10 | RASYA

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Balas dendam bukan hal yang baik, tapi apa salahnya memberi sedikit pelajaran kepada orang yang mengusik?

Semakin hari hubungan persahabatan antara Rasya dan Zoya semakin erat, Zoya pun sering di ajak bermain ke rumah Rasya untuk mengerjakan tugas atau sekedar membuat masakan dan menonton film bersama. Orang tua Rasya jarang sekali di rumah dan membuat Rasya kesepian. Apalagi Rasya adalah anak tunggal yang tidak memiliki adik atupun kakak. Di rumah hanya ada asisten rumah tangga dan tukang kebun rumahnya.

Hari ini Rasya mengajak Zoya ke rumahnya untuk menonton film " zoy, tunggu di sini ya aku mau ambil cemilan" Zoya pun hanya mengangguk dan berfokus kembali ke film yang sedang di tonton.

Saat di dapur Rasya melihat bi Rati sedang membuat kopi untuk tukang kebun. "Kenapa non gak panggil bibi aja, kan bibi bisa bawain cemilan dan minumannya" Rasya hanya tersenyum.

"Gak usah, kan aku bisa sendiri. Udah bibi kasih kopinya ke kang Asep kasian udah mau pingsan kayaknya kecapean" bi Rati tertawa "non bisa aja"

Bahkan Rasya lebih akrab dengan bi Rati dibandingkan ibunya sendiri, karena yang mengurusnya sedari kecil hanya bi rati. Ibunya hanya memberikan keperluannya tapi tidak kasih sayangnya. Rasya kehilangan sosok ayah dan ibunya sedari kecil, tapi di antara mereka berdua ayah Rasya yang masih memberikan kasih sayang walau terkadang ayahnya lupa karena terlalu sibuk dengan pekerjaan.

Ibu Rasya terlalu sibuk dengan bisnisnya dan juga komunitas ibu-ibu sosialita. Ibunya saat pulang hanya menanyakan 'kabar, sudah makan atau belum dan tidur jangan larut' lalu Rasya hanya menjawab 'baik, sudah dan iya'. Komunikasi antara mereka berdua sangat buruk, bahkan terlihat hanya basa-basi belaka.

Pintu kamar di ketuk lalu perlahan pintu di buka menampilkan siluet hitam membawa nampan membuat bulu kuduk Zoya merinding. Siluet itu mendekati Zoya, saat akan berteriak dan terlihat wajah Zoya yang ketakutan membuat Rasya tertawa.

"Ini aku Rasya".

"Rara ah ngagetin mana jalannya pelan banget"

Saat ini Zoya sedang menonton film horor makannya saat Rasya datang Zoya terlihat ketakutan karena lampu kamar di matikan untuk menambah suasana menjadi lebih horor. Dan ya, Zoya hampir berteriak karena suasana yang gelap dan kedatangan Rasya yang berjalan perlahan.

Rasya menaruh makanan dan minuman di nakas. Lalu menyodorkan keripik singkong dan kripik pisang kepada Zoya "Ra, liat hantunya serem".

"Kalo lucu badut zoy bukan hantu"

"Tapi ada badut yang nyeremin, ada kan filmnya"

"Badut di kala gabut?" Ujar rasya membuat mereka berdua tertawa bersamaan.

Tiba-tiba layar tv menunjukan sosok wanita berambut panjang memakai gaun putih dengan bercak darah di tangannya. Wajahnya tertutup rambut membuat Zoya dan Rasya ketakutan sendiri. Sosok itu makin mendekat seperti di zoom di layar tv sedangkan Zoya dan Rasya tidak henti-hentinya mengunyah kripik pisang untuk menetralisir rada takut karena film kali ini begitu seram.

Dan tiba-tiba hantu itu memenuhi layar tv! "Aaaaaah!!". Mereka berdua berteriak secara bersamaan karena terkejut melihat wajah hantu yang sangat seram memenuhi layar tv berukuran 32 inch.

"Lain kali jangan nonton film horor dalem negara Ra, kebanyakan jumpscare".

"Tadi kamu yang mau".

"Udah lah nonton anime aja, di sana banyak cowok 2d".

"Mending ngerjain tugas, besok kan mau di kumpulin yang matematika peminatan itu". Rasya mengeluarkan bukunya dan pulpen yang berada di dalam tas.

"Jujur aku gak minat sama matematika".

"Sama".

Mereka pun mengerjakan tugas yang besok harus segera di kumpulkan. Zoya masih asik memakan kripik sedangkan Rasya mengerjakan tugas. "Zoya ngerjain ih tar di hukum".

Zoya pun mengeluarkan bukunya dan memberikan kepada Rasya "nih udah di kerjain tadi pas jam kosong".

"Wih pinter". Rasya pun menyalin tugas Zoya.

Waktu berjalan begitu cepat, cuaca pun mulai mendung belum lagi hari mulai gelap membuat Zoya harus pamit pulang kepada temannya. Padahal ia masih ingin main di rumah Rasya, namun sayang ibunya tidak mengizinkan karena Zoya tidak membawa baju ganti dan besok bukan hari libur.

"Ra aku pulang ya, besok-besok aku izin ke mama buat nginep. Biar kita bisa ngobrol lebih lama, di rumah aku juga gak punya temen" Zoya pun memeluk temannya dengan hangat "Babai Rara, pamit ya".

Rasya melambaikan tangan " hati-hati di jalan zoy".

Ojek online sudah menunggu di depan gerbang, memberikan helm kepada Zoya lalu ia memakainya dan merapikan rambut-rambut yang berada di mata dan pipinya. Sungguh terasa dingin dan ia lupa tidak membawa jaket seperti biasanya. Dan beberapa menit berlalu rintik hujan membasahi tubuhnya.

"Pak berhenti di toko depan aja, saya gak bawa jaket". Ojek itu pun berhenti di depan toko yang Zoya tunjukan jadi, beruntung di depan toko terdapat tempat duduk.

Beruntung Zoya berhenti di toko roti karena saat ini perutnya keroncongan minta di isi. Saat memilih ia melihat roti isi keju dan juga kue brownies kesukaannya. Di saat yang bersamaan ada tangan yang hendak mengambil roti browser yang tersisa satu, Zoya kalah cepat lantas roti itu sudah di ambil oleh seseorang yang ia kenal Zoya tak sengaja menatap wajah pria itu.

"Kak Ale"

"Eh, Zoya mau roti ini?"

Zoya menggeleng dan tersenyum " gak kak, buat kakak aja"

"Tunggu dulu, baju kamu basah, pakai jaket saya biar gak masuk angin" Galen melepas jaket yang sedang ia pakai dan memberikannya kepada Zoya.

"Enggak kok kak bentar lagi kering" Zoya menolak karena dia tidak ingin merepotkan kakak kelasnya ini yang selalu ada saat di butuhkan, entah sebuah kebetulan Zoya pun tidak tau yang pasti perlakuan kakak kelasnya ini terkadang membuat kupu-kupu berterbangan di perut dan rasa gugup yang selalu membuat Zoya salah tingkah di depan Galen.

"Udah pake aja baju kamu warna putih nembus dalamnya, ngerti kan maksud saya?" Dan hanya di jawab anggukan oleh Zoya lalu buru-buru memakai jaket denim berwarna hitam ke abuan.

"Makasih kak".

Zoya langsung menuju kasir untuk membayar beberapa roti yang telah dia pilih sedangkan Galen masih memilih roti.

Zoya menghampiri tukang ojek yang sedari tadi menunggu di luar duduk di kursi toko "ini roti buat bapak".

"Terimakasih neng"

Hujan masih tak kunjung berhenti, aroma petrichor dan suara air hujan yang jatuh membasahi jalanan seketika membuat Zoya teringat dengan suatu hal.

"Mama Zoya boleh gak main ujan-ujanan?" Tanya gadis kecil yang sedang asik bermain air hujan di telapak tangannya.

"Nanti sakit sayang, udah main ujiannya di sini aja ya". Ibu gadis ini menepuk kedua tangannya membuat air hujan membasahi sedikit wajah dan bajunya "gini aja tuh udah basah kena air hujan".

Gadis kecil itupun mengikuti ibunya dengan menepuk-nepuk air hujan membuat baju dan wajahnya basah terkena air hujan.

"Mama ternyata gini juga seru ya" gadis kecil itu sangat menikmati permainan menepuk air hujan dengan kedua tangannya.

Sampai dimana gadis itu terfokus pada anak kecil yang sedang bermain bersama ayahnya. Ayah anak kecil itu menggendong anaknya, anak kecil terbang mengikuti gaya pesawat dengan tangan yang di buka lebar membentuk sayap dan badan yang di luruskan membentuk badan pesawat. Lalu ayahnya menggendong sembari berputar. Terdengar gelak tawa anak kecil itu yang sedang gembira.

"Ma, ayah Zoya kemana ya?" pertanyaan dari gadis kecil itu membuat ibunya bergeming.

"Zoya" panggilan itu sontak membuat orang yang di panggil berhenti dari lamunannya.

"Eh ka Ale, gak pulang?"

Laki-laki itu duduk di depan Zoya yang sedang memegang roti keju dan terdapat krim susu di dalamnya. Galen tersenyum saat melihat Zoya memakan roti dengan masih tersisa remahan keju di sudut bibirnya, ia pun mengusap dengan ibu jari " udah besar tapi makan masih belepotan".

" Saya mau makan roti dulu sambil nunggu ujan agak reda, kalo kamu ke sini naik apa?".

"Em aku naik ojol kak, tuh di sana ojolnya lagi makan roti" Zoya menunjuk pria berjaket yang sedang memakan roti.

"Pulang saya yang antar mau?" Tawar Galen.

"Gak usah kak aku nunggu ujan reda aja"

"Bakalan lama, saya bawa mobil. Kamu ga bakalan kehujanan"

Zoya bingung harus menerima tawaran Galen atau tidak, yang jelas saat ini dia takut ibunya khawatir karena sudah jam segini belum pulang dan jika sekarang Zoya menerima tawaran Galen ia tidak tau apa yang akan terjadi pada jantungnya nanti. Sebab akhir-akhir ini perhatian Galen membuat Zoya salah tingkah dan ia merasa kupu-kupu berterbangan di perutnya.

Ia menghela napas, berharap pilihan ini yang paling tepat. Menerima tawaran Galen lagi pula ia juga harus segera sampai rumah karena tidak ingin ibunya menunggu terlalu lama.

"Yaudah aku bilang ke kang ojol dulu ya kak" Galen mengangguk sembari tersenyum. Rasanya Zoya ingin berteriak karena jarang sekali ia melihat Galen tersenyum apalagi ia melihat langsung begitu manis. Zoya buruh-buruh meninggalkan Galen dan menghampiri kang ojek online yang sedang menikmati hujan sembari memakan roti yang sudah Zoya beli tadi hanya kurang kopi panas saja.

"Pak saya pulang sama temen, ini uangnya kembaliannya ambil aja"

"Duh neng kebanyakan ini, saya udah di kasih roti juga".

"Udah gapapa, saya pamit ya pak".

Galen membuka pintu mobil mempersilahkan Zoya untuk duduk di kursi penumpang depan "terimakasih kak".

Di perjalanan suasana pun hening tidak ada yang memulai percakapan mereka sibuk dengan pemikiran masing-masing. Zoya memiringkan kepalanya ke arah jendela mobil melihat buliran air hujan yang memenuhi luar jendela. Hujan kali ini menurutnya sangat berarti dan tidak ingin ia lupakan, sebab ada sosok pria yang Zoya kagumi akhir-akhir ini apalagi baru pertama kali ia merasakan hal seperti ini. Tapi jika ibunya tau mungkin Zoya dimarahi karena ibunya selalu berkata 'fokus belajar dulu jangan pacaran'. Padahal saat menonton cerita romantis ia selalu berhayal ingin menjadi peran tersebut, ingin merasakan perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

"Abis ini belom mana ?" Pertanyaan itu membuyarkan lamunan Zoya.

"Ha? Eh, belok kanan kak tar di depan ada belokan lagi belok kiri terus rumahnya warna putih ke Abuan pagarnya hitam" Galen mengangguk paham.

Tak selang beberapa lama kemudian mereka sampai di rumah Zoya dengan pagar hitam "kak mau mampir dulu? Hujannya masih belum reda".

"Next time, saya masih ada urusan" Mobil Galen pun pergi meninggalkan pekarangan rumah Zoya.

Setelah sampai di kamar, ia buru-buru menggantungkan jaket denim yang dipinjamkan Galen tadi, wangi parfum yang khas memenuhi ruangan kamarnya. Dan menurut Zoya sendiri parfum Galen sangat harum tapi tidak menusuk baunya. Dan jarang sekali ia mencium parfum yang baunya seperti ini.

Setelah membersihkan badan dan berganti pakaian Zoya memutuskan untuk tidur, hari yang berkesan dan menyenangkan. Ia lalu memeluk guling dan berkata 'untuk diriku, terimakasih. Hari ini sangat menyenangkan, dan semoga hari esok akan lebih menyenangkan, semangat untuk diri sendiri' selalu mengapresiasi diri sendiri adalah rutinitasnya, karena ia tau bahwa tidak ada yang bisa mengerti kita selain diri sendiri.







21 Januari 2023

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro