18. Melepas Rindu

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

       Sesampainya di Dream town, Kei langsung bergegas masuk ke apartemennya, ia meletakan segala barang bawaannya di sembarang tempat dan langsung mencari ponsel yang ada di dalam tas miliknya. 

Kei mengernyitkan keningnya ketika ia melihat begitu banyak panggilan tak terjawab dari Gista di ponselnya. Kei bertanya-tanya di dalam hatinya pasal apa yang membuat begitu banyak panggilan dari Gista. 

"Gista ngapain sih nelpon berkali-kali begini ?" ucap Kei bertanya pada diri sendiri. 

Tak mau ambil pusing, Kei mengesampingkan segala tanya di dalam benaknya. Ia justru memainkan jemarinya dan mencari satu nama yang sejak tadi sudah ingin sekali ia dengar suaranya. 

Kei langsung menelpon nomor yang ia beri nama My Lovely tersebut dan tak butuh waktu lama panggilannya pun segera tersambung. 

Beberapa detik berlalu Ryujin di seberang sana tak kunjung menjawab panggilan dari istrinya. Kei pun beberapa kali harus mengulang panggilannya lagi dan berharap Ryu segera menjawab namun nihil adanya, Ryu tak menjawab sama sekali panggilan telpon dari Kei. 

Dengan dengusan kesal, ia melempar ponselnya di atas sofa lalu membenamkan tubuhnya disana. Diraihnya remote televisi yang tak jauh dari jangkauannya. 

Sambil sedikit meregangkan otot-otot tubuhnya yang mulai terasa begitu letih, ia melangkah menuju lemari besar dalam kamarnya. Matanya mulai mencari pakaian ganti namun suara berita di televisi yang menyebut-nyebut nama suaminya membuatnya berpaling dan kembali melangkah ke depan televisi. 

Judul berita yang terpampang di layar kaca membuatnya tercengang seketika dan tak sanggup bergeming sedikit pun. 

DREAM ENTERTAIMENT BOCORKAN TENTANG PERNIKAHAN PARK RYUJIN. SIAPAKAH RARA ? DI MANA LOUISA ?

🍃🍃🍃

       Gista tengah sibuk merapikan meja kerjanya. Tadi ketika acara Dream Family Event selesai, ia dan timnya langsung bertolak ke kantor untuk membereskan sisa pekerjaan mereka. 

Gista masih merasa sedikit kepikiran terhadap keadaan Kei saat ini, sejak tadi ia mencoba menghubungi Kei namun Kei justru tak menjawab panggilan telponnya.

Gista tak ingin berpikiran tentang hal buruk pada Kei, ia mencoba meyakini bahwa Kei saat ini dalam keadaan baik-baik saja dan tak terpengaruh dengan pemberitaan yang tengah panas dibicarakan di kalangan fans dan media. 

Gista melangkahkan kakinya meninggalkn meja kerjanya, ia ingin segera pulang dan beristirahat karena ia sudah merasa tubuhnya begitu lelah hari itu. 

"Guys, gue pulang duluan ya," ucap Gista sambil berjalan melewati satu per satu meja kerja rekan-rekannya.

"Iya Gis, hati-hati," ucap salah seorang dari rekan kerja Gista yang masih sibuk berkutat dengan komputer dihadapannya. 

"Iya Gis, titi dj," pekik bayu dari sudut ruangan tempat di mana meja kerjanya berada.

"Bayu, lu kok belum pulang ?" tanya Gista keheranan ketika menyadari Bayu masih berkutat di meja kerjanya, pasalnya Bayu adalah salah satu anggota dari timnya saat meliput acara Dream Family Event hari ini. 

"Masih banyak kerjaan gue Gis. Lu duluan aja," jawab Bayu tanpa mengalihkan padangan matanya dari komputer. 

"Kerjaan apaan? Kerjaan kita hari ini kan udah kelar ?" tanya Gista lagi sambil berjalan menuju meja kerja Bayu karena rasa penasarannya.

"Bayu ! Lu ngerjain berita tentang Park Ryujin juga ?!" pekik Gista ketika ia melihat Bayu tengah asik mengolah berita tentang pernikahan Park Ryujin yang tengah panas di beritakan.

"Aduh, jangan teriak ditelinga gue Gis. Tuli ntar gue," ucap Bayu kesal sambil memegangi telinganya.

"Ihh, lu ngapain sih ngerjain berita itu juga ?" tanya Gista. 

"Emang kenapa? Ini berita yang lagi hot Gis, sayang kalau dilewatkan. Lu tau kan, hampir seluruh media cetak maupun elektronik berita utamanya pasti tentang Park Ryujin. Dream Entertaiment emang paling jago bikin media dan fansnya penasaran, gokil !" ucap Bayu penuh semangat. 

"Tapi kan berita itu masih ngambang Bay, Ryujinnya aja belum ada ngeluarin pernyataan apa pun, lu jangan buat berita asal-asalan," ucap Gista tak terima. 

"Yaelah kenapa si lu Gis. Justru karena masih ngambang itu yang seru. Kita tulis aja analisis menurut kita, perkara itu benar atau salah ya urusan nanti sampai yang bersangkutan memberi pernyataan"

"Ihh, tapi kalau ada yang merasa di rugikan karena analisis berita lu ini gimana?" tanya Gista lagi.

"Siapa yang dirugikan Gis? Siapa?. Asal lu tau, gak akan ada yang di rugikan, Dream Entertainment justru untung karena saham mereka pasti naik karena berita Ryujin, mereka pasti dicari di mana-mana," tutur Bayu dan membuat Gista tak bisa berkomentar lagi. 

"Lu kenapa sih Gis ? Lu gak kayak biasanya, lu selalu kayak kebakaran jenggot setiap kali kita bikin pemberitaan tentang artis-artis Dream ? Aneh lu !" ucap Bayu membuat Gista seketika gelagapan. 

"Iya Gis, lu kenapa dah ? Aneh, kayak baru sehari dua hari kerja di sini. Kita kan udah biasa buat artikel tentang para artis-artis itu," ucap salah seorang teman Gista dari sudut yang lain. 

"Ng, ng Gue aneh ? Gak kok, biasa aja. Gue mau pulang aja deh kalau gitu," jawab Gista mengalihkan pembicaran.

"Gih dah pulang sono. Gangguin gue aja lu di sini," ucap Bayu mengusir.

"Iya, iya gue pulang. Dasar laki-laki cucok rempong kerjaannya bikin berita gosip mulu lu !" ucap Gista sembari bergegas pergi karena ia takut Bayu akan menjewernya. 

Gista melangkah pasti keluar dari kantornya, ia berhenti di sebuah halte bus dan menunggu taxi online pesanannya tiba.

Dari ponselnya, Gista melihat sekitar 6 menit lagi taxi online pesanannya akan tiba menjemputnya. Sembari menunggu taxi pesanannya datang,  Gista memainkan ponselnya dan membuka beberapa pesan yang belum sempat ia baca sejak tadi sore. 

Gista tampak tersenyum membaca sebuah pesan diponselnya. Pesan dari suami yang juga ia rindukan. 

Sejak kemarin Levin memang tak pulang ke apartement mereka, ia sibuk mempersiapan acara Dream Family Event dan melakukan syuting iklan yang memakan waktu hingga subuh dan membuatnya tak bisa pulang ke apartemen.

Gista tampak mengetik sebuah pesan balasan untuk Levin sembari mengembangkan senyumnya .  Dari kejauhan tampak ada sinar lampu mobil yang menyorot tepat ke arah Gista dan mobil tersebut mengakhiri pergerakannya dihadapan Gista. 

Gista tampak keheranan melihat mobil yang berhenti dihadapannya itu, pasalnya mobil tersebut bukanlah taxi online yang ia pesan karena nomor kendaraannya berbeda dengan yang ada di aplikasi. 

"Gista, ayo naik gue antar lu pulang," ucap seorang pria dari dalam mobil tersebut.

"Willy ?! Bukannya lu udah pulang dari tadi ? Kok sekarang bisa ada di sini ?" tanya Gista keheranan. Pasalnya ia ingat betul Willy sudah pulang bersama Wina terlebih dahulu sejak 1 jam yang lalu. 

"Sengaja buat jemput lu," jawab Willy tanpa basa-basi. 

"Ngapain lu jemput gue ? Gue kan bisa pulang sendiri. Udah lu pulang aja sana, gue udah pesan taxi online" ucap Gista berusaha menolak. 

Willy tampak tak memberi komentar apa pun terhadap penolakan Gista. Ia justru turun dari mobilnya dan berjalan menuju tempat Gista berdiri. 

"Sekali ini aja, hargai gue yang udah jemput lu. Gue khawatir biarin lu pulang pake taxi online sendirian. Please biarin gue nganterin lu pulang," ucap Willy sembari menatap mata Gista lekat. Ada harapan besar yang Gista lihat di mata Willy. 

"Tapi Wil, gue udah terlanjur pesan taxinya dan taxinya udah menuju ke sini," ucap Gista pelan, masih berusaha menolak keinginan Willy untuk mengantarnya. 

"Taxi itu bisa dicancel Gis, atau kalau lu gak mau cancel taxinya, gue tetap akan antar lu dengan buntutin lu dari belakang. Yang penting gue harus mastiin lu sampai di apartemen lu dengan selamat,"

"Jangan ! Oke, gue cancel aja taxinya, gue ikut lu aja," ucap Gista panik. Ia buru-buru membatalkan taxi online pesanannya dan menyetujui untuk pulang diantar oleh Willy. 

Semua itu terpaksa Gista lakukan karena ia sungguh tak mungkin membiarkan Willy membuntutinya dan membuat Willy tahu bahwa ia tinggal di Dream Town. Itu sama saja dengan menjatuhkan diri ke dalam masalah besar dan perlahan membongkar rahasia yang selama ini ia jaga. Tak seorang pun rekan di kantornya tau bahwa Gista sudah menikah, yang mereka tau Gista masih berstatus singel alias jomblo dan Willy masih dengan usaha keras tanpa gentar mendekati Gista. 

"Nah gitu donk. Ayo masuk ke mobil, gue antar lu pulang," ucap Willy penuh semangat. 

Gista pun hanya bisa menganggukan kepalanya lemas dan berjalan masuk ke dalam mobil milik Willy. Ia sungguh tak punya pilihan lain selain ikut pulang bersama Willy. Ini semua demi keselamatan dunia persilatan batin Gista. 

"Gis, lu masih tinggal apartemen lu yang lama kan ?" tanya Willy membuka percakapan di dalam mobil. 

"Iya masih," jawab Gista tampak tak berminat. 

"Gue kira lu udah pindah Gis. Soalnya 2 hari yang lalu gue ke apartemen lu tapi lu nya gak ada," tutur Willy.

"Apa ? Lu ke apartement gue ? Ngapain ?" tanya Gista panik. 

"Gak ngapa-ngapain, cuma mau bertamu aja. Kok lu panik gitu sih ? Emang lu ke mana 2 hari yang lalu ?" tanya Willy. 

"Ng, ng-- Kayaknya gue waktu itu lagi di rumah sodara gue deh, makanya gak ada di apartemen," jawab Gista terbata-bata.  

"Ohh pantesan. Tadinya gue berpikir lu yang gak mau nerima gue bertamu di apartement lu," ucap Willy merendah. 

"Ah gak gitu juga Wil. Makanya lain kali kalau mau bertamu ngasi tau dulu, gue kan gak selalu ada di apartemen," jawab Gista berusaha tenang.

"Oke, lain kali kalau gue mau ngapelin lu gue kasi kabar ke lu dulu," ucap Willy sembari melirik nakal pada Gista. 

"Astaga Willy. Andai lu tau cewek yang mau lu apelin ini udah jadi istri orang," ucap Gista dalam hati.

Gista hanya bisa menyengir kuda merespon ucapan Willy. Ia sungguh harus berusaha keras melakukan akting agar tak menimbulkan kecurigaan sedikit pun meski sebenarnya Gista tengah diserang kepanikan dan juga kekesalan. 

Bagaimana tidak, gara-gara pulang bersama Willy, Gista jadi tak bisa pulang ke Dream Town dan tak bisa bertemu dengan suaminya malam itu. 

Gista berusaha duduk tenang sembari berharap ia akan segera sampai di apartemennya. Ia pun tak lupa mengirim pesan pada Levin, mengabari tentang insiden yang ia alami hingga membuatnya tak bisa pulang ke Dream Town. 

        Sesampainya Gista di apartemen miliknya, ia langsung bergegas turun dari mobil Willy, lalu berpamitan dan masuk ke dalam gedung berlantai 10 itu. 

Sepanjang jalan menuju unit apartementnya Gista mengomel sendiri, meluapkan kekesalannya.

"Ihh, kesel ! Gara-gara Willy nii ah. Untung aja gue bawa kunci apartemen ini, kalau gak gimana coba ?" omel Gista penuh kesal. Ia pun. bergegas menuju kamarnya dan langsung bergerak ke kamar mandi untuk membersihkan diri.

30 menit berlalu, Gista kini telah siap dengan piamanya dan bersiap untuk tidur. Sebelum ia terlelap Gista sempat mengecek ponselnya untuk melihat apakah ada pesan balasan dari Levin. 

"Levin ke mana sih, kok pesannya gak dibalas ? Apa dia marah ? OMG,, kalau Levin marah gimana ini ?" pekik Gista pada dirinya sendiri. 

Gista lalu mencoba Menelpon Levin namun Levin justru tak mengangkat telponnya. Berkali-kali Gista mengulangi panggilannya lagi namun Levin tetap saja tak mengangkat di seberang sana. 

"OMG, gimana ini kalau Levin beneran marah ? Gue harus gimana ?" pekik Gista lagi sambil menggeliat di tempat tidur dan merengek seperti anak kecil. Gista lalu mengirimi pesan lagi pada Levin berusaha meminta maaf pada suaminya itu. 

"Ini semua gara-gara Willy ! Gara-gara dia, gue jadi bobok sendirian malam ini. Harusnya kan gue bisa bobok dalam dekapan suami," rengek Gista meratapi nasibnya malam itu.

       Lama-kelamaan rasa kantuk pun semakin menyergap Gista dan membuat matanya mulai sayup-sayup meredup. Ia mulai menutup mata dan berlayar menuju ke dunia mimpinya.

Baru saja Gista akan masuk ke dunia mimpi, tidurnya tiba-tiba terusik oleh suara bell panjang yang memekik gendang telinganya. 

"Aduh, siapa sih malam-malam gini bertamu ? Baru juga mau bobok cantik," umpat Gista kesal.

Gista lalu beranjak dari tempat tidurnya dan bergegas keluar menuju pintu depan untuk memastikan siapa tamu tak diundang yang datang dipertengahan malam tersebut. 

"OMG.. Jangan-jangan si Willy lagi yang bertamu. Aduh ! malas banget sih kalau itu dia. Mau ngapain lagi coba ?" oceh Gista sambil terus melangkah menuju pintu depan. 

Gista menghentikan langkahnya dan menatap layar kecil berbentuk kotak yang berada tepat di samping pintu apartemennya. Dari layar itu Gista bisa melihat sesorang tengah berdiri di sana berpakaian serba hitam dengan hodie menutupi kepalanya hingga sulit untuk Gista mengenali wajahnya. 

"Siapa yaa ? Wajahnya gak kelihatan lagi. Tapi yang suka pakai hodie begini itu adalah suami gue sendiri. Apa iya Levin ? Levin bukan yaa ? Kalau bukan Levin gimana donk ? Jadi serem mau bukain pintu," celoteh Gista sendiri. 

"Siapa ya yang di luar ?" tanya Gista dari layar berbentuk kotak itu, namun tak ada jawaban dari orang berhodie tersebut.

"Dia gak jawab lagi. Dibuka gak ya ? Buka, gak, buka, gak buka, gak, buka ?" ucap Gista sembari menghitung dengan jari-jarinya. 

"Aduh, itu Levin bukan ya ? Kalau itu beneran Levin, kasihan dia nungguni kelamaan di depan. Buka pelan-pelan aja deh," putus Gista sembari perlahan-lahan membuka pintu apartemennya. 

"Sorry, siapa ya ?," tanya Gista pelan dengan pintu apartemen yang hanya terbuka sekitar 20 cm.

"Kamu gak ngenalin suami kamu honey ?" jawab Levin dari balik masker dan hodie yang membalut tubuhnya. 

"OMG honey !" pekik Gista seketika dan langsung menarik Levin masuk ke dalam apartemennya. 

"Astaga, kamu lama banget bukain pintunya honey, aku udah pegel berdiri di depan," oceh Levin sembari ia membuka masker penutup wajah dan hodie yang ia kenakan. 

"Maaf honey, aku kira tadi siapa. Aku takut mau bukain pintu aku takut bukan kamu," jawab Gista penuh sesal. 

"Masa kamu gak ngenalin suami kamu sendiri honey ?" ucap Levin kesal. 

"Ya siapa suruh kamu pake pakaian terturup begitu, wajah kamu juga sampe gak kelihatan, aku tanya dari dalam gak dijawab juga," ucap Gista membela diri. 

"Kamu lupa suami kamu ini harus menjaga identitas diri ? Aku bela-belain loh kepanasan pakai pakaian begini demi nyusulin kamu ke sini. Kamu malah gak ngenalin aku sama sekali," komplain Levin kesal.

"Iya maaf honey. Kamu juga ditelpon gak angkat dari tadi, di sms gak di balas. Kamu harusnya kasi tau dulu kalau mau nyusul ke sini," oceh Gista pada Levin. 

"Aku tadi lagi di jalan, lagi nyetir mobil. Kenapa kita jadi berantem sih honey ? Aku nyusulin kamu ke sini kan karena aku kangen sama kamu," ucap Levin sambil berkacak pinggang menatap Gista dan Gista membalas tatapan Levin dengan wajah cemberut. 

Beberapa saat Gista dan Levin beradu tatap tanpa sepatah kata pun sampai akhirnya Gista melebur ke pelukkan Levin. 

"Aku juga kangen sama kamu honey, kangen banget ! Di acara Dream Event kita cuma bisa lihat-lihatan dari jauh doank, aku tersiksa" rengek Gista di dalam pelukan Levin. 

"Kamu pikir aku gak tersiksa ? Aku jauh lebih tersiksa. Apalagi lihat si ganjen Willy itu ngintilin kamu ke mana pun. Ditambah lagi dia pake acara nganterin kamu pulang. Aku kan jadi tambah cemburu !" tutur Levin sembari mempererat pelukannya pada Gista. 

"Kamu cemburu honey ?" tanya Gista dengan nada manja. 

"Ya cemburu lah honey. Cemburu pake banget !" jawab Levin sembari melepas pelukannya dan menatap tajam pada Gista.

"Hahaha, Itu resiko punya istri secantik aku honey, banyak yang naksir," ucap Gista sambil mengedipkan sebelah matanya menggoda Levin. 

"Hahahaha, Kamu kok genit sih ? Emang bahaya banget punya istri secantik kamu, takut ditikung laki-laki lain. Kamu jangan genit-genit ya sama laki-laki lain selain aku, terutama si Willy itu, awas aja kamu," ancam Levin serius. 

"Iihh siapa juga yang mau genit sama laki-laki lain. Emang aku cewek apaan ? Aku cuma genit sama kamu aja," ucap Gista membela diri. 

"Asiikk.. Mau donk digenitin kamu terus," ucap Levin sambil meraih tubuh mungil Gista lagi ke dalam pelukannya. 

"Aku gak bisa hidup tanpa kamu honey," ucap Levin lembut tepat di telinga Gista hingga membuat Gista tersenyum mendengarnya.

Perlahan Gista melepaskan diri dari pelukan Levin dan beralih menatap Lembut pada suaminya tersebut. 

"Aku akan hidup untuk kamu honey," ucap Gista lembut sambil melempar senyum manis yang seketika memabukkan Levin. 

Tanpa banyak bicara, Levin pun meraih wajah Gista mendekat pada wajahnya dan mendaratkan sebuah ciuman mesra pada bibir manis Gista.

"Aku kira aku bakal bobok sendirian lagi malam ini," ucap Gista setelah Levin melepaskan ciumannya.

"Aku gak akan biarin kamu bobok sendirian honey. Itu menyiksa diri ku," ucap Levin dengan lirikan nakal andalannya. 

Levin tentu tak ingin membuang-buang waktu, ia kembali mendaratkan ciumannya pada bibir mungil Gista. 

Jangan berpikir hanya sekedar ciuman mesra dan romantis yang Levin berikan pada Gista, tentu tidak. Kali ini ia menghujani Gista dengan ciuman mesra yang sarat dengan gairah.

❤️❤️❤️

Yang kangen pasangan ini coba ngajung 😁
Semoga Levin & Gista stan suka lah y sama part ini.

Tolong untuk para silent rider, sekali ini aja tinggal kan jejak dgn bersuara.
Kita pengen tau nih, kalian tu ada.
Bukan makhluk astral yang baca ini cerita 🤣😏.
Malu-malu banget buat komentar hihi, padahal kita terima komentar seburuk apapun lho 😁

Salam manis dari kita @Giorly24 & @indahk26 👭( 7 september 2018)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro