Bab 4

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Gayatri sudah selesai dengan minum es kopi buatan Pak Manjur. Sejak percakapan terakhir, tidak ada lagi percakapan diantara mereka. Wanita ini mengambil sisir yang ada di dalam tas, memandang ke arah jalan raya sembari menyisir rambutnya yang berantakan terkena terpaan angin. Wajahnya sudah kusut saja pagi-pagi.

Tidak lama kemudian, dia mencari ponselnya. Merasa ada getaran dari ponsel, membuatnya penasaran.

Nehemia

Semangat kerjanya, sayang. Udah sampai di Apotek?

Seulas senyum terukir di wajah oval Gayatri. Jemarinya mengetikkan pesan balasan untuk orang tersayang.

Anda

Udah bawel. Kamu udah sampai di kantor?

Gayatri langsung menaruh kembali ponsel dan berdiri seraya merapikan pakaiannya.

"Pak, terima kasih ya!" ujarnya sembari memberikan beberapa lembar uang untuk membayar es kopi tadi. Kopi dan dirinya bukanlah kombinasi yang cocok, dia tidak bisa minum kopi barang sedikitpun. Hanya saja, dia ingin menghilangkan pusing yang dirasakannya sedaritadi. Dia tahu apa yang harus diminum jika sakit kepala, dia tahu berapa aturan pakai supaya tidak pusing lagi, hanya saja dia sedang lelah. Apoteker juga manusia, kan?

Setelah urusannya beres, dia melanjutkan langkahnya menuju tempat bekerja. Tidak butuh waktu lama, dia sudah sampai di sana. Mencari kunci untuk membuka gerbang dan membuka gerbang lebar, biar pasien yang hendak datang bisa masuk dengan mudah menuju Apotek. Jemarinya memegang kunci untuk membuka pintu Apotek. Menyalakan lampu untuk memaksimalkan penerangan di dalam ruangan, menyalakan komputer, dan merapikan yang bisa dirapikan. Menjadi pemimpin bukan berarti bisa menyuruh rekan kerja untuk membersihkan ini dan itu, semua terbagi sesuai porsinya. 

Gayatri baru saja menyelesaikan kegiatan bersih-bersih sebelum memulai jam kerjanya, lalu melirik ke arah layar ponselnya. Tidak ada panggilan ataupun pesan balasan dari Nehemia. Sepertinya pria itu sudah disibukkan dengan tugas-tugasnya. Gayatri tersenyum, tidak mempermasalahkan hal itu. Mereka sama-sama punya tanggung jawab akan hidup mereka, sudah menyetujui untuk bekerja maka harus memprioritaskan hal itu, tujuan mereka yang terutama adalah meniti karir, diselingi menjalin relasi.

Menjadi dewasa tidak pernah mudah, kerapkali ego datang dan mengusik, tetapi semua tergantung kepada cara diri sendiri menerima dan mencerna semua itu. Beralaskan logika, merasa paling benar hanya akan membuat amukan dan mengundang penyesalan semata, tidak ada gunanya. Lebih baik diam dan berpikir baik-baik sebelum berbicara. 

Gayatri melangkah menuju ke kursi di depan komputer, memandang layar ponsel sedaritadi dengan tatapan hampa, meskipun dia paham jika mereka sama-sama sibuk, tetapi ada sebagian kecil harapan untuk mendapat kabar dari Nehemia. Dia merindukannya. 

"Permisi, kak?" ujar seseorang pelan.

"Oh iya!" Gayatri cukup terkejut dengan ucapan tiba-tiba dari orang ini.

Seorang cowok muda dengan jas almamater berwarna biru dongker. Matanya melirik sekilas ke logo Universitas yang tertera di sana lalu menatap lagi ke arah cowok ini lagi.

"Ada yang bisa saya bantu?" tanya Gayatri lagi.

"Saya cari Lopamid, ada?"

"Oh, saya adanya Lodia. Isinya sama-sama Loperamid. Keluhannya apa?"

"Oh iya, nggak apa-apa. Lodia satu lembar ya," ujarnya lagi.

"Baik. Keluhannya apa?" Gayatri masih penasaran dengan keluhan pasien di hadapannya.

"Diare, kak." Akhirnya dijawab juga oleh mahasiswa di depannya. 

"Sudah berapa hari? Ini untuk kakak sendiri?" tanya Gayatri lagi. Dia berharap mahasiswa di hadapannya ini tidak mengamuk karena waktunya disita lebih lama dengan pertanyaan ini.

"Baru tadi pagi, kak. Untuk teman saya, seumuran juga."

Gayatri mengangguk paham. "Baik, saya cek harganya ya."

Dengan cekatan, wanita ini mengetikkan nama obat yang diminta dan memasukkan jumlah tablet. Setelah selesai barulah diketahui biayanya.

"Totalnya dua puluh ribu, ya," ujarnya lagi sambil menatap ke arah manik mata pemuda ini.

"Baik, kak," ucapnya sambil mengambil selembar uang berwarna merah itu.

"Ah, ada uang kecil aja?" tanya Gayatri. Pagi-pagi begini dengan uang besar, sungguh menyulitkan memberikan kembaliannya. Jauh lebih mudah jika orang memberikan uang pas untuk membayar.

"Nggak ada, kak," jawabnya pelan sambil cengengesan.

Gayatri mengangguk paham dan mengambil kembalian untuk pemuda di depannya ini.

"Ini kembaliannya, saya siapkan obatnya dulu ya." 

Gayatri langsung melesat ke belakang untuk mengambil obat Lodia. Obat diare yang diberikan untuk orang dewasa.

"Ini obat untuk diare, diberikan tiga kali sehari setelah makan. Setelah tiga hari kalau masih diare, saya sarankan ke dokter ya."

"Siap, terima kasih." 

Tiba-tiba dari belakang ada suara yang menyapanya.

"Pagi, kak Aya!" sapa Phinong padanya.

"Ih! Ngagetin aja," ujar Gayatri kesal. Phinong adalah asisten apoteker di tempat ini. Orang yang bisa dipercaya sedikit saja. Sejatinya tidak boleh percaya seutuhnya dengan orang di tempat kerja karena kita tidak pernah tahu apakah orang itu tulus atau ada niat jahat dibelakangnya. Daripada terluka dan pura-pura baik-baik saja, lebih baik antisipasi dan bersikap secukupnya saja.

"Lodia sama Lopamid sama aja kan?" tanya Phinong lagi.

"Iya, sama-sama isinya Loperamide 2 mg. Loperamide itu bekerja dengan memperpanjang waktu transit isi saluran cerna, menurunkan volume feses, meningkatkan viskositas dan kepadatan feses dan menghentikan kehilangan cairan dan elektrolit. Dengan memperlambat kontraksi usus sehingga bisa menambah kepadatan feses dan membantu mengurangi frekuensi buang air besar. Cara kerjanya sama, cuman beda nama merek aja."

"Oh gitu. Selain Loperamide bisa dikasih apa lagi?"

"Ini buat pasien dewasa apa anak-anak?" tanya balik Gayatri.

"Buat dewasa dulu, deh. Nanti Phinong nanyain untuk anak."

"Obat diare ada golongan senyawa intralumen, antimotilitas dan antisekretori. Untuk golongan senyawa intralumen ada kelas senyawa pembentuk massa dan bersifat hidroskopik, contohnya yaitu Psillium, Kaolin, Attapulgit. Kelas berikutnya ada kelas Resin penukar ion yaitu kolesteramin. Kelas lainnya yaitu Bismut, contohnya Bismuth Subsalisilat. Golongan kedua yaitu antimotilitas dan antisekretori. Kelasnya ada dua yaitu opioid da analog oktapeptida somatostain. Kelas Opioid contohnya Loperamid, Difenoksilat, Difenoksin. Kelas analog oktapeptida somatostain contohnya Okreotid."

"Kalau cara kerjanya?" tanya Phinong lagi.

"Mekanisme kerja kelas senyawa pembentuk massa ini dengan mengikat air dalam jumlah besar, dan meningkatkan massa feses. Contohnya Attapulgit. Untuk mekanisme kerja resin penukar ion dengan cara menginduksi pengobatan diare dengan adanya garam empedu yang bekerja dengan mengikat asam empedu dan beberapa toksin bakteri. Mekanisme kerja kelas Bismut yaitu adanya efek antisekretori, anti radang, dan antimikroba. Mekanisme kerja kelas opioid yaitu meningkatkan waktu transit usus halus, meningkatkan tonus sfingter anal, dan aktivitas antisekretori untuk melawan toksin kolera dan Escherichia coli. Mekanisme kerja kelas analog oktapeptida somatostain yaitu penghambatan sekresi hormon dan bukan efek proabsorbtif. Efektif menghambat diare sekresi parah."

"Waw, panjang bener," ujar Phinong kagum.

"Iya gitu, deh. Kalau obat diare untuk anak beda lagi. Bisa diberi orallit sama zinc dulu. Tapi, tergantung umur anak juga. Pemberian olarit untuk mencegah terjadinya dehidrasi karena kekurangan cairan. Rehidrasi ini untuk sepuluh sampai empat belas hari. Jika anak kurang dari 6 bulan maka diberikan 10 mg, sedangkan anak dengan usia lebih dari 6 bulan maka diberikan 20 mg zinc. Yah, baiknya dikonsulkan dengan apoteker dulu untuk membeli obat. Tanya obat, tanya apoteker," tutupnya sambil tersenyum.

-Bersambung-

1020 kata


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro