee see you next time👋

Ayooo voment jan lupa gaesss, biar ane bahagia😅😹

Hehehe

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro