BAB II - Fakta yang Terungkap

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng



Athan mengenal Kirei ketika dia antre mau ambil uang di ATM umum. Wanita itu hampir jadi korban pencurian, untungnya diselamatkan oleh Athan. Saat itu, mereka hanya sekadar basa-basi biasa.

Pertemuan kedua, ketika mobil Athan tiba-tiba mogok padahal dia sedang buru-buru ke kantor. Semesta membuat sebuah kebetulan. Kirei lewat dengan mobilnya dan berakhir mengantar Athan ke kantor.

Dari sana, mereka iseng bertukar nomor WhatsApp dan lanjut berkenalan. Keduanya pun mulai mengenal pribadi masing-masing. Kirei ternyata seorang pegawai swasta yang tengah diteroro ibunya harus segera menikah karena usia yang sudah hampir matang. Hampir senasib dengan Athan. Bedanya, Athan tidak diteror.

Setelah melakukan pendekatan singkat, Athan mulai jatuh cinta pada Kirei. Sesibuk apa pun wanita itu, tidak pernah lupa untuk memperhatikannya. Dari mengingatkan makan, salat, tidur. Kadang datang berkunjung sama ibunya untuk mengantar makanan atau menemani hari liburnya dengan main gim atau melakukan hal-hal sederhana.

Kesederhanaan dan kebersamaan memang bisa menumbuhkan perasaan. Athan akhirnya jatuh cinta dan mantap melamar Kirei. Acara tunangan pun diadakan sederhana dan tertutup, hanya mengundang beberapa orang penting.

Athan pikir dia sudah mengenal Kirei sepenuhnya karena dia pun sudah dekat dengan keluarga wanita itu. Namun, ternyata dia tertipu. Fakta yang disampaikan calon mertuanya, benar-benar bak bom atom yang meledak dan meluluhlantakkan hatinya. Tidak ada yang tersisa sekarang selain rasa sakit dan kekecewaan.

Semua terlalu mendadak, terlalu mengejutkan sehingga dia tidak memiliki persiapan. Seharusnya dia sadar, bahwa jatuh cinta sepaket dengan luka. Bahwa manusia punya seribu topeng yang bisa dimainkan.

"Pak?"

Athan mengerjap tersadar dari lamunan panjangnya.

"Bapak sepertinya tidak fokus tiga harian ini," tegur asistennya. Dia seorang wanita berperawakan tinggi dengan kepribadian tegas dan cekatan. Selama bekerja dengannya, Athan merasa begitu terbantu.

"Ah, maafkan saya," kata Athan sambil mengusap wajah.

"Saya ingin menginformasikan bahwa investigasi terhadap dua tersangka pembunuhan korban Alie Areska akan dilaksanakan sepuluh menit lagi."

"Baik, terima kasih atas informasinya. Saya akan ke sana segera."

Begitulah, setelah kabar menyakitkan itu diterima, Athan langsung membatalkan pernikahan dan memutuskan pertunangan dengan Kirei. Pihak keluarga wanita itu pun tidak ada menahan. Malah mereka memohon maaf sampai hampir bersujud di kakinya. Namun, meski terluka habis-habisan, Athan tetap mengatakan sudah memaafkan dan akan berusaha mengikhlaskan. Beruntung dia mendapat kasus yang cukup rumit sehingga pikirannya bisa teralihkan.

Proses investigasi berjalan dengan sedikit hambatan. Tersangka pertama banyak ngeles dan berdalih. Namun, pihak kepolisian tentu tidak habis akal dan akhirnya membuat pria itu merasa terpojok. Dengan tubuh yang babak belur dan sebelah kaki diperban setelah terkena timah panas, pria itu pun mengakui perbuatannya.

"Ya, gue yang udah bunuh dia! Gue yang udah bunuh wanita sialan yang selalu merepotkan gue itu! Gue benci sama dia, karena dia gak guna jadi bini! Dia bisanya cuma nangis dan ngaduin semua perbuatan gue sampe gue gak punya muka!"

Athan menatap tajam pada pria yang didudukkan di kursi dengan tangan terborgol.

"Malam itu, dia protes, gak mau gue madu. Padahal dia gak bisa menuhin hasrat gue. Dia juga gak cantik dan penyakitan! Jijik gue sama dia. Tapi dia terus nyerocos. Ya gue marah lah. Siapa dia? Dia cuma numpang di rumah gue! Dia cuma jadi penghambat kesenangan gue!"

"Bagiamana kamu membuat luka-luka di tubuh korban?" tanya sang penginvestigasi.

Si pria tertawa terbahak-bahak. "Pertama, gue banting dia, gue jedotin kepalanya sampe dia mampus! Habis itu, gue ambil pisau di dapur buat corat-coret mukanya karena gue enek banget lihat muka sok polos dia! Terus, karena gue gak mau ketahuan, gue buat dia seolah-olah bunuh diri."

"Apa kamu melakukannya dengan kesadaran?"

"Gak, gue lagi mabuk. Waktu itu gue mau enak-enak sama pacar gue, tapi dia malah ganggu. Ya udah, awalnya gue mau cari tempat lain, tapi pacar gue bilang mending hilangin dia aja. Jadi, gue balik sendirian buat ngehabisin wanita menjijikan itu!"

Sekarang semua terbongkar sudah. Di tempatnya berdiri, Athan hanya mengepalkan tangan dengan wajah mengeras. Dia heran, apa pria itu tidak memiliki hati nurani sampai begitu lancar dan terlihat bangga mengakui perbuatan bejatnya.

Untuk terakhir kali, sebelum tersangka dibawa keluar ruangan, Athan menatap lekat-lekat pada wajah pria itu. Jiro Reynard, pria yang telah menikahi Alie Areska selama lima tahun, ternyata memiliki sisi buruk yang tidak manusiawi. Sekarang, biarlah hukum yang mengganjarnya.

***

Setelah menimbang cukup lama di tengah keraguan tak berkesudahan, akhirnya Athan mengambil bingkisan pemberian Bu Ati. Dipandanginya lekat-lekat benda itu, sebelum dibuka secara perlahan-lahan. Bunyi robekan plastik memenuhi ruangan kamarnya yang hening. Benda ini terabaikan cukup lama karena dia terlalu fokus mengusut kasus kematian Alie. Padahal bisa saja ini menjadi petunjuk.

Ternyata kain rajut yang membungkusnya adalah sebuah syal, kemudian isi di dalamnya sebuah buku diari yang sudah menguning bertuliskan nama Alie. Athan menatapnya lekat-lekat dan tiba-tiba menemukan sebuah tulisan kecil di pojok bawah.

'Jika kamu Athanara Rafardhan, kamu memiliki akses penuh untuk membuka benda ini.'

Ternyata benda itu memang ditujukan untuknya. Karena penasaran, Athan pun membukanya. Halaman pertama hanya berisi biodata singkat wanita itu. Barulah setelah tiga halaman, Athan menemukan catatan panjang.

Aku sengaja tidak menulis tanggal setiap menulis di buku ini. Biar aku gak menghitung waktu yang kugunakan dengan percuma untuk hidup.

Aku ingin menceritakan sebuah kisah panjang yang membuatku jadi pribadi yang sekarang. Hmm, mungkin harus dimulai dari alasan kenapa aku memberikan benda gak berharga ini padamu, Atha.

Aku seharusnya malu, dan ... mungkin dicap tolol. Tapi ... biarlah, emang aku udah tolol sejak dulu.

Aku menitipkan benda ini pada Bu Ati dan telah membayarnya cukup mahal agar benda ini sampai padamu. Itu karena ... aku memiliki penyesalan besar yang sulit kukatakan secara langsung. Aku juga udah sejak lama tahu alamat rumahmu setelah nyari info ke sana-sini. Maaf, ya. ^^

Athan terdiam setelah membaca tulisan dengan tinta yang masih hitam, sepertinya ditulis baru-baru ini. Kemudian, dia membalik halaman lagi dan menemukan tulisan bertinta yang sedikit pudar.

Setiap manusia pasti pernah membuat dosa, kan? Tapi tidak ada yang sampai sebanyak aku. Biar kubahas satu per satu dosa yang telah kulakukan.

Dua puluh tahun lalu, aku pernah membuat seseorang patah dan hancur.

Athanara Rafardhan, nama cowok anak IPA yang berhasil membuatku jatuh cinta. Hehe, alay, ya? Tapi serius, dia adalah cinta pertamaku yang membuat hidupku jungkir balik. Asal kamu tahu, lho, aku jadi cewek alay setelah kenal dia. Selama setahun itu, aku sering stalk dan ikutin dia diam-diam. Aku cari tahu apa kegiatannya, apa makanan yang biasa dia makan di kantin, apa parfum yang biasa dia pakai, jaket atau warna baju yang dia suka, dan hal-hal lainnya.

Pokoknya bagiku saat itu, makin aku mengenal Atha, aku makin jatuh cinta sama dia.

Sayangnya, aku punya sahabat, namanya Liana. Liana itu sahabat terbaik yang mau menerimaku apa adanya dan selalu ada di saat aku dalam keadaan apa pun.

Dia bilang, dia menyukai Atha dan meminatku untuk membantunya melakukan pendekatan. Sebagai sahabat? Jelas aku mau lah! Namun, sebagai pribadi, aku hancur, iri, marah, kesal. Sayangnya, aku gak bisa egois. Selama ini, Liana udah banyak bantu aku dan hibur aku, jadi ini saatnya aku balas semua kebaikan dia.

Akhirnya aku bantu dia deketin Atha. Ternyata bener sesuai dugaanku, Atha itu cowok paling lempeng, dingin, cuek yang pernah ada! Sumpah ya, semua usaha kami berakhir sia-sia, padahal Liana begitu berharap ada keberhasilan dari semua rencananya. Kasihan deh dia, jadi sering galau karena terus ditolak Atha.

Namun, sebagai sahabat, jelas aku gak menyerah gitu aja. Aku punya 1001 jurus yang kuyakin bisa meluluhkan Atha. Aku mulai deketin dia, promosiin Liana, bikin momen yang ngejebak mereka berdua.

Aku seneng tapi juga terluka. Aku senyum tapi dalam hati menangis. Tapi gak apa-apa, aku udah terbiasa gini. :)

Sialnya, aku jadi orang yang munafik! Aku diam-diam juga melakukan pendekatan, memanfaatkan momen yang kudapat untuk memuaskan hati. Kupikir waktu itu gak apa-apa, toh misiku adalah mendekatkan Atha dan Liana.

Sampai kemudian, Atha mulai nunjukin hal yang beda ke aku. Dan akhirnya dia nembak aku.

Aku seneng? Jelas! Malah saat itu aku pengin banget bilang iya dan langsung lompat buat meluk dia. Namun, aku memang paling jago kalo soal drama. Aku berhasil nolak dia dengan cara paling sadis dan tercela. Aku sadar kok, aku udah lukain hati dia dengan semua kata-kataku yang merendahkan. :)

Habis itu, Atha gak pernah muncul lagi, aku pun gak mau ganggu dia lagi. Soal Atha dan Liana, aku beralasan sibuk belajar buat UAS dan kasih segudang alasan kalau Liana udah ngajak-ngajak buat ngintai Atha.

Atha, maaf ya. Aku gak ada niatan buat ngerendahin kamu saat itu. Aku gak ada niatan juga buat nyakitin hati kamu. :)

Tapi pastinya kamu marah banget dan benci ke aku, kan? Karena sehabis itu, kamu kelihatan kayak menghindariku. Kamu juga kelihatan kayak jijik banget lihat aku. :) Hadeh, gini amat nasib jadi orang ketiga, wkwk.

Itu dosaku yang pertama, melukai cinta pertamaku sekaligus diriku sendiri.

Athan menahan jarinya yang hendak membalik halaman diari itu. Sudah ada sekitar lima halaman yang dia baca dan hatinya mendadak bergemeretak seperti akan hancur. Ternyata benar, wanita yang menjadi korban pembunuhan beberapa hari lalu adalah orang dari masa lalunya. Alie Areska, wanita yang dulu dikenalnya begitu berisik dan ceria.

Kembali membuka halaman, kali ini ada beberapa bulatan yang sepertinya berasal dari tetesan air sehingga memudarkan beberapa kata.

Lalu dosa kedua. Jujur, aku malu dan hancur saat mengatakan ini. Tapi gak apa-apa, toh setelah aku membongkar ini, mungkin aku udah pergi ke neraka. :)

Ada alasan lain kenapa akhirnya aku mengalah ke Liana.

Aku ... wanita yang gak sempurna. :)

Pria bejat sialan yang ingin kubunuh itu telah merenggut sesuatu yang berharga dariku. Bangsatnya, itu terjadi saat aku masih kecil, masih seorang anak yang tidak berdaya, yang mudah ditakuti dan diancam. :)

Tha, aku sayang dan cinta kamu, tapi aku sadar, aku gak layak dan pantas untuk posisi itu.

Aku udah gak berharga, bahkan sebelum aku mengenal apa itu arti kata berharga. Duniaku telah direnggut, masa depanku telah dihancurkan, kerpercayaan diriku telah lenyap sampai ke dasarnya.

Aku menjalani hidup dengan kehampaan dan rasa jijik pada diri sendiri. Kamu pun akan begitu kan, Tha, saat tahu aku udah gak perawan di usia muda? :)

Gak apa, aku paham kok, aku juga udah nerima apa pun yang akan orang lain katakan. Aku hina, aku rendahan, aku sampah, aku gak guna, aku menjijikan ....

Tapi, siapa sih yang pengin punya masa lalu sebejat aku? Gak ada, kan? Lalu kenapa Tuhan bikin masa laluku begitu? Apa aku punya salah yang fatal di kehidupan sebelumnya sampai dihukum sekejam ini?

Aku pengin kayak cewek lain, yang pede ngejar cowok, yang pede tebar pesona sana-sini, yang bisa yakin masa depannya akan cerah. Gak kayak aku, yang kalau denger kata perawan pun udah kayak mau diterkam harimau. :)

Jadi, Tha, aku cuma mau ngucapin makasih. Makasih karena kamu gak permasalahin dicintai wanita hina sepertiku. Makasih karena kamu udah membuatku pernah merasa berharga dengan berhak mencintai.

Pandangan Athan mengabur setelah membaca catatan panjang kedua yang tertulis. Mendadak hatinya berdenyut ngilu, seolah-olah baru saja mendapat luka baru. Pikirannya berkecamuk. Potongan-potongan kenangan masa lalu berdesakkan memenuhi ruang kosong di dalam kepalanya.

Dulu, dia pernah memiliki rasa pada seorang cewek berisik dari kelas sebelah yang suka ketahuan tengah mengintipnya. Namun, dia memilih mundur karena berpikir bahwa dirinya tidak layak untuk cewek itu.

Sayang, ternyata takdir memang suka mempermainkan kenyataan. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro