1 - 7 (Berlari Bertiga)

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Kami berjalan – jalan di dalam hutan, meski cahaya matahari tidak terlalu terang, namun aku masih bisa melihat dengan jelas. Setelah menghabiskan setengah daging kelinci (aku merasa kasihan untuk memakan si kelinci), aku mengusulkan agar kami berjalan – jalan di hutan sebentar sebelum kembali ke kota.

Serigala menyanggupinya meski ia mengatakan bahwa aku aneh karena lebih suka berjalan – jalan di tempat paling normal. Mencium aroma hutan membuatku tenang untuk beberapa saat, seperti energiku bertambah begitu berada disini.

"Lo keliatan masih suka sama hutan, apa lo sebenernya adalah tarzan?"

"Enak saja!" sahutku

Seekor tupai beradadi bahuku, dan satu tupai lainnya berada di tanganku. Mereka awalnya mengikuti kami, dan ketika kami berhenti kedua tupai langsung menghampiri, aku tahu bahwa kedua hewan mungil itu ingin bermain denganku.

"Sepertinya cocok meninggalkanmu disini," ucapnya lalu melangkah pergi

"O-oi! Tunggu!" teriakku sambil mengejarnya yang sdah lebih dulu menghilang dibalik pepohonan.

Aku tidak tahu berapa cepat kami berlari, dedaunan dan juga pepohonan nyaris tidak nampak di mataku.

Serigala akhirnya berhenti berlari begitu kami sampai di pinggiran kota. Hiruk pikuk pun mulai terdengar. Ia berdiri di bawah lampu jalanan, dan memandangku dengan remeh.

"Baru sampai?"

"kau kan punya empat mata"

"Kau kan punya empat kaki," ucapku bersamaan dengan suara lain yang berdengung di kepalaku.

"Mau ngopi?" tawarnya tiba – tiba

"Ha?"

"Kak ! Kakak!"

Suara ceria serta bersemangat yang kukenal, Bintang kecil bertelinga kelinci berlari ke arah kami dengan wajah yang berseri seri, dan bola yang berada di sampinnya juga memantul mantul.

Namun secara tiba – tiba serigala maju.

WAAARRGHH!!!

"Hiii!"

Bintang langsung berhenti mendadak dan terjatuh, kedua matanya mulai membesar dan berlinang air mata.

"Serigala su-"

"Dasar penakut,"

Serigala mendekatkan wajahnya pada Bintang kecil dengan memperlihatkan semua gigi yang dimilikinya. Wajah yang sama ketika sedang berburu.

"Hik! Hik! Kak!"

Segera kulangsung mengambil bintang kecil, menjauhkannya dari Serigala. Meski wajahnya terlihat menyeramkan, namun aku tau bahwa itu hanya gurauan saja bagi Serigala.

"Kak! Ayo kita pergi!" ucap Bintang sambil menarik – narik bawah celanaku.

"Dasar bocah, gue makan lo baru tau rasa"

"Hu-huwe!!!"

Tangis Bintang bertelinga kelinci akhirnya pecah, Serigala tampak menahan tawa, aku bisa melihatnya dari beberapa sudut wajahnya yang nampak berkedut.

"Sudah, sudah, tidak apa, aku akan melindungimu," ucapku

Yah, meski aku tahu kalau Serigala benar – benar ingin memakan Bintang, maka aku juga akan iku dicabik – cabik olehnya.

"Dasar cengeng, Roman gak mau berteman dengan bocah sepertimu,"

"Nggak! Kak Roman itu temanku,"

"Oh ya? Tapi Kak Romanmu tadi jalan – jalan bersamaku kok!"

"Nggak! nggak! Kak Roman nggak mungkin bersama dengan makhluk jahat sepertimu!"

Mereka berdua mulai berdebat, Bintang yang semula menangis kini terlihat sedikit marah.

PLUK!

Aku mendengar suara benda jatuh, namun aku tidak menemukan apa pun.

PLUK!

Tiba – tiba perasaanku menjadi tidak enak, suara yang sama seperti benda hitam yang tadi mengejarku berjatuhan dari gedung. Aku melihat sekeliling, beberapa orang masih nampak berjalan – jalan dengan tenang.

Atau hanya perasaanku sa-

"WARGHH!"

"HUWAA!"

"HWAHAHAHAH!"

Serigala tertawa lebar begitu membuat Bintang terkejut dan ketakutan.

Bau busuk mulai menusuk hidung, aku berbalik dan melihat banyak gumpalan hitam muncul dari balik lubang got yang ada.

"Oi! Kita lari dulu!" ucapku berlari

"I-itu apa?! Se-se-huwaaa!!!"

Bintang yang melihat gumpalan – gumpalan hitam itu mengejar kami menjerit dengan keras hingga membuat telingaku berdengung.

"Oi! Bocah! Berisik!" ucap Serigala yang berlari di sampingku

"Kenapa mereka bisa ada disini?!" gumamku

Padahal mereka ada di wilayah seberang, tidak mungkin kan mereka selama ini berada di sekitar kami? Memikirkan makhluk seperti itu ada di dunia ini saja sudah menyusahkan.

Di sekitar kami orang – orang tidak bereaksi apapun, mereka masih menjalani aktivitas seperti biasa mereka seolah tidak terpengaruh dengan gumpalan – gumpalan itu. Dan itu cukup aneh di mataku.

Gumpalan – gumpalan itu juga terlihat tidak menyerang orang- orang.

"Oi ini aneh nggak? kenapa kita terus yang dikejar?" tanyaku pada serigala

"Ya mana gue tahu, lari saja! Jangan banyak bacot!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro