Bab 30 [Tamat]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sudah berulang kali Gayatri menghela napas, berusaha menahan emosinya. Dia benar-benar lelah.

Nehemia memandangnya dari samping, tatapan khawatir kepada wanitanya, jemarinya menggenggam erat jemari wanitanya, takut dia akan pergi jika dia melepaskan genggaman itu.

Gayatri menatap lekat ke arah pria kesayangannya, lalu tersenyum. Dia tahu jika Nehemia mengerti apa yang akan dilakukannya, karena itu dia menggeleng pelan. Namun, Gayatri sudah tidak tahu lagi harus berbuat apa dan bagaimana.

"Tante, maaf. Aya salah apa ya, tante? Kenapa tante segitu nggak sukanya sama Aya?"

Pertanyaan ini sudah lama sekali ingin dia tanyakan, tetapi dia takut hal ini justru akan memperkeruh suasana, dan tebakannya benar.

"Apa? Berani banget nanyain gitu,"gumam Kinan kesal. Seperti biasa, dia berusaha mengompori suasana. Tujuannya hanya satu, mengusir Gayatri dari sisi Nehemia dengan cara mendekati ibunya. Jalur keluarga selalu lebih baik, terbukti dari apa yang dia dapatkan selama ini, terbukti dengan sikap jutek dari ibu Nehemia kepada Gayatri, dia jelas menang telak!

"Asal usulmu. Kamu tahu Nehemia harus menderita karena mama kamu? Dia mau menderita buat kamu dan saya nggak mau dia menderita. Sadar diri dikit, Gayatri. Sudah cukup kamu menumpang di rumah lama kami. Kamu mau merebut kebahagiaan Nehemia juga?"

Gayatri terdiam, dia tersenyum tipis. Jawaban itu sudah dia duga. Tentu saja tidak ada ibu yang mau dan rela anaknya menderita. Wajahnya terlihat sendu, sementara Nehemia terlihat tegang dan melirik tajam ke arah mamanya.

"Apa? Mama salah ngomong apa lagi?" tanya wanita ini kepada anaknya.

"Ma, biarin Nehemia bicarain ini berdua sama Aya. Bukan kayak gini caranya," pintanya memelas.

"Mama nggak mau kamu menderita karena memilih pacaran sama anak dari wanita jahat itu!"

Gayatri terkejut, "Tante kenal mama?"

Wanita paruh baya itu tersenyum mengejek, "Sialnya iya. Dia yang merebut pacarku. Dia buat semuanya runyam. Sahabat macam apa itu?"

Satu per satu fakta terkuak, dia baru tahu tadi jika Nehemia terlibat urusan dengan mamanya, dan kenyataan lainnya adalah mamanya dan mama Nehemia adalah sahabat dulunya. Hal lainnya adalah papanya sempat menjadi pacar mamanya Nehemia, sebelum semua menjadi runyam.

Gayatri berdiri dan membungkukkan badan.
"Maaf tante. Maaf," ucapnya dengan penuh penyesalan.

"Aya," ucap Nehemia pelan, mengusap punggungnya. Dia berusaha menenangkannya.

"Aya duduk," gumamnya lagi.

Wanita ini menggeleng pelan, lalu berdiri tegap. "Tante, saya menyesal atas apa yang terjadi. Saya juga tidak menyukai kenyataan jika mamaku berusaha membuat Nehemia menderita. Saya juga menderita, tante. Anak tante adalah alasan saya bertahan. Saya berusaha untuk mendekat dan memperbaiki hubungan dengan tante. Saya tulus, tante."

"Kamu tahu?" tanya Nehemia kaget. Dia kira hanya dia, mamanya dan mama Gayatri saja yang tahu.

"Tante saya mohon restu dari tante. Saya sangat menyayangi anak tante. Saya ingin sekali menghabiskan sisa waktu saya bersama dia. Namun, saya yakin restu dari tante sangat penting bagi kami," ucap Gayatri lagi.

"Ma, aku belum melamar Aya karena aku butuh restu mama. Mama orang terpenting di hidup aku," ujar Nehemia dengan mata berkaca-kaca kepada mamanya.

"Kamu serius, Nak? Kamu bakal terikat dengan wanita sialan itu karena dia ibunya Gayatri. Kamu nggak bakal tenang, sayang."

Gayatri tersenyum tipis, dia tahu hal ini tidak akan menemui sebuah ujung. Mamanya Nehemia benar, tidak seharusnya dia nekat meminta restu. Bersamanya hanya akan memberikan luka dan kekhawatiran bagi mereka.

"Tante, boleh beri waktu dan kesempatan lebih lama lagi? Tolong dipertimbangkan sekali lagi, boleh didiskusikan berdua dengan Nehemia. Setelah itu, saya akan menerima dengan setulus hati."

Nehemia memandangnya dengan tatapan terkejut, seakan-akan dia tidak setuju dengan perkataan Gayatri barusan.

"Aya apaan, sih? Kita harus berjuang bersama," ucapnya pelan.

Gayatri tersenyum lebar, "Kalau memang kita ditakdirkan bersama, pasti kita akan bersama. Jika tidak, maka aku akan pergi, sayang."

"Katamu anak saya adalah alasan kamu bertahan hidup. Kalau akhirnya kalian tidak bersama, terus kamu gimana?" tanya mamanya Nehemia penasaran.

"Saya tidak tahu, tante. Kehilangan Nehemia sama dengan kehilangan alasan saya hidup."

"Kalau gitu jangan nyerah, Aya. Kita berjuang sama-sama!" pekik Nehemia dengan keras.  Demi apapun, dia tidak ingin kehilangan Gayatri. Mereka tidak ingin kehilangan satu sama lain.

Melihat ketulusan Gayatri membuat mamanya Nehemia dan Kinan tidak sampai hati untuk mengucapkan kalimat pedas. Sementara Nehemia semakin takut dengan apa yang direncanakan wanitanya. Dia termasuk orang yang nekat, terlebih jika itu untuk orang yang berharga baginya.

"Oke. Saya pertimbangkan."

Gayatri senang mendengarnya, kesempatan berharga yang dia dapatkan. Seusai ini dia akan menemui orang yang disayanginya, dia akan menyelesaikan semuanya sendiri.

"Terima kasih banyak, tante," ucapnya tulus.

Gayatri menatap Nehemia sambil tersenyum, dia sangat menyayangi pria ini. Seandainya saja dia bisa memiliki waktu lebih lama, pasti menyenangkan melewati waktu dan melaksanakan pernikahan, bulan madu, dan mempunyai anak. Membayangkannya membuatnya ingin menangis.

Gayatri meraih jemari Nehemia dan menggenggamnya erat, setidaknya dia harus mensyukuri apa yang dia dapatkan sekarang.

"Yaudah, ayo makan. Udah dingin makanannya, sayang juga."

"Iya, ayo makan tante," sahut Kinan.

Mereka mulai acara makan-makan dan berbincang. Meskipun mayoritas percakapan dikuasai mamanya Nehemia dengan Kinan serta Nehemia, tetapi Gayatri cukup senang karena dia bisa ada di sana menikmati suasana kekeluargaan yang hangat. Hal yang dia impikan, makan bersama keluarga.

Saat kita merasa bahagia maka waktu akan berjalan begitu cepat. Makan malam sudah selesai, Gayatri dan Kinan sudah membereskan piring, sendok dan garpu yang kotor. Sekarang waktunya mereka pulang.

"Nehemia, anterin Kinan pulang."

"Loh, Ma? Aya gimana? Mobil Nehemia kan lagi di bengkel. Cuman ada motor."

"Ya udah, anterin Kinan, kan bisa."

"Ma, Aya masa Nehemia tinggalin sendiri?"

"Dia bisa pulang sendiri. Iya, kan?" tanya wanita paruh baya itu yakin.

"Iya tante, Aya udah pesan jemputan, kok."

"Nah, itu udah. Ya udah sana anterin Kinan."

Pria itu berdecak kesal, dia tidak suka hidupnya diatur-atur. Dia hanya ingin bersama Gayatri bukan Kinan. Namun, dia tidak punya pilihan lain. Seusai ini dia akan meyakinkan mamanya untuk merestui hubungan mereka.

Tidak lama ada mobil yang datang.

"Itu jemputan saya, tante. Saya pamit ya," ucapnya sambil menyalim tangan wanita itu, menunduk pada Kinan dan merentangkan tangan pada Nehemia. Memeluk pria itu begitu erat, menghapalkan aroma parfumnya, dan tersenyum.

"Aku pinjem notesmu, sayang."

Nehemia memberikannya padanya, Gayatri membalikkan badan dan menaruh surat disana.

"Simpan baik-baik ya. Saya pulang dulu."

"Sampai jumpa lagi, Aya."

"Selamat tinggal, sayang."

Gayatri masuk ke sana dan mobil itu melesat pergi. Perasaan Nehemia tidak enak, tetapi dia mengenyahkan perasaan itu.

"Kinan, cepetan. Dasar," ucapnya kesal.

"Ah elah, sama Gayatri aja lembut banget ucapannya."

"Kamu bukan Aya. Aya itu pacar aku. Kalo gerutu terus, aku males anterin kamu pulang," ancamnya dan beranjak masuk ke ruang tamu.

"Woy! Iya deh, astaga. Dasar ngambekan!"

Nehemia dan Kinan, mereka adalah teman lama. Mereka juga bukti nyata jika pertemanan cewek dan cowok tanpa adanya perasaan itu bisa terjadi.

Di lain tempat, Gayatri sudah bersama dengan orang yang membencinya.

"Kenapa kamu ajakin saya di sini? Kamu mau ngasih uang lagi?"

"Ma, Aya capek. Mama jangan gangguin Nehemia lagi, ya? Jangan sakitin dia. Mama cukup berurusan sama Aya aja. Kalau mama marah sama Aya, marah sama Aya aja. Jangan sakiti orang yang Aya sayangi."

Wanita itu menyeringai lebar.

"Oh, orang itu. Kamu tahu, selama kamu masih hidup maka kamu nggak akan hidup dengan tenang, begitu juga dengan orang yang kamu sayangi."

Gayatri termenung, dialah yang mengendarai mobil ini. Mendengar itu membuat akal sehatnya hilang dan kendaraan besar dari arah berlawanan memberikannya ide.

"Sayang, maafin aku," gumamnya pelan lalu membanting stir ke arah yang berlawanan. Semuanya terjadi begitu cepat dan menjadi gelap.

Di lain tempat, Nehemia baru saja kembali dari rumah Kinan. Pria itu membuka ponsel dan melihat ada voice note serta panggilan tidak terjawab dari Gayatri. Keningnya berkerut melihat hal itu. Jarang sekali wanita ini mengirimkan voice note padanya.

Baru saja Nehemia ingin membuka pesan yang masuk, lalu  ada telepon masuk ke ponselnya. Keningnya berkerut dan mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

"Selamat malam, ini dengan kerabatnya saudari Gayatri?"

Untuk beberapa saat, Nehemia menahan napas. Jantungnya berdebar kencang, takut dengan apa yang akan didengarnya nanti.

"Saya calon suaminya."

"Baik, saya tadi menghubungi nomor terakhir yang dihubungi saudari Gayatri. Saya dari rumah sakit Bukan Cinta Biasa ingin menginfokan jika saudari Gayatri mengalami kecelakaan dan lukanya cukup parah—."

Ponselnya terjatuh, Nehemia tidak kuasa mendengar ucapan tadi.

"Nak, kenapa?" Wanita ini bingung melihat anaknya sudah bersimpuh di lantai.

"A-aya kecelakaan. Ayo ke rumah sakit, Ma," ucapnya dengan berderai air mata.

Mereka berdua segera pergi ke sana, Nehemia berusaha tenang dan menjaga kecepatan mobilnya. Seusai mereka sampai dan mobil sudah terparkir, Nehemia langsung pergi ke Unit Gawat Darurat.

"Maaf, saya cari pasien Gayatri. Dia dimana?"

Mereka terdiam dan menatap pria dihadapannya dengan sendu.

Pertanyaannya terjawab dengan brankar pasien yang dibawa oleh dua orang perawat, ada kain putih di atasnya. Dialah orang yang dicarinya. Orang yang mengatakan selamat tinggal padanya.

Tangisnya pecah bersamaan dengan luruhnya dia ke lantai, menangis meraung-raung meratapi nasibnya. Disana terlihat Gayatri tersenyum dengan pakaian serba putih, melambaikan tangan padanya dan pergi dari sana. Pergi ke tempat yang tidak bisa dia datangi, selamanya.

-TAMAT-

1334 Kata

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro