Bab 6

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

***

Masuk

Jangan

Masuk

Jangan

Yerim bimbang ia gugup karena Yerim tidak pernah memasuki rumah ini, apalagi ini adalah rumah seorang Aarav.

Yerim terus mondar-mandir di depan gerbang rumah Aarav wajahnya terlihat gusar. Jika ia pergi makanan ini akan sia-sia dan Mamanya akan marah, tapi jika ia masuk kemungkinan besar ia akan bertemu Aarav di dalam. Ahh Yerim tidak siap bertemu dengan Aarav dengan kondisi yang seperti ini.

Saat Yerim terus mondar-mandir tiba-tiba saja mobil mewah datang membuat Yerim tersentak. Ia sangat mengenali mobil itu.

"Eh Yerim, kenapa sayang?"tanya seorang perempuan separuh baya yang membuka kaca mobilnya.

"Anu... tante, hmm anu" ujar Yerim semakin gugup.

"Aduh gimana ini" batin Yerim menggesek-gesekkan kakinya ke tanah sambil memandang ke bawah.

"Yerim?"panggil perempuan tadi menunggu. Ketika ia melihat sepeda motor di belakang Yerim ia mengerti.

"Ahh, mau nganterin pesanan dari mama kamu ya," ujar perempuan tadi lembut.

"Iya tante," jawab Yerim setengah menunduk.

" kirain tante ada apa, Yerim bisa bantuin tante bawa kotak nasinya sayang?" Pinta Maya dengan lembut, ia keluar dari mobilnya dan membawa tas kecil yang selalu ia bawa kemana-mana.

"Ah, iya bisa tante" jawab Yerim mengiyakan. Ia mengambil kotak makanan tersebut kemudian Mengekori tante Maya memasuki gerbang rumah itu.

"Masukin mobilnya din," perintah tante Maya pada satpam rumahnya.

"Siap nyonya!" Pak udin langsung bergegas menuju keluar gerbang memasuki mobil ke bagasi.

Yerim menggelengkan kepalanya takjub, rumah ini sangat mewah ada air mancur di tengah-tengah halaman rumah dan di pinggir halaman ada beraneka bunga yang cantik, serta di sisi barat air mancur ada seperti pondok kecil untuk bersantai di sana di tambah lagi sinar jingga menghiasi awan sekarang, membuat Yerim seperti melihat istana dalam lukisan.

Melihat ekspresi Yerim yang seperti itu membuat Maya terkekeh kecil, Yerim tampak lucu.

"Kenapa sayang?"tanya Yerim yang terus memperhatikan sekeliling rumah Aarav dengan takjub.

"Ah, gak papa tante rumahnya bagus "ujar Yerim polos ia menolehkan sebentar kepada Maya yang ada di sampingnya kemudian kembali melihat-lihat lagi, ia sangat tertarik dengan ayunan yang ada di dekat pondok kecil itu.

Maya membuka pintu perlahan kemudian masuk dengan langkah anggun. Berbeda dengan keadaan di luar rumah, di dalam rumah ini benar-benar sunyi, Yerim di suguhi pemandangan yang banyak sekali lemari berisikan piala Aarav, lelaki itu sudah berprestasi dari dulu. Tapi Yerim tak menyangka piala nya akan sebanyak ini. Bayangkan ada tiga lemari kaca yang berisikan piala Aarav dan banyak juga piagam-piagam penghargaan dan semuanya piala olimpiade. Lagi-lagi Yerim di buat takjub.

Ia terus mengekori Maya hingga sampai ke dapur. Tak habis takjub Yerim di dapur tak kalah menarik dengan di ruang tengah dan di halaman rumah. Di dapur ini memberikan kesan hangat, peralatan dapurnya berbentuk sederhana namun clasy.

Dan meja makannya...

"Mama!" Seru Aarav berlari memeluk Maya, Aarav belum  menyadari keberadaan Yerim.

"Mama kenapa lama sekali pulangnya aku kan pengen main,"rajuk Aarav persis seperti anak kecil yang di tinggal orang tuanya kerja.

Speechless.

Yerim ternganga dan ia mengerjapkan matanya beberapa kali, hampir saja kotak makanan di tangannya terlepas saking terkejutnya.

Dia Aarav?
Seorang Aarav yang dingin kan?
Aarav yang aku suka itu kan?
Dia punya kepribadian ganda kah?

Banyak pertanyaan yang muncul secara bersamaan di kepala Yerim, ia sungguh tak menyangka melihat sisi Aarav yang seperti ini.

"Tadi Mama sibuk banget sayang, maaf ya,"pujuk Maya mengelus kepala Aarav pelan.

Aarav mengangguk beberapa kali, lalu melanjutkan makannya, tadi dia sedang makan dan berlari cepat ketika Mamanya datang.

Maya meletakkan tas kecilnya di meja makan dan memandang Yerim yang tak bergerak dengan mata melebar dan mulut terbuka.

"Yerim ngapain di situ, kesini sayang," suruh Maya.

Eh

Aarav mengikuti pandangan Mamanya dan...

"Uhukk! Uhukk!"

"Astaga Aarav! ini minum sayang," Maya memberikan segelas air kepada Aarav.

Yerim menelan salivanya ia menarik napas sebanyak tiga kali menetralkan detak jantungnya yang menggila, dengan langkah pelan Yerim menghampiri Maya.

Setelah minum Aarav melebarkan matanya terkejut.

Kenapa gadis ini ke rumahnya?
Atau jangan-jangan...

"Tidak, tidak mungkin."batin Aarav mengacak rambutnya kesal.

Ketika Yerim meletakkan kotak makanan di atas meja ia terkejut melihat Aarav mengacak rambutnya kesal.

"Ada apa sayang?"tanya Maya memegang bahu Aarav.

"Ah gapapa Ma,"jawab Aarav menggaruk bagian belakang kepalanya yang tak gatal. Kemudian melanjutkan makan, sesekali ia melirik Yerim yang berdiri canggung di ujung meja makan.

Yerim bingung, ia harus berbuat apa, kakinya tidak bisa di ajak kompromi. Yerim mau segera pulang tapi kakinya tak mampu bergerak, sesekali ia mencoba melirik Aarav yang makan dengan tenang dan tanpa sengaja mereka saling bertatapan membuat jantung Yerim ingin keluar dari tempatnya. Seperkian detik kemudian mereka memalingkan pandangan. Ada kehangatan di wajah mereka.

Maya melihat kegugupan Yerim.

"Kamu kenapa sayang, kok gugup  gitu?"

"Ah gak papa tante,"jawab Yerim sopan.

"Hm, anu... tante aku pulang dulu ya mau malam soalnya,"pamit Yerim kepada Maya yang mengatur kotak makanan di atas meja.

"makasih ya Yerim udah repot-repot nganterin pesanan ini,"ujar Maya.

"Iya sama-sama Tante,"jawab Yerim mengangguk sopan dan menyalami punggung tangan Maya.

"Aku pamit pulang tante,"

"Aarav kamu anter Yerim sana," suruh Maya, lagi-lagi membuat Aarav tersedak sedangkan Yerim menelan salivanya.

"Ah, gak usah tante aku bawa motor kok,"tolak Yerim dengan lembut. Padahal ia sangat senang jika Aarav mengantarnya pulang.

"Jangan sayang, ini udah sore banget gak baik anak cewe pulang sendiri nanti di culik. Apalagi yang kayak kamu rawan,"ujar Maya setengah bercanda.

"Ah, gapapa tante aku pulang sendiri aja deket juga kok,"tolak Yerim lagi.

Maya memberi kode kepada Aarav lewat tatapan mata, Aarav mengerti ia bangkit dari kursinya lalu berjalan menghampiri Yerim.

"Cepet,"ujar Aarav langsung melewati Yerim. Sifat dinginnya kembali muncul

"Aku pamit tante assalamualaikum,"pamit Yerim.

"Ia waalaikumsalam,"

Maya terkikik geli melihat Aarav yang tidak banyak bicara seperti itu dan baru kali ini ia melihat Aarav yang malu-malu, atau Aarav menyukai gadis itu? Jika memang iya, Maya akan mendukungnya mereka terlihat cocok.

"Aarav sudah dewasa," Maya tersenyum penuh makna, setidaknya Aarav mempunyai teman. Ia pikir Aarav tidak memiliki teman dengan sikapnya yang seperti itu.

Maya tak sabar menceritakan ini kepada suaminya pasti suaminya juga ikutan bahagia.

***

A/N:
Heoll Daebak!
Kaget gak sama kepribadian Aarav yang berbeda ini?
Masih penasaran bagaimana selanjutnya?
Akankah Aarav mengantar Yerim pulang?
Apa yang terjadi selanjutnya?

Oke jangan kemana-mana ya!
Stay tune di RAHASIA
Vote and komennya teman-teman.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro