18. Dikuasai

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hani memasuki gerbang kampus dengan penuh bahagia. Wajahnya benar-benar sumringah pagi ini karena mendapat perlakuan manis dari Gendra.

Sambil bersenandung kecil, ia pun segera menyandarkan sepedanya di parkiran khusus sepeda, tak jauh darinya Gendra pun berdiri menemani gadis itu dengan mata berkeliling menatap sekitarnya.

Setelah memakai tas ransel dan mengalungkan headphone ke lehernya, Hani mulai melangkah menuju pelataran kampus tapi langkahnya terhenti setelah menyadari bahwa Gendra tak bergeming dari tempatnya.

" Kamu gak ikut aku masuk?" tanya Hani yang langsung disambut gelengan kepala Gendra.

" Ada yang harus aku lakukan, berhati-hatilah selama aku tak ada dan satu lagi---" Gendra menjeda ucapannya dan Hani menunggu dengan seksama. " Jangan lakukan panggilan padaku jika tak ada hal yang mendesak dan penting, kau mengerti?"

" Oke!" sahut Hani sambil mengangkat ibu jarinya ke arah Gendra sambil tersenyum manis.

Menyadari bahkan Hani telah sepenuhnya mengerti dengan ucapannya, Gendra pun bersiap pergi, sayap hitam yang tebal itu muncul dari balik punggungnya tapi tiba-tiba suara Hani kembali terdengar menginterupsi niat Gendra yang baru saja ingin melesat pergi.

" Kamu nanti jemput aku kan?"

" Apa aku harus menjemputmu?" tanya Gendra dengan wajah bingung, Hani pun segera mengangguk cepat sebelum keduluan kata TIDAK dari Gendra.

" Untuk apa aku harus menjemputmu?"

" Jelas saja untuk keselamatan umat manusia, terutama aku manusianya. Kamu kan tahu kalau Elion masih suka mengikutiku, dia bahkan berniat untuk jadi orang ketiga lho dalam hubungan kita!"

Gendra menyentakkan kepalanya setelah mendengar alasan gila dari Hani lalu mulai mengiyakan permintaan gadis itu sebelum ia lebih lama tertahan di tempat tersebut bersama Hani.

" Ughhhhh baiknya, oke aku tunggu nanti siang ya, Bye chagia! " ucap Hani sambil melambaikan tangannya ke arah Gendra tapi sedetik kemudian ia menginterupsi kepakan sayap Gendra lagi membuat Malaikat Maut itu menundukkan kepalanya menahan kesal.

" Apa lagi?" tanya Gendra galak.

" Nanti jemput aku dalam wujud manusia ya, please!" mohon Hani sambil menyatukan kedua tangannya dan memasang wajah memohon. Gendra pun langsung mengiyakannya lalu melesat pergi.

Hani terlihat tertawa sendiri saking girangnya akan dijemput Gendra siang nanti , hingga ia tak sadar bahwa ada dua pasang mata yang sudah sejak tadi memperhatikannya.

" Apa dia gadis yang kau maksud itu Elion?" tanya Evilden memastikan. Elion pun menunduk dengan sopan membenarkan bahwa gadis itulah yang ia maksud kemarin.

Evilden menarik salah satu sisi bibirnya ke atas, matanya masih terus mengikuti Hani yang semakin lama semakin menghilang dari pandangan matanya.

" Gadis itu ku serahkan padamu, jika ada hal yang sangat mengganggu, langsung beritahu aku."

Perintah Evilden tegas, Elion pun mengangguk mengerti.

🍁🍁🍁

Selain Evilden dan Elion yang memperhatikan Hani, ternyata ada dua sosok lagi yang memperhatikan gadis itu dari atas gedung kampus.

Gafin dan Galen nampak tengah berdiri di pinggir gedung dengan mata elangnya terus mengikuti Hani yang mulai masuk ke dalam gedung fakultasnya.

" Apa kita harus seperti ini? Apa tidak apa-apa jika kita melakukan ini Gafin?" tanya Galen yang langsung diberi tatapan tajam oleh Gafin.

" Masalahnya kau tidak punya surat tugas!, kau kan juga bukan malaikat penjaganya kenapa pula harus menjaganya seperti ini? " sambung Galen memperjelas ucapan sebelumnya.

Galen memanglah belum tahu mengenai permintaan Gendra pada Gafin untuk menjaga Hani, karena itulah Galen begitu ribut menanyakan semua ini pada malaikat penjaga itu.

" Aku akan menceritakan semuanya padamu setelah kita kembali ke Taman Langit, sekarang berjagalah dengan benar Galen."

" Aku tak mau melakukan apapun sebelum kau memberitahuku semuanya padaku!" ancam Galen sambil melipat kedua tangannya didepan dada, bibir sexynya itu maju beberapa senti membuat Gafin menyerah dan akhirnya Gafin pun menceritakan alasan dibalik semua ini.

" Kenapa jadi serumit ini?, kasian sekali Hani jika sampai terluka karena Evilden dan Elion," seru Galen setelah mendengar semuanya dari Gafin.

" Maka dari itu kita harus membantu Gendra semampu kita."

" Kyaaa Gafin bukankah ini sebuah pelanggaran?" tanya Galen dengan wajah serius dan mengacak rambutnya. Ia baru sadar bahwa dulu ia jugalah yang mengatakan setuju agar Gendra membentuk aliansi dengan Hani. Ia baru sadar bahwa dirinya dan teman-temannya benar-benar dalam masalah sekarang.

" Jika kau bertindak biasa saja kita tak akan dalam masalah, jadi jagalah sikapmu!"

" Heh kau tidak sadar ya masalahnya bukan itu saja, jika manusia itu terluka kita juga akan dapat masalah besarkan?" Galen terlihat frustasi, pikiran jangka panjangnya membuat dirinya sendiri cemas setengah mati.

" Maka dari itu bantulah Gendra menjaga manusia itu!, jangan memikirkan hal yang belum terjadi! "

" Oke baiklah!, tapi sampai kapan kita akan menjaganya? Aku ini malaikat pemberi rejeki bukan malaikat penjaga sepertimu!"

" Sampai semua ini selesai!, lagi pula tak harus menjadi sepertiku kan untuk menjaga manusia itu!, dulu kau pun pernah melakukannya bukan? " sahut Gafin mulai geram pada rekannya ini.

Sejenak Galen menutup rapat mulutnya tapi sedetik kemudian. " Ya ya benar aku pernah menjaga Zetta juga dulu hehe. " Gafin melirik kesal lalu mulai berjalan menjauh dari Galen. Ia tengah melakukan panggilan telepati dengan Gendra saat Galen ingin melanjutkan ucapannya yang sebenarnya belum selesai. Galen pun dengan sabar menunggu Gafin menyelesaikan laporannya pada Gendra mengenai kondisi saat ini yang bisa dibilang aman.

" Kyaaa Gafin!, apa kau sudah tahu kalau Zetta sudah mengandung?, anaknya laki-laki kan?, ayo kita mengunjunginya, aku ingin sekali melihat mereka !" rengek Galen membuat Gafin menghela napas.

" Kau kenapa ribut terus sih Len, sakit telingaku mendengar ocehanmu terus! "

" Aishh teman macam apa sih kau ini!, oia apa surat tugasmu untuk menjadi penjaga anak itu sudah keluar? "

Galen terus saja mengoceh bagai burung beo, sedangkan Gafin tak mengubrisnya, ia malah terlihat membuka sayap putihnya yang berkilauan membuat Galen mengerutkan keningnya.

" Kau mau kemana? "

" Menurutmu kita kesini untuk apa? "

" Hari ini kau jutek sekali kenapa sih, sedang PMS ya!" Galen segera menutup mulutnya setelah Gafin menatap tajam dirinya.

" Oke oke aku akan diam!, tapi kita harus cari waktu untuk mengunjungi Zetta dan Kenzie ya Fin!"

Tanpa banyak buang waktu Gafin pun melesat meninggalkan Galen, dan jelas itu membuat Galen mengomel karena ditinggal sendiri.

🍁🍁🍁

Siang harinya setelah jam pelajaran selesai. Hani baru saja keluar dari toilet saat ia berpapasan dengan Nara. Gadis itu berjalan dengan tatapan kosong dan wajah pucat.

" Ra!" panggil Hani yang tak digubris oleh Nara, gadis itu menuruni tangan dengan ekspresi datar dan pandangan kosong .

Merasa aneh dengan sikap Nara, Hani pun mengejarnya dan kembali memanggilnya sambil menarik pergelangan tangan Nara tapi dengan cepat tangan Hani ditepis . Sekilas Hani bisa melihat wajah Nara berubah menjadi wajah orang lain, kontan Hani pun mengerutkan keningnya. Saat itu juga ia tahu bahwa tubuh Nara tengah dikuasai makhluk halus.

Wajah yang baru saja dilihatnya terasa tak asing baginya tapi siapa? Otak Hani mengirimkan sinaps untuk terus berfikir tapi tiba-tiba saja Nara terjatuh ke lantai, dengan cepat Hani pun segera menolongnya.

" Ra, kamu gak apa-apakan?" tanya Hani dengan wajah khawatir sambil kembali menatap wajah Nara dan kali ini wajah Nara telah kembali seperti semula.

" Badanku lemes banget Han, gak tau kenapa,"jawab Nara dengan napas yang cepat, wajahnya semakin pucat dan jari-jari tangannya terasa dingin tapi tubuhnya panas dengan keringat di keningnya. Bersamaan dengan itu Biryu datang dengan tergesa sambil membawa tas milik Nara.

" Ra kamu kenapa? "tanyanya khawatir. Biryu pun menatap Hani karena tak mendapat jawaban dari Nara. Hani pun menggeleng tak mengerti dengan apa yang terjadi. Gadis itu terlihat begitu lemas tak bertenaga jadi Hani dan Biryu pun segera membawanya ke poliklinik kampus.

Sesampainya di sana Nara segera dibaringkan ke tempat tidur, dokter jaga poli pun segera memeriksa Nara sambil sesekali menanyakan apa yang terjadi pada Biryu dan Hani. Tak lama kemudian Baryu dan Lenka datang setelah sebelumnya dihubungi oleh Biryu.

" Nara kenapa Han?" tanya Lenka dengan wajah khawatir sambil sesekali menatap ke arah Nara yang masih berbaring tak berdaya.

Belum sempat Hani menjawab, dokter jaga poli mulai menjelaskan keadaan Nara. Ia pun menyarankan agar Nara beristirahat sejenak di poli sambil meminum obat penurun panas. Dokter pun mengatakan sejam kemudian ia akan obeservasi ulang, jika kondisi Nara membaik maka ia bisa pulang tapi bila kondisinya tak membaik maka Nara akan langsung dibawa ke rumah sakit. Mendengar penjelasan dokter jaga poli, mereka pun setuju agar Nara beristirahat sejenak di poli. Setelah itu mereka pun keluar dari poli untuk membiarkan Nara beristirahat.

Di luar poliklinik, mereka saling pandang tak terkecuali Hani yang sejak tadi dipandangi oleh Biryu.

" Nara kenapa sih Han?" tanya Lenka penasaran.

" Iya kenapa sih, aku kaget waktu dihubungi Biryu soal Nara, tadi pagi dia baik-baik aja kok!" sambung Baryu.

Hani diam sejenak, berfikir bagaimana caranya ia menyampaikan mengenai hal ini pada teman-temannya.

" Aku rasa itu tadi bukan Nara!" celetuk Biryu membuat yang lain menatapnya kaget.

" Apa maksudmu kalau dia bukan Nara? " tanya Baryu dengan wajah serius.

" Ada yang aneh hari ini sama Nara. Aku udah ngerasain hal yang aneh itu dari waktu dia masuk kelas. Hari ini dia lebih banyak diam dan bengong, begitu aku panggil dia langsung marah tapi gak lama kemudian dia minta maaf dan keliatan kayak orang bingung," jelas Biryu dengan wajah sama seriusnya dengan Baryu.

" Tapi waktu tadi pagi aku ketemu dia, dia kayak biasanya kok cengengesan gak jelas masa begitu masuk kelas dia kayak gitu! " Baryu menepis. " Aku beneran Bang!, yang sekelas sama dia kan aku! " sahut Biryu yakin dengan analisanya.

Lalu mereka pun langsung menatap Hani tanpa dikomando. Merasa diserang tatapan dari teman-temannya Hani pun buka suara

" Oke baiklah!, aku setuju sama Biryu!, karena aku pun tadi liat kalau wajah Nara berubah jadi orang lain."

" Hah beneran Han?" Lenka memastikan dengan wajah takut lalu meremas jaket Baryu.

" Jadi maksudmu Nara kerasukan gitu?" Baryu memastikan.

" Bisa dibilang gitu sih. "

Kemudian suasana pun hening seketika , mereka larut dalam pikiran mereka sendiri. Hingga suara dokter jaga poli memanggil salah satu dari mereka untuk menjaga Nara di dalam.

Berhubung hari ini Biryu jadwal off di cafe akhirnya ia pun mengajukan diri untuk menemani Nara. Sedangkan Lenka dan Baryu bersiap menuju Cafe. Hani sendiri tak ikut dengan mereka berdua karena ingin jalan dengan Gendra, ia bahkan sempat memberikan alasan pada kedua temannya agar bisa menjalankan misi ngedatenya bersama Gendra tersayang.

Sebelum melangkah meninggalkan poliklinik Baryu sempat berkata pada Hani untuk membantu Nara. Bahkan Lenka si penakut pun berniat membantu. Ia tak tega melihat Nara yang tubuhnya dikuasai oleh makhluk halus pengganggu. Melihat keseriusan teman-temannya itu mana bisa Hani menolak atau pun tutup mata dengan penderitaan Nara. Jadi ia pun setuju untuk membantu. Urusan Jiwa yang hilang bisa disambi deh pikir Hani saat itu. Yang terpenting sekarang adalah Nara!

🍁🍁🍁

Hani tengah duduk di bawah pohon besar yang ada di parkiran sepeda. Sesekali ia merapihkan rambut dan lipstiknya itu. Entah kenapa hatinya berdegub melebihi ritme normal. Wajahnya merah padam membayangkan bahwa ia akan bergandengan tangan dengan Gendra nanti. Sesekali ia pun terkekeh sendiri memikirkan khayalan gilanya itu.

Tak berapa lama yang dinanti pun tiba. Malaikat Maut itu melangkah dengan wajah dinginnya yang khas. Langkah yang lebar dan ekspresi datar begitu membuatnya terlihat bak model papan atas yang tengah berjalan di atas catwalk.

Meski tanpa senyum, tapi Gendra sudah cukup membuat para mahasiswi yang berada di sekitar parkiran meleleh seketika. Puji-pujian akan ketampanannya pun mulai terdengar mendesak masuk ke telinga Hani.

Di depan sana, Hani sudah lebih dulu meleleh bak lilin. Hatinya luluh lantak melihat visual Malaikat Mautnya itu.

" Oh My God, betapa sempurnanya ciptaan Mu yang satu ini Tuhan ," puji Hani dengan wajah penuh keterpesonaan.

Happy reading chingu, maaf ya part ini sedikit membosankan 🙏
Tapi semoga kalian tetap suka

Oia sabar ya untuk tunggu part selanjutnya karena di part selanjutnya kalian akan lihat Hani dan Gendra ngedate lho hihi

So sampai jumpa di Part berikutnya 🙋‍♀️

12April2019

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro