20. Saya Donat, Dia Donat, Kalau Kamu?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Penulis: Lavender
Lvnder_Chan

Prompt:
Yuma tersedak donat, mati, masuk isekai terus ketemu putri donat.

🍀🍀🍀

Kunyahan demi kunyahan kerap terdengar dari mulut seorang lelaki berjepit donat ke seluruh pojok ruangan. Ia dengan santainya menggigit sedikit demi sedikit donat anlimitit itu tanpa memperdulikan orang-orang yang menatapnya penuh binar harapan untuk membagi donat tersebut barang secuil.

"Mm-hm, kemanisan dan kerenyahan juga kenikmatan yang tiada tara. Makanlah donat bu Kantin, rasanya, seperti anda menjadi Ironmen." Yuma, lelaki berjepit motif donat itu adalah sponsor donat dari seluruh toko di penjuru dunia.

Dikarenakan dengan kemampuan indra perasanya yang sangat tajam, setajam silet, ia jadi dijuluki 'Donat Imut Wamil'. Julukan itu tak lain hanyalah karena Yuma menyukai segala bentuk keimutan, yang pastinya donat. Dan untuk kata terakhir, itu dikarenakan ia sering mengelus perutnya sendiri setiap beres makan atau saat dia terkejut.

Selesai unboxing nasi kotak berisi donat muda, Yuma bangkit dari duduknya dengan sapu tangan yang telah digunakan untuk menyusut bekas makanan.

"Terima kasih atas pastisi—palisi—plastisin—prastis—"

Yuma mengernyit tidak mengerti.

PLAK

Tak tahan dengan rekannya yang gagap, mba-mba di sebelahnya langsung memukul punggung si Pria Gagap.

"Partisipasinya!" Ia tersenyum lebar setelah bersusah payah mengucapkan kalimatnya.

"Iya, sama-sama, Kak," balas Yuma.

Perempuan di sebelahnya pun tersenyum. "Next harap bisa kerja sama lagi, ya. Minggu depan kita bakal adain ASMR Donat Imut lagi. Tapi di lokasi yang berbeda."

Yuma mengernyit. "Eh? Di mana, Kak? 'Kan kita sukanya syuting di sini."

"Di resto pinggir sawah. Nanti saya kirimin sama Kamu alamatnya. Dan tenang aja, nanti bakalan ada limousin yang jemput Kamu di depan rumah." Perempuan itu mengedipkan sebelah matanya.

"Oh, oke, Kak." Yuma memegang perutnya.

"Sip! Ini, bayarannya buat kerja keras Kamu makan donat hari ini." Si Mba-Mba itu kemudian memberikan Yuma koper besar yang penuh dengan donat muda.

"Wah, terima kasih, Kak. Ngga ngerepotin, kok." Yuma menerimanya dengan senyuman mengembang. Akhirnya ia akan memakan donat lagi setelah sekian lama tidak memakan donat.

Terakhir kali Yuma tidak memakan donat adalah dua puluh empat jam yang lalu. Lama sekali, 'kan?

Setelah basa-basi cukup lama hingga memakan waktu lima jam, si Perempuan juga si Lelaki duta donat itu pun pamit pada Yuma yang masih ingin stay di kantin taman.

Setelah memperhatikan kepergian rekan bisnisnya, Yuma membuka koper itu dengan kebahagiaan tiada tara.

Koper dibuka. Aroma donat menyeruak di udara dan menembus bayang hingga sampai ke indra penciuman dan masuk ke tenggorokkan juga menggerakkan pikiran orang-orang di taman untuk mengerumuni Yuma.

Melihat dirinya dikerumuni oleh orang-orang, Yuma yang terbiasa menyendiri dan pemalu juga selalu gugup di hadapan banyak orang tentunya risih.

Ia dengan segan memasukkan donat itu ke mulutnya. Keringat dingin terlihat di pelipis Yuma begitu melihat tatapan orang-orang yang semakin banyak menuju ke arahnya. Hingga ada anak kecil yang menghampiri Yuma dengan binaran di matanya.

"Om, aku mau."

"Aku mau dong, aku mau dong."

Dan begitu seterusnya hingga mereka mengabsen nama mereka sendiri untuk Yuma yang kebingungan juga gugup di tengah-tengah kerumunan.

Dengan berat hati dicampur ringan hati, Yuma pun membagikan donat itu pada seisi taman.

Tersisa satu. Donat kesukaan Yuma yang berwarna cokelat dan rasa tiramisu.

Tiba-tiba, datanglah satu orang dari arah kejauhan dengan hidung yang mengendus udara. Pastinya orang itu menemukan asal aroma yang ia cari dari donat yang Yuma pegang. Yuma yang melihatnya buru-buru memeluk donat terakhirnya.

Orang itu menatap Yuma dengan mata bulatnya. ".... Mau dong."

Yuma yang melihat itu hampir saja terhipnotis dengan keimutan yang dipancarkan aura orang di hadapannya. Namun Yuma segera tersadar dan menggeleng cepat. "Ndak. Ini donat terakhir saya."

"Ihh, kok gitu. Pelit Kamu! Mudah-mudahan keselek!" Setelah menyumpah serapahi Yuma, dia pergi begitu saja ibarat tukang pos yang telah mengirim suratnya.

Tidak peduli dan tidak ingin peduli, Yuma segera memakan donatnya karena banyak lalat yang juga memperebutkan donat terakhir Yuma.

Hap, hap!

Yuma memakannnya dengan lahap. Lumeran green tea dari dalamnya terasa hangat begitu Yuma menggigit donat itu. Kacang karamelnya terasa renyah saat gigi Yuma mengunyahnya dengan kraukan yang terdengar.

Saat si Donat tinggal tersisa sepotong, muncullah si Karma dari arah langit-langit dan membuat donat itu menyangkut di kerongkongan Yuma.

"Kheek! Kheekk!" Yuma berusaha memuntahkan donat yang masih bulat itu, namun apa daya donatnya hampir tertelan dan tidak bisa ditelan karena masih utuh.

Yap, Yuma sekarang dalam situasi maju kena mundur kena.

Seseorang berusaha menyelamatkan Yuma, dia perempuan dengan kepang di pinggir juga jepit rambut yang persis menyerupai donat di setiap kepangan rambutnya.

Dia menepuk-nepuk punggung Yuma, berusaha untuk membantunya mengeluarkan donat. Namun di sini terjadi paradox dan yin juga yang tiba-tiba muncul. Si Perempuan Jepit Donat yang berusaha mengeluarkan donatnya, dan Yuma yang berusaha menelan donatnya bulat-bulat.

Alhasil, 1 ... 2 ... 3 ....

Yuma K. O.

Arwah Yuma langsung melayang dari jasadnya. Terlihat bingung, Yuma melihat ke arah jasadnya yang kini tergeletak di tanah dan langsung dikerumuni orang-orang sekitar sana.

Yuma transparan lalu melihat ke arah telapak tangannya. Ia kemudian bergumam, "Oh meninggoy lagi."

Dengan santainya Yuma melayang ke arah pohon dan duduk di sana dengan pandangan menerawang. "Udah berapa kali ya saya meninggoy di dalem cerita?" pikirnya.

Di tengah lamunan, Yuma merasakan kepalanya ditimpuk sesuatu. Yuma kemudian menoleh ke belakang dan mendapati seorang pria dengan lingkaran halo di kepalanya juga sayap yang sangat terang dari balik punggungnya sehingga hampir seperti cahaya bulan.

"Hei, nama kamu Yuma, 'kan?" tanya si Pria Bersayap.

"Ah! E—iya." Yuma menjawabnya dengan ragu. Tidak mungkin 'kan ada yang bisa melihatnya, secara sekarang Yuma adalah hantu.

"Oh. Hai, aku Izrani. Aku malaikat yang ditugaskan untuk menghantar manusia yang telah meninggal ke belahan dunia lain. Baiklah, sekarang pertanyaannya, Kau ingin ke dunia yang seperti apa?" tanya si Malaikat.

Yuma loading 404. Mulutnya terbuka dengan alis yang bertaut. "Maksudnya?"

Si Malaikat itu menghela napasnya. "Jadi, Kau 'kan sudah meninggoy, wahai Manusia? Nah, aku malaikat yang ditugaskan untuk mengantarmu ke dunia lain sesuai apa yang Kau inginkan," jelasnya.

Yuma mengangguk-anggukkan kepalanya sambil ber-oh ria.

"Jadi Kau ingin dunia yang seperti apa?" Si Malaikat itu sudah siap dengan pena juga catatan kecil yang ia pegang.

Yuma terlihat berpikir, sepertinya dunianya saat ini sudah sangat nyaman untuknya, tapi juga ada sesuatu yang mengganjal di hatinya.

"Ah, saya pengen masuk dunia donat aja." Akhirnya setelah lima hari menunggu Yuma pun menjawab dengan senyuman sambil memegang perutnya.

Si Malaikat tersadar. ".... Oh, boleh." Dia pun mencatat arah tujuan ke dunia mana Yuma akan berpindah.

Setelah selesai mencatat, si Malaikat itu kemudian membentangkan sayapnya hingga Yuma terbless dengan cahaya yang keluar terang dari baliknya. Kilauan juga taburan sparkle memenuhi kepala Yuma hingga ia terlihat seperti donat kelapa.

"Mari." Tangannya terulur untuk menggapai tangan Yuma. Sedang Yuma yang sepertinya masih terkagum dengan sayap indah si Malaikat tidak menanggapi ajakannya dengan binaran mata yang masih terlihat jelas.

Karena tak kunjung digapai, si Malaikat pun menarik tangan Yuma dengan sedikit taburan es mochi dan menempatkannya di sisi tubuhnya.

"Eh? Kita ke sananya sekarang, Kak?" tanya Yuma. Ia bertanya seperti akan pergi ke warung saja.

Malaikat itu mengangguk dan langsung mengeratkan pegangannya pada pergelangan tangan Yuma. Yuma yang menyadari itu balas memegang erat baju belakang si Malaikat.

"Hei, hei, jangan pegang baju. Ntar baju saya robek." Malaikat itu membuat Yuma melepaskan pegangannya sambil cengengesan.

Swing!

Tanpa Yuma sadari, mereka berdua langsung terbang ke langit begitu saja. Yuma yang tidak berpegangan oleng sendiri di atas langit. Begitu menyadari dirinya hantu dan tidak akan mati lagi, Yuma kembali diam.

Mereka berdua terbang mendekati sebuah hole yang terdapat di atas langit. Hole itu berwarna putih keemasan dan sedikit tranparan kalau saja tidak didekati. Begitu mereka memasuki hole, keduanya langsung tersedot masuk. Yuma yang belum terbiasa, langsung kehilangan keseimbangannya.

Menahan jeritan yang akan keluar, Yuma membekap mulutnya. Selain karena hal itu memalukan, di sisinya juga ada malaikat yang sudah siap menertawainya. Semakin mereka masuk lebih dalam, semakin kuat guncangan pada diri Yuma yang menyebabkan dia tidak kuat untuk menahan teriakan lebih lama lagi.

".... AAAA—"

Teriakan Yuma terhenti dan tersendat begitu saja saat merasakan tepukan pada pundaknya.

Yuma membuka matanya lagi dan menoleh ke samping. Terdapat si Malaikat itu tengah menatapnya dengan wajah-- ah, wajahnya hanya terlihat sinar terang saja.

"Sudah sampai," kata si Malaikat.

Yuma memedarkan pandangan. " .... Terus kita mau ke mana, Kak? Langsung diwawancara di alam kubur?" Yuma merapikan bajunya karena mengira ia akan segera bertemu malaikat lainnya.

"Bukan." Kegiatan Yuma terhenti, dan ia langsung kebingungan. "Aku ke sini 'kan mau antar Kau ke isekai. Jadi wawancaranya setelah Kau meninggal di sini saja."

Yuma pun seketika teringat dirinya tengah diantar ke isekai yang dibicarakan tadi.

Melihat ke sekeliling, Yuma keheranan dengan dekorasi rumah yang ada di sana berbentuk bulat semua, seperti donat-donat. Yuma juga melihat ke arah pohon yang malah berbuah donat, bukan buah asli.

"Eh bener ini isekai? Kok berasa masuk ke dunia donat."

Di tengah kebingungan, Yuma kembali berbalik mencari keberadaan si Malaikat untuk bertanya. Begitu Yuma berbalik, dirinya sama sekali tidak mendapati keberadaan malaikat tadi di belakangnya.

Panik melanda Yuma. Sudah ia meninggal karena tersedak, diajak ke pusaran tornado, di heart attack sama malaikat, dimasukan ke dunia penuh donat (eh, ini untung sih), dan sekarang dibuang begitu saja di dunia asing penuh orang asing.

Yuma memeluk tubuhnya sendiri. Sekarang ia mirip anak terbuang di pinggiran jalan, membiarkan orang-orang melewatinya tapi tanpa rasa kasihan.

Tek kretek kretek

Suara sepatu kuda dengan krencengan terdengar dari arah Barat, membuat Yuma yang penasaran membalikkan badannya 180 derajat.

Ckiiitt!

Bertepatan dengan Yuma membalikkan badannya, ia hampir saja ditabrak oleh kereta kencana itu. Tapi untungnya, kereta tersebut hanya mencapai ujung hidung Yuma yang mematung.

"Eh, maaf! Sengaja."

Yuma menengadah dan menemukan si Kusir yang baru saja meminta maaf padanya dari balik kuda putih di hadapannya.

"Ya sudah, ayo kita lanjutkan perjalanan." Suara pria di belakangnya menyuruh si Kusir untuk kembali melanjutkan perjalanan.

"Tunggu." Suara lain mengintropeksi. "Aku ingin menemui dia." Suara kali ini lebih lembut, dan itu pastinya berasal dari perempuan.

Yuma yang kebingungan bergeming di tempatnya. Dan tanpa Yuma sadari, aktifitas orang-orang di sekitarnya terhenti dan mereka semua terfokus pada kereta putih di hadapan Yuma.

"Eh, tapi—"

"Bawa aku turun."

'Tuan Putri mau turun!'

'Sini biar aku jadi karpetnya!'

'Aku aja, aku jadi anak tangganya!'

'Kalau gitu aku jadi alas kakinya aja!'

Dengan wajah datar, si Kusir membatin penuh pemikiran, "Andai saya jadi tuan puterinya, saya bakal nyuruh mereka masuk lubang buaya."

Tak, tak, tak

Tanpa mereka sadari, sang Puteri sudah berjalan ke hadapan Yuma lewat jalan belakang lambu kereta. Yuma yang melihatnya tambah keheranan dengan rupa tampilan yang orang-orang itu sebut 'Tuan Puteri'. Kepala Yuma meneleng, mencoba untuk mencari tuan puteri yang dibicarakan.

"Ada apa? Ini aku tuan puterinya." Dengan senyuman, sang Puteri meyakinkan Yuma kalau dia memang tuan puterinya.

".... Eh ... kamu donat?"

Yep. Seluruh badannya bulat seperti donat. Bukannya bermaksud menghina, memang kenyataan yang dilihat Yuma sekarang itu seluruhnya adalah donat. Ditambah dengan taburan messes di kepalanya dan gumpalan di sisi tubuhnya, sangat jelas kalau makhluk di hadapan Yuma ini memang donat.

"Heh, tidak sopan kamu! Pakai tatakrama kalau berbicara dengan tuan Puteri!" Salah satu pengawalnya menghampiri Yuma dengan pedang yang sudah ia tarik dari sarungnya.

"Eh, diam." Si Kusir langsung menghentikannya begitu mendapat sinyal dari puteri untuk menghentikan pengawal protektifnya.

"Yuma," panggil sang Puteri. Yuma yang tadinya memperhatikan si Pengawal dengan tatapn risih kembali menoleh pada tuan puteri di hadapannya.

"Kamu jadi pangeran di cerita ini, ya?" tawar si Puteri.

Yuma mengernyit heran. "Lah kok saya?"

"Soalnya emang sekarang jadwal kamu jadi pangeran."

"Emangnya dijadwal ya?"

Puteri mengangguk. "Iya, minggu besok jadwal si Kipli."

"Ohh, oke—" Yuma terhenti sebentar. "Tunggu, kenapa saya oke-in? Kenal juga ngga. Terus ini si Malaikat mana? Ninggalin tanggung jawab lagi. Saya 'kan perlu kasih sayang malaikat juga, mana saya gatau ini negara apa. Terus ini kenapa si Puteri-Puteri ini rupanya donat? Macam tak betol."

"Kalau soal itu, nanti kita bicarakan di taman. Sekarang Kamu ikut aku dulu ke istana, ya," bujuk sang Puteri.

Yuma yang merasa dirinya sudah di ambang batas kesadaran hanya mengangguk mengiyakan. Kejadian ini terlalu runyam di kepala Yuma bila ia pikirkan kembali dari awal mula permasalahan.

Mereka berdua pun naik ke kereta kuda, dan si Kusir pun kembali mengais roda kereta karena kuda-kudanya sudah kelelahan dan memilih tidur siang di kandang. Sedang para pengawal tuan puteri sendiri berlari di belakang kereta dengan wajah mereka yang berseri-seri.

Setelah sampai di taman istana, sang Puteri tidak langsung mengajak Yuma ke dalam dan malah menuntunnya ke tepian danau yang ada di belakang istana.

"Nah, mulai sekarang kamu jadi pangerannya ya, aku puterinya. Pakai aja sepatu tinggi biar kamunya keliatan keren, jangan pake sendal jepit," kata si Puteri.

Yuma yang masih kebingungan hanya bisa menganggukkan kepalanya berulang kali.

"Oke. Sekarang kamu harus pake cincin labu ini di jari tengah." Puteri memberikan sebuah cincin berbentuk labu pada Yuma.

"Buat apa? Saya ga suka pake cincin-cincin." Yuma menolak sodorannya.

"Eh? Ini buat tukar wujud kamu supaya mirip kaya aku gini. Tapi tenang aja, kamu boleh kok lepas ini malam harinya, biar ga pegel jadi donat terus." Dengan sedikit paksaan, si Puteri mengambil tangan Yuma dan menyerahkan cincinnya.

".... Emang kamu menusia beneran?" tanya Yuma dengan mata yang memicing.

Ditanya seperti itu, bukannya tersinggung atau apa, si Puteri malah tergelak. "Ahahahaha! Aduh, aduh, ngakak .... Ya iyalah aku manusia. Masa' kamu pikir aku ini donat sejati, gitu?" Ia menyeka bekas air mata di ujung matanya.

"Eh? Kirain kamu beneran donat."

Terkekeh pelan, si Puteri Donat itupun melepas cincin sama yang ia berikan pada Yuma dari jari tengahnya. Dan ....

Cring, cring, cring ....

Bagai di film berbi-berbi, si Puteri Donat itu bertukar menjadi seorang Puteri cantik dengan baju seputih susu seiring cahaya sparkle menyelimuti tubuhnya perlahan menghilang.

"Ha ...." Tanpa disadari, Yuma malah tertegun melihat pertukaran ala berbi-berbi di televisi secara langsung di hadapan matanya.

Di tengah kekaguman Yuma, si Tuan Puteri ikut tersenyum sambil berputar pelan. Selesai berputar karena pusing, ia pun segera memakaikan cincin yang Yuma genggam ke jari tengahnya.

"Udah cepet pake!"

Saat cincin itu dipasangkan pada jari Yuma, hal yang sama terjadi padanya. Cahaya sparkle perlahan menyelimuti tubuh Yuma dari ujung kakinya. Yuma hendak berputar mengikuti cara si Puteri tadi, namun badannya segera ditahan agar tidak melakukan aksi itu.

Doeng!

Yuma berubah menjadi donat tiramisu.

"Asik! Selera kamu bagus juga. Oh ya, itu berubahnya sesuai sama apa yang kamu suka, loh. Dan ingat, jangan makan donat sendiri, itu kanidonatslisme." Peringatan dari si Puteri menghentikan Yuma yang sebentar lagi menggigit dirinya sendiri.

"Ya udah, ayok! Kita latihan dulu. Ingat ya, waktunya kamu cuman satu minggu aja. Kalau kamu berhasil ngikutin sesuai apa yang diminta, kamu bebas mau tetep tinggal di sini atau ngga. Dan kalau kamu gagal, kamu bakal dijadiin dinner sama ikan paus."

"Loh kok—INI NGEJEBAK NAMANYA!"

"Eh? Si Malaikat ga kasih tau kamu, ya? Ya udah gapapa. Nanti aktingnya gampang kok. Kalau aku pingsan, kamu harus langsung bawa aku ke truk pake troli, nanti ada pembimbing yang juga bakalan ngamen di jalan."

Setelah itupun Yuma terus berakting siang dan malam tanpa jeda dengan kostum donatnya. Dan pada hari ketujuh Yuma berhasil dijadikan kudapan bagi para penyu di laut. Yuma pun kembali bereinkarnasi dan bertukar peran dengan si Kusir yang kini menjadi seorang Puterinya.

🍀🍀🍀

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro