58. Situasi Yang Kacau

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Pagi itu , Kei yang tengah meratapi ketidakpulangan suaminya semalam, tiba-tiba terperanjat karena kemunculan Erlan yang sudah berada di sampingnya sambil mengendong Vivo.

" Astaga Erlan!" seru Kei sambil memukul lengan Erlan lalu mengelus dadanya.

" Lu ngapain sih kak bengong di balkon sendirian?" tanya Erlan sambil celingukan mencari seseorang.

" Lha lu dari kapan ada di sini?, bikin gue kaget aja!"

" Udah dari tadi gue manggilin lu dari depan pintu tau, tapi lu bengong aja di sini. By the way bang Ryu kemana kak, jam segini kok udah gak ada?"

Kei sedikit tergegap lalu mulai menguasai diri dengan baik.

" Ryu gak pulang karena ada syuting. "

Erlan nampak mengangguk - angguk sambil kembali fokus pada anjingnya.

" Lu mau ngajak gue ke mana sih Lan hari ini?" tanya Kei kemudian

" Mau ngajak ke klinik Mama," sahut Erlan sambil tertawa. Kei mendelik sesaat lalu tersenyum.

Tak perlu waktu lama, tepat pukul 9 pagi Kei dan Erlan pun berangkat menuju klinik hewan milik Maira . Di sana Erlan asik bermain dengan Vivo sambil berbincang dengan Kei dan tentu saja Mamanya tercinta. Sikap manja begitu kentara diperlihatkan anak lelaki semata wayangnya itu pada Mamanya hingga membuat Kei gemas melihat sikap adik sepupunya itu.

" Kamu gak ke Mark Cloth Kei?" tanya Maira yang meninggalkan Erlan asik sendiri di depan kamera smartphonenya.

" Gak tan, mau istirahat dulu beberapa hari."

" Bagaimana hubungan mu dengan Ryu, baik-baik saja kan?"

" Ya begitulah, ada kalanya baik ada kalanya gak baik tan," ucap Kei seraya tersenyum getir. Maira yang sejak tadi fokus memeriksa seekor anjing, kini mengalihkan pandangannya pada keponakannya itu.

" Apa kamu baik-baik aja Kei?"

Kei mengangguk sekali. Maira memperhatikan wajah Kei dengan seksama. Tanpa harus mengatakan apapun lagi Maira bisa tahu bahwa ada sesuatu yang terjadi pada keponakannya ini.

" Percayalah, semua akan baik-baik saja bila kamu dan Ryu saling percaya dan saling mengerti satu sama lain. Kehidupan rumah tangga memang tidak mudah tapi juga tidak sulit. Kamu hanya perlu melakukan hal yang menurutmu baik maka semuanya akan berakhir baik Kei,"jelas Maira sambil mengusap punggung tangan Kei dengan lembut.

Kei tersenyum, lalu membuang pandangannya. Bukan karena tak setuju dengan ucapan Maira tapi ia tengah berusaha menahan tangisnya.

Sulit baginya untuk kembali percaya atas kebohongan yang pernah Ryu lakukan, terlebih selama ini ia menahan semua rasa kecewa lantaran status istri rahasia yang tak kunjung usai.

🍃🍃🍃

Maira membiarkan Kei sendirian, ia tak ingin terlalu mencampuri urusan rumah tangga Kei. Maira lebih memilih untuk menyambut seorang wanita cantik yang baru saja masuk ke kliniknya itu.

" Halo selamat siang, ada yang perlu dibantu ?" sapa Maira ramah pada wanita bertubuh mungil dan berwajah cantik tersebut.

" Saya butuh vitamin dan makanan untuk anjing saya, bisakah anda membantu saya? ," balasnya dengan ramah.

Erlan yang sejak tadi asik sendiri kini nampak terpesona dengan kecantikan wanita tersebut. Matanya enggan berkedip sedetik pun, bahkan bola matanya terus mengikuti arah ke mana gadis itu berjalan menuju rak makanan hewan yang terdapat di sudut ruangan bersama dengan Maira.

" Apa ada yang lain yang kamu butuhkan ?" tanya Maira saat wanita itu telah kembali sambil membawa beberapa bungkus makanan hewan di tangannya.

" Tidak ada, cukup ini saja," ucap wanita itu dengan senyum menawan.

" Ah baiklah ,sesekali bawalah anjingmu ke sini."

" Iya, lain kali saya akan membawanya ke sini untuk vaksin."

" Ahh aku senang mendengarnya, kembalilah ke sini saat waktu vaksin tiba. "

Wanita itu hanya mengangguk sekali sambil tersenyum anggun.

Tak lama kemudian wanita itu pun pamit untuk pergi, sejenak wanita tersebut mengarahkan pandangan matanya ke arah Erlan dan membungkukkan tubuhnya tanda berpamitan. Erlan pun melakukan hal yang sama. Setelah pergi, Erlan masih memandanginya dengan tatapan tak biasa. Ia bahkan kini telah berada di depan pintu klinik, seakan tak rela kehilangan sosok tersebut lenyap dari jangkauan matanya.

" Ckckck Erlan, lu ngapain coba ngeliatin orang sampai kayak gitu!" pekik Kei yang sejak tadi memperhatikan tingkah aneh Erlan.

Mendengar ucapan Kei tersebut Erlan hanya nyengir kuda sambil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Maira yang berdiri di samping Kei pun mengernyit heran dengan sikap anak tunggalnya itu.

🍃🍃🍃

Selepas Gista berpamitan untuk pergi kekantor pagi tadi, Levin pun juga segera meninggalkan Dream town untuk melakukan beberapa pemotretan bersama Nesya, wanita cantik yang sempat membakar kecemburuan Gista beberapa waktu lalu. 

Levin menjalani hari itu tanpa beban dan tanpa tau bahwa istrinya telah menelan kekecewaan akibat ulah dan kebohongan dirinya. Ia tertawa begitu lepas, jahil seperti biasanya dan melakukan pemotretan bersama Nesya dengan begitu bersemangatnya. 

Tak bisa dipungkiri, cemistry antara Levin dan juga Nesya benar-benar menyedot banyak perhatian para penikmat layar kaca. Keduanya selalu tampil serasi, romantis dan terkadang terlihat begitu dekat hingga membuat sebagian fans dari keduanya menjadi menggila, membayangkan keduanya benar-benar terlibat dalam hubungan asmara. 

Namun di sisi lain tak bisa dielakkan bahwa cukup banyak fans yang juga tak merespon baik kedekatan keduanya. Mungkin karena mereka cemburu, mungkin karena mereka belum siap jika idolanya membagi cinta pada pasangannya.

Pemotretan Levin dan Nesya hari itu berjalan begitu lancar. Keduanya terlihat sangat luwes berpose di depan lensa kemera yang membidik gambar mereka. 

Levin maupun Nesya tak mengalami kesulitan selama proses pemotretan dengan tema couple fashion tersebut. 

Keduanya sama sekali tak terlihat canggung kala sang photografer meminta mereka berpose mesra, adegan yang lebih panas pun bahkan sudah pernah keduanya lakoni di dalam film. Jadi, bukan hal yang pelik untuk keduanya jika sekedar perpose mesra. 

Pemotretan pun selesai ketika hari menjelang sore. Levin dan juga Nesya tampak tengah beristirahat bersama di sebuah ruangan yang dikhususkan untuk kedunaya. Para staf yang betanggung jawab mengurusi pemotretan hari itu tampak membawakan beberapa hidangan makanan dan minuman untuk Levin dan Nesya di ruangan tersebut. 

"Silahkan di makan mas Levin dan mba Nesya. Kalian udah bekerja keras, pasti lelah dan lapar," ucap seorang staf sesaat setelah ia meletakkan makanan dan minuman di meja yang ada di hadapan Levin dan Nesya. 

"Wah, terima kasih banyak. Kita pasti akan habisin semua makanan ini," ucap Levin antusias dan ramah. 

Para staf tersebut pun merespon dengan senyum senang, lalu pamit meninggalkan kedua selebritis yang namanya tengah naik daun tersebut. 

"Nes, makan dulu. Jangan main hp terus, sibuk banget sih ?" keluh Levin pada partner kerjanya yang sejak tadi sibuk memainkan ponselnya. 

"Hmm, kamu makan aja Vin. Aku lagi diet," tutur Nesya tanpa memalingkan pandangan dari ponsel diganggamannya. 

Melihat Nesya yang terlalu autis pada ponsel ditangannya, Levin pun mulai beraksi menjahili Nesya agar berhenti memperhatikan ponselnya dan ikut makan bersama dengannya. 

"Nes," panggil Levin sembari merapatkan duduknya pada Nesya. 

"Hmm, " Gumam Nesya, masih fokus pada ponsel. 

"Nes, " Panggil Levin lagi, namun kini ia mulai mengganggu Nesya dengan memainkan telinga rekan kerjanya itu. 

"Vin jangan ganggu. Aku lagi seru nonton drama Korea," rutuk Nesya mulai terganggu. 

"Makan dulu Nes. Ntar baru lanjutin lagi nontonnya," keluh Levin.

"Aku lagi diet Vin. Kamu makan aja sendiri," ucap Nesya masih sibuk memperhatikan drama Korea yang ia tonton dari ponselnya.

Melihat Nesya yang masih terus autis dan mengabaikan ajakannya untuk makan membuat Levin jadi jengah dan langsung mengambil alih ponsel Nesya dari tangannya.

"Kyaaa Levin ! Kembaliin hp aku. Itu lagi seru dramanya," rengek Nesya kesal. 

"Gak mau. Kamu harus makan dulu, baru nanti aku kembaliin hp kamu," ucap Levin sembari menjauhkan ponsel Nesya dari jangkauan empunya. 

"Aku diet Vin, DIET !" 

"Kamu udah kurus Nes, kenapa mesti diet lagi. Pokoknya harus makan bareng aku !" ucap Levin setengah memaksa dan membuat Nesya mendengus kesal. 

"Oke, aku akan makan. Tapi kamu suapin aku," pinta Nesya. 

"Kok di suapin ? Makan sendiri donk, udah gede kan ?" tolak Levin halus. 

"Gak mau, pokoknya aku mau disuapin. Kalau gak aku gak mau makan," ancam Nesya dengan manja. 

Levin pun akhirnya tak bisa menolak lagi. Ia menuruti permintaan Nesya dan mulai menyuapi rekan kerjanya itu dengan telaten.

Nesya tampak tersenyum senang penuh kemenangan karena berhasil membuat Levin menuruti permintaannya. Ia juga merasa begitu bahagia mendapat perhatian manis dari seorang pria seperti Levin. 

Bagi Nesya, Levin bukan sekedar rekan kerja biasa tapi juga tipe pria idaman yang pasti banyak didamba para hawa termasuk dirinya sendiri. Nesya tak memungkiri pesona seorang Levin, kedekatan keduanya pun semakin terasa akrab sejak mereka terlibat dalam satu judul film dan membuat keduanya menghabiskan banyak waktu bersama selama berada di lokasi syuting. 

Nesya tahu kini mulai ada getar-getar lain dihatinya untuk Levin meski ia masih bersembunyi dibalik topeng pertemanan. 

Jika Nesya mulai merasa ada getaran lain dihatinya, lain halnya Levin yang memang tulus menganggap semua yang terjadi diantara dirinya dan Nesya adalah murni persahabatan dan profesionalitas pekerjaan. 

🍃🍃🍃

Ditempat lain, Gista berjalan gontai menyusuri lorong kantornya yang tampak sepi karena memang tak banyak karyawan yang masuk di hari sabtu. Hanya beberapa karyawan yang lembur saja yang mengisi keheningan kantor  tersebut. 

Setelah tadi sempat mengemudi mobil tanpa tau arah, Gista akhirnya memutuskan untuk menginjakkan kaki ke kantor untuk sekedar menghilangkan perasaan sedih akibat kecewa yang ia rasakan. Batin Gista, mungkin ada beberapa pekerjaan yang bisa ia kerjakan agar pikirannya tak terus memikirkan kekecewaan terhadap sang suami. 

"Selamat siang."

Sapaan Gista sukses membuyarkan Wina yang tengah menikmati kebersamaannya bersama Willy, kedunya sedari tadi tengah fokus mengerjakan beberapa pekerjaan mereka yang menumpuk sembari sesekali bercanda dengan lugasnya. 

Gista telak merasa kehadirannya di kantor saat itu agaknya kurang tepat. Ia tahu sepertinya ia telah mengganggu kedua sejoli yang tengah menikmati kebersamaannya itu, terlebih Gista bisa menangkap dengan jelas ekspresi Wina yang tampak terkejut dengan kehadirannya. 

"Gis, ngapain lu ke sini ? Bukannya lu gak lembur hari ini ?" cecar Wina pada Gista yang kini telah duduk di meja kerjanya.

"Iya gue emang gak lembur. Gue cuma mau, hhmm, "

"Mau, mau ambil sesuatu di laci meja kerja gue," jawab Gista beralasan. 

"Ambil apa ?" tanya Wina lagi.

"Ng,itu ambil carger gue Win, kemarin kelupaan gue bawa pulang," jawab Gista terbata-bata sembari berpura-pura memeriksa lacinya. 

Wina tampak mengernyitkan alisnya melihat gelagat Gista yang tampak tergagu saat ia mencecar beberapa pertanyaan, sementara Willy kini mulai bangkit dari duduknya lalu berjalan mendekat pada Gista dan meninggalkan Wina yang masih terduduk ditempatnya.

"Ada cargerannya Gis ?" tanya Willy yang kini telah berdiri tepat di samping meja kerja Gista. 

"Ng, ada Wil. Ini udah gue masukin di dalam tas gue," jawab Gista berusaha tenang namun tetap saja Willy bisa membaca sendu di wajah Gista. 

"Lu kenapa Gis ? Apa lu sakit ? Wajah lu kelihatan pucat dan gak bersemangat gitu," tanya Willy penasaran.

"Ng, gue gak apa-apa kok. Gue baik-baik aja," jawab Gista cepat namun Willy masih terus menatap curiga padanya. 

Willy kemudian tampak bergerak menjauh dari meja kerja Gista menuju ke pantry lalu tak berapa lama kembali lagi dengan menenteng secangkir teh hangat ditangannya. 

"Nih, minum teh hangat dulu. Wajah lu pucat banget, bikin gue khawatir," ucap Willy sembari menyodorkan cangkir ditangannya dan disambut ringan oleh Gista. 

Gista menyeruput pelan teh hangat yang dibuatkan oleh Willy. Beberapa teguk teh hangat yang masuk di tenggorokkan Gista berhasil mengembalikan rona pada wajah pucat Gista. 

Willy terlihat terus memperhatikan Gista hingga membuat Gista menjadi salah tingkah dan merasa kikuk. 

Gista pun buru-buru menyeruput kembali teh ditangannya hingga setengah, lalu berencana untuk meninggalkan kantor segera.  

"Hmmm, gue kayaknya harus balik sekarang deh, carger gue juga udah ketemu. Kalian berdua selamat melanjutkan lembur ya," ucap Gista berpamitan pada dua rekannya. 

"Kita juga udah mau balik kok Gis. Kerjaan kita udah kelar. Mau balik bareng gak ?" tanya Willy menginterupsi pergerkaan Gista. 

"Ng, gak usah Wil. Gue bawa mobil kok," jawab Gista cepat.

"Oh gitu. Eh, tapi ngomong-ngomong lu udah ke rumah sakit besuk Tiwi belum ?" tanya Willy lagi dan berhasil menahan pergerakan Gista yang akan meninggalkan meja kerjanya. 

"Besuk Tiwi ? Emang Tiwi kenapa ?" tanya Gista bingung. 

"Tiwi kemarin sore masuk rumah sakit karena typus. Dia udah demam terus beberapa hari terakhir ini," tutur Willy menjelaskan.

"Iya sih, gue tau dia emang demam sejak beberapa hari yang lalu, tapi gak nyangka juga Tiwi sampe dirawat," ucap Gista prihatin. 

Willy yang notabene memang berencana akan membesuk Tiwi sepulang lembur hari itu pun akhirnya mengajak serta Gista untuk pergi bersamanya.

"Win, gue sama Gista besuk Tiwi dulu ya, sekalian gue pamit pulang duluan," ucap Willy berpamitan pada Wina. 

"Lho, Wina gak ikut kita besuk Tiwi ?" tanya Gista bingung. 

"Dia udah besuk Tiwi semalam pas pulang kerja," jawab Willy menjelaskan.

Tanpa banyak berpikir dan membuang waktu, Willy pun segera mengajak Gista untuk segera pergi setelah sebelumnya mereka berpamitan pada Wina terlebih dahulu. Kedua rekanan itu akhirnya sepakat memutuskan menggunakan mobil Willy untuk dipakai bersama menuju ke rumah sakit tempat Tiwi dirawat. 

Gista cukup menaruh khawatir ketika ia mendengar tentang jatuh sakitnya rekan cekcoknya itu. Ia tetap menaruh perhatian meski ia dan Tiwi bisa dibilang kurang akur dalam hal pertemanan. 

Gista dan Tiwi sejatinya memang seperti anjing dan kucing kala keduanya berdekatan sehari-hari. Mereka selalu terlibat cekcok dan adu argumen dalam berbagai hal yang terkadang berakhir pada pertengkaran-pertengkaran kecil.

Namun Gista tak pernah menganggap hal tersebut sebagai hal yang serius, ia tak pernah menaruh dendam pada Tiwi, meski Tiwi sering sekali mencari gara-gara dengannnya. 

🍃🍃🍃

Setelah asik bermain bersama Erlan dan Vivo di Happy Pets. Kei melanjutkan aktivitasnya menuju sebuah mall besar bersama Erlan. Sepupunya satu itu sejak tadi sudah rewel minta dibelikan makanan, padahal ia baru saja menghabiskan satu box bento sebelum keluar dari Happy Pets.

Sesampainya di pusat perbelanjaan besar tersebut, mereka berdua melangkah menuju sebuah restoran korea pilihan Erlan. Setelah menuruti kemauan perut sepupunya ini, mereka pun melanjutkannya ke sebuah butik yang ada di mall tersebut. Erlan yang sore itu berpenampilan biasa tanpa masker dan lainnya mulai mengundang perhatian semua orang yang ada di sekitarnya. Sesungguhnya sudah sejak mereka berada di dalam restoran tadi, banyak mata yang memperhatikan kehadiran Erlan tapi sayangnya Erlan cuek saja dan asik menyantap makanannya.

Seperti saat ini, Erlan berjalan santai sambil memainkan ponselnya, ia tak menghiraukan beberapa remaja yang mulai seperti cacing kepanasan yang berjalan di dekatnya. Sesekali Erlan tersenyum saat mereka memanggil namanya.

" Aduh susah deh jalan sama idol Dream, bisa-bisa jadi pepesan nih gue," celetuk Kei yang mulai was-was karena semakin lama semakin banyak yang menyadari bahwa pemuda tampan di sampingnya ini benar-benar seorang Erlan salah satu member XOX.

Mendengar celetukan kakaknya, Erlan pun mulai memperhatikan sekitarnya sambil terus berjalan.

" Kalau mereka gak anarkis, gue masih bisa handle kak tenang aja."

Kei melirik tajam ke arah Erlan

" Awas ya sampe terjadi sesuatu!, lagian kenapa bukannya langsung pulang aja sih, masih aja mau belanja!" omel Kei yang hanya ditanggapi santai oleh Erlan.

🍃🍃🍃

Setelah hampir satu jam belanja beberapa barang, Kei dan Erlan pun mengakhiri petualangan mereka. Keduanya mulai melangkah menuju basement. Tak lama kemudian langkah Erlan terhenti sesaat, membuat dirinya tertinggal dari Kei yang sudah berada di depan sana. Mata Erlan terpancang lurus memperhatikan dua sejoli yang berada di dalam salah satu butik ternama.

"Syuting?, semesra itu?, gila kali!!" batin Erlan heran bercampur kesal.

" Lu ngapain berenti di sini sih Lan?" suara Kei sukses menghancurkan kefokusannya pada kedua sosok di depan sana.

" Akhhh gak pa-pa, ayo jalan!" seru Erlan setengah tergegap sambil buru-buru menarik lengan kakaknya. Ia tak ingin Kei melihat apa yang baru saja ia lihat.

Belum berhasil Erlan membawanya pergi, Kei sudah lebih dulu menghentikan langkah Erlan. Matanya memandang lurus ke depan tempat mata Erlan tadi berfokus.

" Ough shit!" seru Erlan yang sudah tak bisa berbuat apa-apa kala Kei melihat Louisa dan Ryu tengah bergandengan mesra di dalam sana.

Kei memperhatikan suasana dalam butik tersebut. Di sana memang tak hanya ada Louisa dan Ryu saja tapi ada beberapa kru dan kamera yang terus mengarah pada keduanya. Meski begitu tetap saja hatinya terasa panas bak terbakar api.

Pasalnya saat itu Louisa tengah bersikap manja pada Ryu dan Ryu sendiri menanggapi manja tersebut dengan cara yang manis. Sesekali Ryu mencubit gemas kedua pipi partnernya itu, lalu mengusap lembut puncak kepalanya. Terlebih tangan Ryu menggenggam erat tangan Louisa seakan gadis itu tak boleh jauh darinya.

Kei yang hatinya tengah terbakar mencoba tetap tersenyum di depan Erlan.

" Ayo kita pulang Lan, mereka lagi syuting Fashionista," ajak Kei dengan suara dibuat tenang.

Erlan menatap Kei kesal, kenapa kakaknya bisa setenang itu saat melihat kakak iparnya tengah bermesraan dengan perempuan yang namanya selalu terkait skandal dengan suaminya itu.

" Gue kok kesel liatnya ya!, sapa dululah sebentar!" seru Erlan yang langsung melangkah menuju butik tempat syuting tersebut.

Kei mencoba menahan Erlan tapi tak berhasil. Erlan kini sudah berdiri tepat di depan Ryu dan Louisa.

" Hei bang apa kabar?" sapa Erlan dengan tatapan tajam bertepatan dengan selesainya waktu syuting.

Ryu nampak tergegap melihat kehadiran Erlan yang kemudian disusul kemunculan Kei dari balik tubuh tinggi adik sepupunya itu.
Louisa yang mengenal mereka pun nampak kaget dengan kehadiran Erlan dan Kei.

" Wah dua sepupu ini akrabnya bener-bener bikin iri ya, kalian lagi belanja di sini ya?" tanya Louisa antusias sambil merangkul lengan Ryu.

Erlan yang melihat tingkah Louisa itu mulai kesal tapi ia tak bisa berbuat apapun juga. Ia berusaha menahan amarahnya dan kembali memalingkan pandangan tajamnya ke arah Ryu.

" Kalian syuting?, kok kayak beneran ya?" tanya Erlan sinis.

Kei yang berada di belakang Erlan langsung menarik tangannya

" Ehh maaf ya ganggu kalian syuting, kami permisi dulu !" ucap Kei sambil menarik paksa Erlan yang mulai terbakar amarah. Ryu sendiri diam seribu bahasa, ia tak bisa melakukan atau menjelaskan apapun saat ini.

Melihat kedatangan dan kepergian Erlan dan Kei yang tiba-tiba itu membuat Louisa mengeryit heran, terlebih sikap dan raut wajah Ryu pun langsung berubah seketika.

" Ada apa sih sebenarnya?"

Louisa bertanya-tanya, ia merasa ada sesuatu yang ganjil di antara mereka.

🍃🍃🍃

" Lu ngapain sih kak narik gue segala!, lu gak liat tuh sikap bang Ryu!, ngapain coba dia kayak gtu ke perempuan itu, perempuannya juga gak jelas banget sih!" omel Erlan saat berada di basement

" Udahlah Lan, itu kan cuma syuting. Mereka kayak gitu kan karena ikuti naskah yang ada," sahut Kei mencoba tak termakan rasa kecewa yang terus menggerogoti hatinya.

" Itu acara fashion kak bukan acara dating!, ngapain juga mereka pakai acara mesra-mesraan segala!"

" Udahlah Lan, gue capek banget mau cepet pulang. "

Kei meninggalkan Erlan begitu saja. Erlan yang masih tak terima dengan sikap kakak iparnya terus saja mengomel.

" Harusnya dia mikirlah lu kan lagi hamil, bersikap gimana kek gitu waktu Louisa ngerangkul dia di depan lu!, ini malah diem aja!, menikmati kah? kurang ajar !!" seru Erlan benar-benar emosi sambil memukul stir mobilnya.

Kei yang sudah duduk di sampingnya hanya terdiam. Ia berusaha sekuat mungkin untuk tidak menangis di depan Erlan.

" Nanti malam gue harus ngomong sama bang Ryu, gue gak suka liat dia deket sama perempuan itu!, harusnya dia bisa jaga perasaan lu, apa lagi lu lagi hamil, pasti lebih sensitif dan--"

" Ryu belum tau kalau gue hamil."

Ucapan Kei berhasil membungkam Erlan dengan keterkejutan.

" Barusan lu bilang apa kak?, bang Ryu belum tau kalau lu hamil?, kok bisa?, kenapa?"

" Gue gak sempet kasih tau dia. "

" Ya karena apa?, lu berdua berantem?"

Kei tidak menjawab, ia memilih untuk bungkam dan mengalihkan pandangannya. Melihat sikap kakaknya itu membuat Erlan mengerang kesal.

🍃🍃🍃

Usai menyelesaikan semua pekerjaannya, Levin pun diajak oleh Benny sang manager untuk pulang.

Sesaat sebelum Levin berpisah dengan sang maneger, tiba-tiba saja Levin mendapat sebuah pesan di ponselnya. Ia terlihat membulatkan matanya dan langsung bergerak panik berpamitan pada Benny untuk buru-buru pergi. 

"Bang, gue pergi duluan ya, ada urusan penting," ucap Levin tampak tergesa-gesa menuju mobilnya. 

"Ada urusan apa ? Jangan ngebut-ngebut bawa mobil," pekik Benny pada artisnya yang telah begerak menjauh dari tempatnya berdiri.

Hari itu Levin dan Benny memang menggunakan mobil yang terpisah saat datang ke lokasi pemotretan. 

"Levin !"

Suara Nesya memanggil tepat sebelum Levin masuk ke dalam mobilnya.

"Balik bareng donk," seru Nesya sembari berjalan mendekat ke tempat Levin berdiri. 

"Hmm, sorry banget Nes. Hari ini aku gak bisa antar kamu pulang, ada teman ku yang butuh bantuan aku sekarang," ucap Levin menjelaskan. 

"Yah, Ya udah deh gak apa-apa. Emang teman kamu kenapa ?" tanya Nesya penasaran. 

"Ada masalah sedikit. Makanya aku harus buru-buru nyamperin dia sekarang," jawab Levin tampak panik, lalu bergerak cepat masuk ke dalam mobilnya. 

"Aku pergi dulu Nes, bye."

Levin melesat cepat meninggalkan Nesya. Mobil ia pacu dengan kecepatan cukup maksimal agar ia segera sampai ditempat yang ia tuju. 

Ya, Levin sedang panik karena baru saja ia mendapat pesan dari Elika yang mengatakan bahwa dirinya tengah berada di UGD sebuah rumah sakit. Elika mengalami serangan vertigo saat ia selesai memberi bimbingan pada mahasiswa kedokterannya. 

🍃🍃🍃

" Langsung istirahat, kalau ada apa-apa kasih tau gue, "ucap Erlan dengan nada dan wajah datar lalu pergi berlalu dari hadapan Kei.

Kei tahu betul, Erlan tengah kecewa dengan sikapnya dan Ryu. Ia tahu Erlan tak ingin dirinya tersakiti, tapi ia pun tak bisa berbuat apa-apa karena Kei terus berusaha melindungi Ryu dan masalah keluarga kecilnya. Andai Kei mau mengatakan apa yang sebenarnya terjadi, sudah bisa dipastikan bahwa Erlan pasti akan menghajar kakak iparnya itu hingga babak belur . Dan itulah yang dihindari Kei. Ia tak ingin Erlan membenci Ryu. Karena selama ini ia tahu, hanya Erlanlah yang terus mendukung dan menghargai kehadiran Ryu di tengah keluarga besar Wibisono.

Kei menjatuhkan tubuhnya di atas tempat tidur. Pikirannya kembali ke saat di mana suaminya dan Louisa tengah bermesraan. Tak terasa bulir air mata merosot ke pipinya. Rasa kecewa kembali menyambanginya. Sering sekali seakan kini Kei telah berteman dekat dengan yang namanya kecewa.

Kei menangis sesenggukan di atas tempat tidurnya. Ia meratapi nasibnya yang begitu sial dirasa. Mengapa ia harus merasakan semua ini!. Menjadi istri rahasia membuatnya begitu terluka.

Di saat Kei masih mengeluarkan semua rasa kecewanya dengan menangis tiba-tiba saja ia merasakan sakit yang luar biasa dari perutnya. Kei panik seketika, harusnya ia tak menangis dengan penuh semangat jika akhirnya mengakibatkan kontraksi di rahimnya muncul. Rasa sakit terus melanda membuatnya tak bisa menahannya lagi. Kini bukan hanya hatinya yang sakit tapi perut tempat buah hatinya bernaung pun ikut sakit akibat sikap suaminya.

Kei meraih gawainya dan mencoba menghubungi Erlan. Untunglah Erlan langsung menerima panggilannya. Dengan suara yang berubah panik karena mendengar teriakan Kei, Erlan lalu menutup panggilan telepon.

Tak butuh waktu lama, Erlan sudah muncul di hadapan Kei bersama dengan Chanu.

" Kak lu kenapa?" tanya Erlan panik melihat Kei meringkuk kesakitan.

" Perut gue sakit banget Lan."

Erlan terlihat bingung, begitu pula dengan Chanu. Keduanya nampak saling tatap sebelum akhirnya mereka membawa Kei ke rumah sakit.


Anyeong chingu 🤗
Part ini cukup panjang dan padat ya hihi
Semoga kalian gak bosen

Kami sengaja memadatkan cerita supaya part gk terlalu banyak hihi

Buat teman-teman yang masih setia baca cerita ini dari awal, terima kasih banyak
Kalian adalah penyemangat kami 😁
Saranghae ♥️

Sampai ketemu di part selanjutnya ya chingu 🤗🤗

Salam manis dari kami @Giorly24 dan @indahk26 😘😘😘

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro