1 : BULAN MADU KEDUA

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari masih sangat pagi ketika Faisal menggeliatkan tubuhnya yang rasanya sangat pegal kali ini. Bagaimana tidak pegal jika dia seperti laki-laki kemaruk yang tidak pernah merasakan hubungan suami istri bertahun-tahun. Meskipun memang itu yang sebenarnya terjadi.

Menahan hasrat untuk tidak menyentuh perempuan, selama perceraiannya dengan Sekar dulu, membuat Faisal bagai singa lapar yang bertemu dengan domba bodoh. Dilahapnya Sekar hingga habis dan lunglai.

Faisal membuka matanya dan senyumnya seketika tersungging saat di pelukannya ada perempuan yang dicintainya, setidaknya hingga saat ini Faisal masih yakin bahwa perempuan yang diinginkannya hanya Sekar.

"Hei, Sekar. Bangun, Sayang," bujuk Faisal dengan mesra namun sambil mengeratkan pelukannya, seolah tak rela jika Sekar benar-benar bangun dan meninggalkannya.

"Jam berapa, Mas?" tanya Sekar setelah matanya sedikit terbuka.

"Jam setengah lima," jawab Faisal lirih, kemudian menghadiahkan sebuah kecupan hangat di cuping telinga.

Sekar meremang seketika dan hendak mendorong lelaki yang memeluknya itu untuk menjauh.

"Kenapa, Sayang?" tanya Faisal.

"Masih kurang yang semalam?" tanya Sekar dengan senyum gemas melihat Faisal yang semakin matang semakin mempesona.

"Kamu tahu, sebanyak apapun yang kunikmati dari dirimu, aku tak akan pernah merasa cukup," jawab Faisal yang kemudian menggulingkan tubuhnya, mencari posisi paling wenang yang dia inginkan.

"Tapi, Mas. Hari sudah mulai siang. Hari ini aku harus datang ke sekolahan itu untuk wawancara," jawab Sekar.

Faisal tersenyum.

"Masih ada waktu setengah jam untuk menuntaskan semuanya," kata Faisal yang kemudian memulai aksinya, tak peduli dengan penolakan yang dilakukan Sekar. Toh akhirnya Sekar akan luluh juga dengan kemahiran Faisal mengolah hasratnya.

Dan dugaan Faisal selalu benar. Sekar ini terlalu polos menjadi perempuan. Dan Faisal terlalu mahir untuk seorang Sekar. Jadi setegar apapun Sekar mencoba menolak Faisal, nyatanya Faisal lebih tahu dimana titik kelemahan Sekar. Sehingga yang terjadi kemudian adalah seperti apa yang Faisal harapkan. Dia mampu mengajak dan membawa Sekar mengayuh hasratnya, memenuhi kebutuhan ragawinya dengan sempurna.

"Kau tak kan pernah tahu, bagaimana besarnya cintaku sama kamu, Sekar," bisik Faisal di ujung pendakian hasratnya yang semakin tak terkendali.

Tak ada yang bisa Sekar lakukan, selain menerima dan menikmati keindahan ragawi yang diberikan oleh Faisal, di setiap penyatuan mereka.

Dan diakui atau tidak, nyatanya kepolosan Sekar selalu berhasil membuat Faisal kewalahan menahan hasratnya sendiri. Baginya, tak ada satu pun yang dicintainya melebihi cintanya pada Sekar.

Hingga waktu semakin terang, Faisal baru bisa menyelesaikan pekerjaan pribadinya itu dengan sempurna, menyisakan senyum kepuasan, dan kedamaian yang sesungguhnya.

"Tak usah memasak jika kamu lelah atau malas. Aku bisa makan di kantin dekat kantor," bisik Faisal ketika menggulirkan tubuhnya dari Sekar.

Napas keduanya masih sama-sama terengah, sementara Sekar juga masih memejamkan matanya. Ribuan bintang berpendar di matanya. Faisal benar-benar membuatnya lelah meskipun indah.

"Mas berangkat jam berapa?" tanya Sekar setelah napasnya reda dan tenang.

"Jam setengah delapan dari rumah. Kamu?" tanya Faisal sembari bangkit untuk mandi.

"Aku bisa numpang sampai sekolahan?" tanya Sekar menatap lelaki rupawan itu.

Mendengar pertanyaan itu Faisal tertawa.

"Mengapa harus menumpang? Aku bahkan bisa mengantarmu kemana saja kamu mau," kata Faisal.

Sekar tersenyum simpul malu-malu, membuat Faisal menjadi gemas. Bagaimana bisa dia malu, sementara mereka sudah menjadi suami istri lagi?

Melihat gelagat ini, Faisal segera bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus meredam hasratnya yang mulai tersulut hanya karena melihat senyum Sekar yang malu-malu kucing seperti itu.

Sekar mengerutkan kening melihat Faisal buru-buru masuk ke kamar mandi. Pikiran polosnya hanya berasumsi bahwa Faisal sedang kebelet ke belakang. Bukankah itu asumsi paling masuk akal?

***

"Sampai di sini saja, Mas. Nggak usah masuk mobilnya, nanti njenengan terlambat ke kantor," cegah Sekar ketika mereka tiba di depan SMA yang dituju oleh Sekar pagi ini.

Faisal melihat jam tangannya.

"Sebenarnya masih ada sedikit waktu," kata Faisal.

"Lebih baik datang lebih awal daripada njenengan terlambat sampai di kantor," ucap Sekar menoleh ke arah Faisal.

Laki-laki itu mengangguk.

"Saya turun dulu. Terima kasih njenengan sudah mengantar saya," ujar Sekar dengan kesantunan yang tak pernah luntur.

Faisal tersenyum dan mengangguk. Sekar kemudian hendak membuka pintu mobil ketika Faisal memanggilnya.

"Sekar," panggil Faisal.

"Ya?" Sekar mengurungkan niatnya membuka pintu mobil dan menoleh pada Faisal. "Apakah ada yang lain, Mas?" tanya Sekar lebih lanjut.

Faisal tersenyum mesum.

"Apa kamu tidak berniat memberiku salam perpisahan sebelum aku berangkat bekerja?" tanya Faisal penuh godaan.

"Maksudnya?" tanya Sekar mengerutkan keningnya tak mengerti kemana arah pembicaraan Faisal.

Faisal tersenyum kemudian meraih bahu Sekar agar mendekat padanya. Kemudian dengan penuh perasaan, dia mengecup kening Sekar dengan lembut.

"Aku akan tenang meninggalkanmu di sini setelah aku mengecupmu. Kuharap, kamu tidak akan melirik siapapun yang ada di sekolahan ini," ujar Faisal dengan senyum lembutnya.

Seketika muka sekar bersemu merah tanda malu. Ini pula yang membuat Faisal semakin gemas dan jatuh cinta setiap hari pada Sekar. Apalagi setelah perceraian mereka beberapa tahun lalu.

"Nggak ada yang mau melihat perempuan yang sudah nikah juga, Mas," elak Sekar dengan lembut menenangkan sedikit kecemburuan yang bergejolak di hati Faisal.

Faisal tersenyum.

"Kalau orang yang tidak mengerti siapa dirimu, mereka pasti akan mengira bahwa kamu belum menikah. Kupastikan mereka akan mengejarmu. Tetapi aku tak akan membiarkan mereka berhasil, kau tahu?" ujar Faisal sambil mengusap kedua pipi Sekar.

Sekar tersenyum.

"Mas tahu, kan, aku bukan perempuan seperti itu yang mudah dikejar?" tanya Sekar.

"Ya. Karena aku sudah merasakannya sendiri. Mengejarmu sungguh membuat lelah dan makan hati. Hampir saja aku menyerah kalau aku tak ingat bahwa Fahri akan mengejarmu jika aku tak berhasil menikahimu," kata Faisal dengan senyum miris.

Sekar tersenyum.

"Sudahlah. Pergilah ke kantor. Aku tak mau njenengan dipecat hanya karena berlama-lama nungguin saya seperti ini," ujar Sekar melepas pegangan tangan Faisal di kedua sisi pipinya.

Namun, Faisal seolah enggan melepasnya. Sehingga sebagai solusi akhirnya, Faisal kembali menghadiahkan sebuah kecupan di pipi Sekar. Untung saja kaca mobil mereka cukup pekat sehingga tidak banyak yang melihat apa yang mereka lakukan.

"Pergilah," ujar Faisal melepas Sekar.

Perempuan muda nan cantik itu tersenyum kemudian mengangguk. Meraih tangan Faisal dan mengecupnya dengan takzim.

"Mas hati-hati di jalan. Biar selamat sampai kantor," ujar Sekar kemudian.

Sekar kemudian turun dari mobil dan berjalan anggun menuju ke halaman sekolahan yang terlihat hijau dan asri ini. Kakinya melangkah tegas menuju ruang kepala sekolah untuk membicarakan masalah pekerjaan yang kemarin ditawarkan padanya itu.

Namun, Sekar tak menyadari ada sepasang mata penuh binar kekaguman yang mengawasi setiap langkah yang diayunkannya.

Dia ....

***


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro