Bab 21

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


"Hm untuk sekarang belom ada yang harus lo lakuin," ujar Sean masih melipat kedua tanganya di dada.

"Tapi boneka ini, akan gue balikin kalau urusan lo dan gue selesai." Sean memegang ujung boneka itu memperlihatkan kepada Yerim.

Yerim hanya diam, kedua tangannya terkepal di bawah meja.

"Gue heran, apa bagusnya sih boneka ini. Bentukannya aja kayak..." Sean menjeda ucapannya, kemudian ia memajukan wajahnya ke arah Yerim.

"Sampah." Sean memundurkan wajahnya lagi, ia menyeringai melihat wajah Yerim yang memerah karena marah.

Yerim mengepalkan kedua tangannya di bawah meja, menahan segala emosi yang ia rasakan.

Tuhan bantu aku memusnahkan orang ini Tuhan!

Batin Yerim geram.

"Kenapa diam?" tanya Sean dengan seringaiannya. Ia sedang menunggu reaksi Yerim sekarang.

"Oh bener ternyata, boneka ini tak lebih dari sampah."

GEBRAK!

Yerim tak tahan lagi.

"Lo gak tau apa-apa!" Bentak Yerim dengan penekan setiap kata-katanya. Ia  pun pergi dengan kedua tangan terkepal dan mata memerah karena marah.

Yerim berjalan dengan cepat. Tak menghiraukan pandangan orang-orang yang berpapasan dengannya. Yang ia tau ia hanya ingin keluar dari tempat ini.

Memang reaksi yang seperti itu yang Sean tunggu, biasanya tidak ada yang membentaknya seperti itu. Melihat seorang gadis yang tingginya tak sampai ke pundaknya membuat Sean makin penasaran.

Ia memandang dengan lekat boneka toru-toru bozu itu dengan ada ukiran nama di boneka itu, sebelum ia memasukkan ke saku celananya.

"Emang lo mau ngapain gadis itu Bos?" tanya Nata masih memandang kepada pintu kantin dimana punggung Yerim sudah tak kelihatan lagi.

Sean hanya tersenyum sinis. Apa yang akan ia lakukan untuk gadis itu, ia pun tak tau. Tapi, satu rencana pasti akan ia lakukan untuk gadis itu. Sepertinya permainan ini akan menarik

****

Setelah keluar dari lift yang dikhususkan kelas 12 itu, Yerim terus merasakan pandangan orang-orang kepadanya.

Persetan dengan dipanggilnya orang tua karena Yerim memasuki lift yang dikhususkan untuk kelas 12 itu. Ia benar-benar kesal sekarang.

Bodoh

Tolol

Bego

Kenapa gak lu tampar aja sih!

Orang yang seperti itu tu gak bisa dibiarin!

Bego! Bego! Bego!

Sean bajingan!

Begitu lah rutukan Yerim kepada dirinya sendiri, ia terus memukul kepalanya dengan kedua tangannya sendiri. Tanpa sadar bahwa orang-orang yang melihatnya heran.

Yerim terus memukuli kepalanya sendiri dengan kedua tanganya, dan terus merutuki kebodohannya itu.

Dari jarak beberapa meter di belakang Yerim, ada seseorang yang juga heran dengan tingkah Yerim itu. Ia berniat untuk menghentikan tindakan Yerim itu yang dapat membuat kepalanya sakit jika dipukuli terus menerus seperti itu. Tapi, baru saja ia ingin melangkah, ada orang yang duluan menghampiri Yerim membuat Aarav mengurungkan niatnya untuk menghampiri Yerim.

"Woi!" Panggil Salsa menepuk pundak Yerim dari belakang membuat Yerim tersentak kaget dan menghentikan tangannya yang memukul kepalanya.

"Kenapa lo?"

"Kesel gue."

"Kesel kenapa?"

"Gue barusan dari kelas 12."

"Lah kok bisa?"

"Ya gitu, dan lo tau siapa yang nyembunyiin Mily selama ini?"

"Siapa emangnya?"

"Sean."

"Sean? Kak Sean?!"

Salsa sangat terkejut sehingga secara refleks ia menyebut nama Sean secara kuat membuat orang yang berlalu lalang memandang kepada mereka.

"Ck." Yerim menghentakkan kakinya kesal karena Salsa tidak bisa mengontrol suaranya, ia tidak bisa menjadi pusat perhatian seperti itu. Yerim berjalan cepat meninggalkan Salsa yang masih terkejut.

"Woi Yer tungguin!" Salsa berlari menyusul Yerim yang sudah jauh di depan.

Aarav yang berjalan tidak jauh dari mereka juga mendengar nama Sean yang terlontar dari mulut Salsa. Meskipun Aarav tidak memiliki teman tapi, ia tau siapa Sean. Sean yang terkenal karena sikap brandalnya itu. Yang menjadi pertanyaan ada urusan apa Yerim dengan anak kelas 12 itu.

Aarav terus bertanya-tanya di dalam hati.

Duk!

"Eh sory," ujar Aarav meminta maaf kepada orang yang tak sengaja ia tabrak.

Aarav membantu mengumpulkan kertas yang bercecer dilantai setelah terkumpul semua baru ia menyerahkan kertas itu kepada orang yang ia tabrak.

"Sekali lagi gue minta maaf," ujar Aarav  tak enak hati.

"Its okay gapapa, gue duluan bro," ujar Arga menepuk pundak Aarav pelan lalu  pergi. Tapi, baru beberapa langkah Arga membalikkan badannya.

"Oh ya thanks ya." Arga mengangkat Kertas yang di pegangnya bermaksud untuk berterima kasih kemudian berlalu hingga hilang di ujung koridor.

Aarav tertegun, sudah lama sekali dia tidak mendengar kata itu dari laki-laki yang sebaya dengannya. Aarav tidak bisa mendefinisikan perasaan ini, rasanya seperti ia mempunyai harapan untuk berteman. Tapi, apakah ia bisa mempunyai teman?

Pertanyaan itu terus timbul di benaknya.

****

Istirahat telah usai. Bel masuk baru saja berbunyi. Semua siswa-siswi telah memasuki kelas mereka masing-masing.

Suasana kelas XI IPS 1 ramai karena guru yang mengajar belum juga masuk. Yerim sedang asik memainkan ponselnya dan Lusi berkutat dengan buku paket yang ada di hadapannya.

Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Ada yang tertawa terbahak-bahak entah membicarakan apa di kursi paling belakang dan ada juga sekumpulan siswa yang main game dengan kata umpatan yang terus keluar dari mulut mereka.
Ada juga yang sedang asik berjoget-joget membuat video tiktok yang berakhir dengan gelak tawa yang membahana. Suasana kelas XI IPS 1 benar-benar ramai sekarang.

Yerim menscrool instagram melihat konten-konten tiktok yang muncul dan beberapa postingan orang yang ia ikuti.
Sedangkan Lusi, masih saja asik membaca buku materi yang setebal dosa itu tanpa terusik oleh keramaian ini.

Ketika Yerim sedang asik melihat postingan-postingan orang di instagram, tiba-tiba saja ponselnya di ambil secara paksa membuat ia hampir saja mengumpat. Tapi, ia mengurungkan niatnya setelah tau siapa yang merampas ponselnya itu.

Suasana kelas yang sedari tadi ramai menjadi hening karena kehadiran sekumpulan pentolan di SMA BIMA SAKTI. Siapa lagi mereka jika bukan Sean dan gengnya.

"Ikut gue," perintah Sean kepada Yerim. Tapi, Yerim tetap pada posisinya tidak mengindahkan perintah Sean.

"Ikut gue!" Sean mulai membentak membuat suasana kelas menjadi mencekam. Sedangkan, Yerim hanya tak acuh tanpa takut sedikit pun.

Sean geram ia mulai menarik paksa Yerim untuk bangkit dari kursinya. Arga hendak maju untuk menolong Yerim tapi, sebelum itu terjadi sesuatu yang tak terduga itu pun terjadi.

"Dia bilang gak mau, jadi jangan maksa." Lusi menahan tangan Sean yang menarik Yerim dengan tatapan tajamnya.

Semua yang di kelas terkejut tentunya, pandangan Lusi kini benar-benar tajam tak ada rasa takut sedikit pun. Sean telah berhasil membangun macan yang tertidur di dalam tubuh gadis itu.

****

A/N : wah wah makin panas ini
          LUSI mulai menampakkan taringnya guys😂
Apakah yang terjadi selanjutnya?
Akankah Sean berhasil membawa Yerim atau sebaliknya?

So, stay tune di RAHASIA ya!

See you next week teman-teman:)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro