Lantunan 17

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Semerdu lantunan ar-rahman
Rasaku melangit dalam doa yang terlantunkan

🍂🍂🍂

"Apa Kak Rahman adalah orang yang sering tilawah surah ar-rahman setiap waktu dhuha?"

Sejenak Rahman menjeda kalimat yang akan terucap dari bibirnya.

Pemuda itu terdiam sambil memicingkan mata, "kamu?"

"Iya, aku yang selalu mendengarkan lantunan Kakak dari lantai dua."

Binar kopi Kinan menatap tepat pada tatapan elang Rahman, hal itu berselang selama beberapa detik sebelum Kinan kembali menundukkan tatapannya.

Rahman masih terdiam.

Pemuda itu mencari kepingan memori di sudut kepalanya, ia memejamkan mata. Mengapa ia tidak bisa mengingat segala kejadian pada saat tilawah di waktu dhuha itu? Akhir-akhir ini Rahman memang sedikit pelupa.

Kinan sedikit berlari mengejar langkah lebar pemuda itu, punggung itu hampir menghilang di balik tikungan dan entah mengapa Kinan sangat penasaran. Kinan tidak meminta apa-apa ia hanya ingin melihat wajah pemuda pelantun surah Ar-Rahman itu.

"Fandi!" seseorang terdengar menyapa kencang.

Sekilas Kinan menoleh ke sumber suara, lalu menoleh kembali ke punggung pemuda berpeci hitam itu. Namun, pemuda itu sudah menghilang dari penglihatannya.

Kinan menghela nafas, ia masih penasaran, "siapa sebenarnya pemuda berpeci hitam itu?"

Kinan membalikkan badan, berniat untuk kembali ke kelas. Namun ia terdiam dengan langkahnya yang berhenti secara tiba-tiba.

Deg!

Hampir saja ia menabrak dada bidang seseorang kalau saja pemuda di hadapannya tidak dengan cepat menghentikan langkah. Kinan mendongakkan kepala untuk melihat siapa orang di hadapannya. Rahman. Kinan dengan cepat menundukkan kepala kemudian berlalu tanpa mengucapkan apa-apa.

"Kak Rahman?" tanya Kinan.

"Eh- iya?" pertanyaan Kinan berhasil memecahkan kilasan kejadian yang sejak tadi berputar di kepala Rahman.

"Apa Kak Rahman benar-benar orang yang sering melantunkan surah Ar-Rahman di waktu dhuha?" Kinan memainkan jarinya,"lalu kenapa waktu itu seseorang memanggil nama Fandi?" tandasnya.

Rahman tersenyum tipis, "karena itu memang nama saya."

Kinan mengerutkan kening.

"Nama saya Rahman Khairan Alfandi. Panggilan saya sewaktu kecil memang Fandi, walau sekarang teman-teman saya lebih sering memanggil Aman," ucap Rahman di akhiri dengan senyuman.

Kinan menanggapi pernyataan Rahman dengan anggukan, gadis itu menyunggingkan senyum hingga terlukis bulan sabit di ujung bibirnya. Gadis itu merasa lega, ketika satu persatu teka teki di kepalanya perlahan terpecahkan.

Ah, satu hal lagi. Mungkin terkunci di gudang sekarang ini merupakan salah satu skenario Allah yang harus gadis itu syukuri. Karena, akan ada hikmah dalam setiap kejadian di lembar kehidupan.

Maka, nikmat Tuhanmu yang manakah yang engkau dustakan?

🍂🍂🍂

Lantunan kata
Membeku menyuara
Terangkai indah dalam dekapan masa
Debaran nadi
Memerdu di malam sunyi
Pecahkan teka teki hingga aku tak mampu berpaling lagi
Semerdu lantunan ar-rahman
Rasaku melangit dalam doa yang terlantunkan
Di bawah naungan indurasmi
Selembut cinta sang Ilahi
Rasaku bersemi di nadi sunyi.

Bandung, 2019

Aku terpaku pada sebuah puisi yang kutulis beberapa tahun yang lalu, ingatan tentang hari itu berkelebatan di sudut kepalaku, rasanya seperti baru kemarin aku mengalami semua kejadian itu.

Haha.

Aku tertawa garing.

Kutatap lagi buku diary semasa SMA-ku itu. Warnanya sudah hampir menguning, tidak lupa dengan bagian sudut atas dan bawahnya yang sedikit mengeriting. Sejak tadi aku duduk di meja belajar, membuka kembali lembaran kenangan yang kutulis beberapa tahun silam. Ah, sekarang tenggorokanku terasa begitu kering.

Dengan otomatis aku meraih segelas air putih yang sudah kusimpan di atas meja belajar, lalu menegaknya hingga tandas.

Aku berdiri dari posisiku yang bersandar pada kursi, melangkahkan kaki ke tepi tempat tidur. Kemudian bersandar pada kepala ranjang dengan seprai berwarna ungu motif bunga-bunga itu.

Bersiap untuk kembali menyelami memori yang hampir terkubur oleh waktu. Bersiap berpetualang dengan kenangan yang sudah kuabadikan dalam tulisan.

Ya.

Kisah ini belum selesai sampai di sini. Masih sedikit panjang. Karena sebenarnya ... cerita ini baru saja bermula.

Hey kawan!

Apakah kamu masih bersedia, untuk menemaniku menyelami berbagai peristiwa yang kutulis dalam buku diaryku semasa SMA?  

🍂🍂🍂

'Ambil hikmahnya jangan dicontoh yang buruknya'

Din🍂

Maaf pendek gaes🙏😊

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro