Romantic

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Okey, pembelajaran hari ini sudah selesai. Saya tidak menerima alasan apapun bagi mahasiswa yang tidak mengumpulkan tugas besok lusa. Selamat sore." Kata Ayuni dengan tegas. Wajah yang cantik dan lembut tak nampak di mata para pemuda dan pemudi yang ada di depannya itu. Yang mereka lihat Ayuni bagaikan macam betina yang siap menyantap mereka kapan saja. Bagi anak-anak yang baru beranjak dewasa itu, Ayuni adalah seorang dosen yang galak. Ayuni tidak pernah memberi ampun kepada mahasiswa yang mempermainkan kegiatan kelas. Setidaknya hal itu yang terkenal di lingkungan mahasiswa.
"Selamat siang, Bu." Jawab para mahasiswa dengan serentak. Beberapa dari mereka sudah bangkit dari kursi, sebagian ada yang masih membereskan buku dan laptop, ada pula yang masih serius dengan buku tebal yang ada di atas meja, mungkin anak itu ingin mengulang apa yang baru saja disampaikan oleh Ayuni agar dia bisa dengan mudah mengerjakan tugas dari dosen galak itu. Karena hanya anak ajaib yang bisa mendapatkan nilai A pada mata kuliah Ayuni.
Ayuni memasukkan gadgetnya ke dalam saku blazernya dan tak lama setelah itu dia menyunggingkan senyum lebar seperti dia sedang menang lotre. Namun nyatanya, alasan dibalik senyuman itu sangat sederhana. Hanya melihat gambar parkiran kampus yang dikirimkan oleh seseorang.
"Sepertinya buru-buru sekali, Bu?" tanya laki-laki paruh baya teman sesama dosennya.
"Iya, Pak. Kelas saya sudah berakhir dan sudah tidak ada jadwal lagi jadi saya ingin balik cepat." Jawab Ayuni sambil memasukkan barang-barangnya ke dalam tas hitam yang harganya jutaan.
"Sudah di tunggu kekasih ya?" goda laki-laki itu lagi.
"Bapak juga pernah muda lah." Jawab Ayuni dengan senyum sumringahnya sambil melambaikan tangannya kecil ke arah laki-laki itu. Laki-laki paruh baya itu hanya tersenyum sambil menggelengkan kepalanya melihat tingkah Ayuni. Tak lama setelah itu Ayuni sudah hilang dari ruangan.
Ayuni bagaikan sosok yang memiliki dua sisi yang berbeda. Di kalangan mahasiswa dia terkenal garang, namun di kalangan teman dan keluarga dia terkenal baik dan hangat, dan ketika dia bersama kekasihnya dia terkenal sebagai perempuan yang setia juga perhatian. Sebagai seorang perempuan yang lahir dari keluarga harmonis, dibesarkan dengan kasih sayang yang lebih, dan dimanjakan dengan harta yang berlimpah membuat Ayuni tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan punya prinsip yang kuat. Semua hal yang dia lakukan mempunyai tujuan akhir yang bagus. Dia juga sangat menghargai proses, karena dari proses yang benar itu pula akan terlahir hasil yang berkualitas. Wajar jika Javas sangat mencintai dia.
"Kenapa tiba-tiba hujan?" gumam Ayuni pelan. Dia menatap langit dengan tatapan kecewa. Dia tidak menyangka jika langit akan menumpahkan keringatnya sekarang. Padahal di kelas tadi langit masih terlihat cerah.
"Mau ke parkiran? Saya antar." Suara berat dari arah belakang Ayuni dan sejurus kemudian payung hijau sudah bertengger di atas kepala Ayuni.
"Eh Pak Anggar." Sapa Ayuni dengan suara lembutnya.
"Saya juga mau ke parkiran. Modul saya ketinggalan di mobil, bareng saya saja." Kata laki-laki yang dipanggil Anggar itu.
"Tak perlu. Ayuni bisa sama saya saja." Kata laki-laki lain dengan suara yang tinggi karena dia takut suaranya akan tenggelam dalam guyuran air hujan yang cukup deras.
Ayuni tersenyum melihat Javas yang semakin mendekat ke arahnya. Melihat laki-laki tampan itu membuat Anggar sedikit melangkahkan kakinya ke belakang. Dia tahu dan dia sadar jika dia kalah telak dari laki-laki yang berjalan ke arahnya itu.
"Bukankah seharusnya Ayuni berada di bawah payung yang sama dengan lelakinya?" tanya Javas dengan suaranya yang maskulin. Hal itu membuat Anggar hanya bisa tersenyum kecut.
"Ehemm... Pak Anggar, terima kasih atas tawaran bapak. Tapi ada kekasih saya dan sebaiknya saya bareng kekasih saya saja." Kata Ayuni sambil tersenyum.
Anggar yang sebenarnya tidak terima namun harus berlapang dada. Dia melebarkan tangannya seakan-akan dia memberikan mereka jalan untuk segera pergi. "Tidak apa-apa Bu Ayun."
"Kalau begitu kami permisi dulu ya, Pak." Kata Ayuni dengan sopan.
"Iya. Hati-hati Bu Ayun." Jawab Anggar pelan.
"Hanya Ayun saja yang disuruh hati-hati? Saya tidak? Padahal nanti saya lho yang bawa mobil." Kata Javas yang sepertinya menyindir Anggar.
"Jav, ayo." Kata Ayuni sambil menarik lengan kekasihnya itu. Dia tahu jika saat ini kekasihnya itu sedang cemburu.
"Oh iya. Hati-hati Bu Ayun dan Pak Javas." Kata Anggar menuruti ucapan Javas.
Ayuni dan Javas segera berlalu dari hadapan Anggar karena Ayuni menarik tangan Javas untuk segera pergi. Ayuni tidak ingin mereka menjadi pusat perhatian banyak orang. Mungkin mahasiswa yang melihat mereka merasa jika mereka sedang menonton drama cinta segitiga dan Ayuni benci menjadi pusat perhatian seperti itu.
"Siapa tadi namanya? Anggar?" tanya Javas seperti sedang mengulang ingatannya.
"Iya, dia teman sesama dosen aku dan dulu kami sempat kuliah S2 bareng." Jawab Ayuni dengan sabar.
"Ohh... Bisa dibilang kalian sudah berteman cukup lama ya." Balas Javas sambil menganggukkan kepalanya kecil.
"Kamu cemburu ya?" goda Ayuni sambil menunjuk hidung mancung Javas.
"Mana ada aku cemburu. Aku tahu kamu nggak akan berpaling kepada lelaki lain." Jawab Javas dengan percaya diri.
"Helehh.. percaya diri sekali." Balas Ayuni mencibir.
"Kalau aku pemalu kamu nggak akan mau sama aku." Balas Javas yang dibalas dengan pukulan kecil oleh Ayuni.
Javas mulai menjalankan mobilnya keluar dari parkiran kampus. Dia berhenti sejenak sebelum akhirnya ikut masuk ke dalam deretan kendaraan lain yang merangkak di atas jalan beraspal. Hujan yang masih mengguyur dengan deras membuat banyak kendaraan memilih untuk berkendara dengan pelan, termasuk Javas. Javas mengira jika melajukan mobil dengan pelan hitung-hitung memperlama dia bisa bersama dengan Ayuni.
Jari telunjuk Ayuni menyalakan radio. Seketika suara indah vokalis band terkenal menggema di dalam mobil. Ayuni dan Javas saling berpandangan hingga tak lama kemudian mereka saling tertawa kecil. Lagu itu seakan mengingatkan mereka pada kejadian 11 tahun yang lalu.
~Flashback on~
Gadis bertubuh mungil dengan rambut yang dikuncir kuda kemudian di kepang itu mengintip di balik pintu yang terbuka sedikit. Di dalam ruangan itu ada cowok yang lebih tua satu tahun darinya. Cowok itu terlihat begitu sibuk dengan kertas yang ada di mejanya. Mungkin cowok itu sedang menggarap proposal entah proker selama dia menjabat sebagai ketua OSIS.
Tangan gadis itu sedikit bergetar sambil membawa sebotol air dingin. Dia berniat ingin memberikan air itu kepada kakak kelasnya itu namun nyalinya yang ciut hanya berhasil membawanya sampai di depan pintu.
"Aku takut." Cicit gadis itu sangat pelan.
Dia menengok ke kanan dan ke kiri. Sepi. Hening. Tak ada seorang pun karena memang ini masih jam belajar mengajar, dia minta izin ke kamar mandi tapi nyatanya dia putar arah ke kantin dan mampir ke ruangan OSIS. Tangan gadis mungil itu merogoh saku dan menemukan bolpoin juga post-it berwarna biru. Dia menuliskan sesuatu di sana dan dia tempelkan pada botol air tersebut. Setelah itu dia meletakkan botol itu di depan pintu ruang OSIS dan mengetuk pintu itu tiga kali. Merasa jika pemilik ruangan akan beranjak dari duduknya dia lalu berlari meninggalkan ruangan itu.
"Dari siapa ini?" tanya ketua OSIS dengan bingung. Matanya menyusuri setiap objek yang ada di depannya namun dia tidak menemukan seorang pun. Hingga matanya membaca tulisan yang tertempel pada botol tersebut.
"Jangan lupa minum air banyak-banyak."
Javas membacanya dengan suara pelan setelah itu dia menyunggingkan senyumnya. Entah penggemar yang mana yang memberinya sesuatu yang sebenarnya memang dia butuhkan saat itu. Karena memang dia selalu menerima banyak sekali barang atau makanan dari para penggemarnya itu.
"Entah siapa kamu, terima kasih untuk airnya." Kata Javas dengan suara yang lumayan keras. Dia berharap orang yang memberinya air itu bisa mendengar kata terima kasihnya.
"Sama-sama." Jawab Ayuni dari samping bangunan ruangan OSIS. Ya, gadis mungil itu adalah Ayuni. Anak baru yang tanpa sengaja dibimbing langsung oleh Javas ketika MOS 2 minggu yang lalu.
~Flashback off~
"Hahahah.. saat itu aku benar-benar ingin mengatakan langsung kepada orang yang memberiku air. Tapi aku tidak melihat siapa pun." Kata Javas dengan mata yang masih fokus pada jalanan depan.
"Aku ada di samping ruangan itu." Jawab Ayuni dengan memiringkan badannya agar dia bisa lebih bebas menatap ke arah Javas.
"Tapi kenapa kamu memberiku air? Kenapa nggak kasih aku makanan yang lebih mewah atau minuman yang lebih mahal?" tanya Javas yang masih bingung. Karena penggemarnya yang lain selalu memberikan makanan yang enak ataupun jus alpukat kesukaannya. Tapi Ayuni, dia hanya memberikan air putih saja. Namun, bukan air putih yang dilihat dari Javas tapi sesuatu yang memang benar-benar dia butuhkan. Mungkin hal itu yang membuat dia tertarik karena Ayuni berbeda dari penggemarnya yang lainnya.
"Saat itu aku lihat kamu di kantin. Kamu baru saja selesai makan tapi dipanggil sama teman kamu dan terlihat buru-buru sekali hingga kamu belum sempat minum. Jadi aku berpikir lebih baik aku memberimu air karena air adalah komponen yang penting untuk menjaga kesehatan." Jawab Ayuni sambil tersenyum. Dia bahkan masih sangat ingat kenapa saat itu dia memberikan air kepada Javas.
Javas menoleh ke kiri. Dia tersenyum dan mengelus kepala Ayuni. Alasan yang membuatnya jatuh cinta kepada Ayuni bukan hanya karena paras Ayuni yang cantik, namun juga karena Ayuni sangat memperhatikan dia dalam hal sekecil apapun itu.
"Terima kasih, Sayang. Kamu yang sangat teliti cocok untuk aku yang ceroboh ini." Kata Javas yang tidak bisa untuk tidak mengungkapkan kekagumannya.
"Kamu yang sabar ini sangat aku butuhkan untuk aku yang tempramen ini." Balas Ayuni dengan kedipan mata genit yang berhasil membuat Javas menahan nafasnya sejenak.
Javas merasa beruntung menemukan Ayuni dan bisa memiliki Ayuni. Walaupun sebelum dia pacaran dengan Ayuni, dia tidak pernah berpikir jika dia akan jatuh cinta kepada salah satu pengagum rahasianya itu. Dan kini setelah dia memiliki Ayuni, dia merasa serakah karena dia tidak ingin Ayuni diambil oleh orang lain.
Ayuni menyandarkan punggungnya. Tangannya masih dia biarkan untuk digenggam oleh kekasihnya. Dia merasa jika hubungannya dengan kekasihnya terus hangat seperti ini, maka tidak ada satu pun alasan untuk mereka putus atau mengakhiri hubungan. Bahkan jika memang mereka harus putus, Ayuni yakin mereka akan melanjutkan hubungan mereka ke jenjang yang lebih serius lagi.

🌹🌹🌹

Gimana nih cek sound nya?? Masih mau lanjut???
Jangan lupa vote dan komennya🤗🤗

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro