Run From You

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

❤️❤️❤️

"Bagas, aku membuatkanmu bekal," ucap seorang gadis muda penuh ceria.

"Ck! Gue bukan bocah!" Dengus Bagas.

"Dan berhenti manggil-manggil gue!" lanjutnya.

Gadis itu memasukkan bekal yang ia buat ke dalam tas ransel Bagas tanpa menunggu persetujuannya lagi.

Bagas tidak nyaman melihat Cherry--gadis itu. Sejak Bagas pindah ke sebelah rumah Cherry, gadis itu selalu saja mengekorinya. Bergelayut manja di lengan Bagas. Membuatnya risi.

Cherry saat ini berumur 18 tahun, sedangkan Bagas saat ini sudah berumur 23 tahun. Dengan perbedaan usia tersebut, Cherry tidak keberatan. Ia menyukai Bagas apa adanya.

Ia menyukai Bagas sejak ia ditolong oleh Bagas saat sedang berenang. Saat itu, Cherry masih duduk di bangku SMP.
Ketika liburan bersama keluarga Bagas ke Bali, Cherry hampir saja tenggelam. Beruntung saat itu Bagas cekatan, ia menyadari saat sosok Cherry tidak ada di sekitar pantai. Lalu ia melihat Cherry sedang susah payah berteriak meminta tolong.

Bagas yang memang jago dalam berenang, langsung menolong Cherry ke pantai. Dan sejak itu, Cherry melihat sosok Bagas sebagai pahlawannya. Ia terpesona melihat Bagas yang begitu lihai dalam berenang dan sangat sigap menolong Cherry.

Sejak itu, Cherry sudah menetapkan hatinya untuk Bagas seorang.
Walaupun sejak Cherry mengungkapkan perasaannya, Bagas berubah sikap. Lebih dingin, datar dan tidak peduli.

Cherry tidak sakit hati dengan perilaku Bagas yang dingin dan kasar terhadapnya. Ia yakin, di hatinya terdalam, Bagas adalah sosok yang manis dan baik hati.

"Hay Bagas, sayang," sapa seorang wanita cantik.

"Hay, babe," balas Bagas lembut penuh senyum.

"Nanti anterin aku shopping ya? Bisa kan?" tanya wanita tersebut.

"Bisa dong. Oiya, ini aku bawa bekal untuk kamu." Bagas mengeluarkan wadah makan yang berwarna merah muda tersebut dan memberikannya kepada wanita tersebut.

"Ya ampun, sweet banget sih kamu! Setiap hari bawain aku bekal dengan tempat makan yang manis juga warnanya. Kali ini isinya apa?"

"Lihat saja sendiri," Bagas mengangkat sebelah alisnya.

Wanita tersebut membukanya dan begitu senang saat melihat isinya.

"Cantik banget ini kimbapnya, you're the best!"

Wanita cantik tersebut mencium pipi Bagas dengan lembut, lalu memakan bekalnya dengan lahap. Bagas hanya tersenyum melihatnya. Setelahnya si wanita bergegas kembali ke dalam kelasnya.

"Itu bikinan Cherry?" tanya Reza setelah si wanita menghilang.

Bagas mengangguk.

"Kalo Cherry tahu bekal buatannya dimakan sama Sarah, pasti dia sakit hati," timpal Ryan.

"Bodo amat! Gue enggak peduli, gue enggak suka sama dia, berisik, ribet, nyebelin, centil, selalu nemplok ke gue."

"Awas lo nanti kena karma! Jangan terlalu benci, nanti jadi cinta," ejek Reza dan diikuti tawa oleh Ryan.

"Dia bukan type gue!" Bagas bergegas kembali ke kelas bersama teman-temannya.

Beberapa bulan kemudian, penerimaan mahasiswa baru, sedang berlangsung. Dan tentu saja Cherry mendaftar di kampus yang sama dimana Bagas kuliah.

"Itu yang namanya Cherry?" Reza dan Ryan menunjuk ke arah seorang gadis yang sedang mengikuti arahan seniornya di lapangan.

Bagas mengangguk, mereka sedang berjalan di koridor kampus. Dan Bagas tidak sengaja melihat Cherry sedang mengikuti kegiatan di lapangan kampus.

"Gila, man! Lo enggak suka dari mananya? Itu cantik banget, imut kayak boneka," Ryan menatap tak percaya ke arah Bagas.

"Kayak bocah! Type gue kayak Sarah, cewek dewasa yang seksi." Bagas melengos dan melanjutkan jalannya menuju kantin.

"Ya udah, dia bisa kita deketin dong?" Reza dan Ryan bersamaan.

"Silakan!"

*****


"Bagas, tadi bekalnya udah dimakan?" Cherry menghampiri Bagas yang sedang berjalan di koridor bersama Reza dan Ryan.

"Udah."

"Gimana? Enak enggak?" Tanya Cherry dengan sumringah.

"Biasa aja."

"Hay, Cherry. Gue Ryan, temennya Bagas," Ryan menjulurkan tangannya ke arah Cherry.

"Hay, Kak. Salam kenal ya," sambut Cherry dengan ramah.

Begitupun dengan Reza, mereka berkenalan.

Bagas hanya menatap ketiganya dengan malas.
Tak lama, mereka kembali berjalan menuju kelas. Saat itu Cherry masih memandangi punggung Bagas dan ia juga melihat, Sarah menghampiri Bagas dan mereka saling mengecup pipi.

Tatapan Bagas ke Sarah begitu lembut dan penuh cinta. Berbeda sekali dengan Cherry. Cherry hanya mendesah pelan, ia tahu Bagas memiliki kekasih. Ia bisa apa? Perasaan tidak bisa diatur harus berlabuh ke mana?

Lalu Cherry berbalik arah meninggalkan mereka semua yang sedang bercanda dan Bagas memeluk Sarah dari belakang.

Bagas melirik Cherry yang sudah berlalu dengan tatapan sulit diartikan.

*****

Dua minggu lebih sepuluh hari lagi Bagas akan berulang tahun. Cherry sibuk memikirkan akan memberikan hadiah apa di tahun ini.

Setiap tahunnya, Cherry tidak pernah absen memberikan kado untuk Bagas.

Namun, tahun ini Cherry bingung sekali ingin memberikan kado seperti apa.

Di lain tempat...

"Ke mana kita ngerayain ultah lo?" Reza.

"Gue pengen ke pantai bawa Sarah juga," Bagas.

"Ya elah! Kalo elo bawa Sarah, kita enggak bisa bebas bawa cewek dong," Ryan.

"Gue mau menghindar dari si ribet! Pasti dia bakal datang ke rumah gue, bawa kue, kado dan aneka makanan lain buat seisi rumah."

"Cherry?" Ryan.

"Ya. Siapa lagi yang paling ribet kalo ada di dekat gue?" Bagas menghisap kembali batang nikotin yang berada di tangannya.

"Eh, gue ada ide!" Ryan.

Bagas dan Reza menoleh berbarengan ke arah Ryan. Dan mereka mendengarkan dengan baik ide Ryan tersebut.

Keesokan harinya, seperti biasa, Cherry datang ke umah Bagas untuk memberikan bekal yang ia buat.

"Pagi, Bagas," sapa Cherry seperti biasa dengan wajah cerah.

"Pagi," balas Bagas.

Cherry menoleh ke arah Bagas dan membelalakkan kedua matanya tak percaya.

"Kenapa? Gue makin ganteng ya?" Bagas menggodanya.

"Kamu—enggak sakit kan?" Cherry meletakkan punggung tangan kanannya ke kening Bagas.

"Gue sehat, kenapa sih?!" Bagas menepis pelan tangan Cherry.

"Tumben kamu bales ucapan aku."

"Ditanggapi aneh, enggak di tanggapi nanti elo sedih."

Cherry tersenyum.

"Kenapa?" tanya Bagas heran.

"Hari ini kamu lebih banyak ngomong. Enggak dingin seperti biasanya. Aku senang kok." Cherry tidak berbohong, ia bahagia sekali ditanggapi oleh Bagas.

Bagas hanya tersenyum.

Cherry memasukkan bekal untuk Bagas ke dalam ranselnya.

"Terima kasih," ucap Bagas.

Sekali lagi, Cherry terkejut. Sungguh ini diluar kebiasaan Bagas. Namun, Cherry bahagia mendengarnya dan ia mengangguk seraya tersenyum lembut.

Ketika mereka berada di kampus pun, sikap Bagas tidak berubah. Ia tersenyum dan mulai menyapa Cherry duluan. Yang biasanya Bagas hanya akan membuang wajahnya, kini setiap kali mereka berbicara, tatapan Bagas melembut. Hati Cherry semakin meleleh.

Bagas juga mulai berani melakukan kontak fisik kepada Cherry, saat angin bertiup dan membuat rambut Cherry sedikit berantakan, Bagas tak segan merapikan anak-anak rambut Cherry yang menutupi wajah cantiknya.

Cherry bahagia.
Ya ampun! Sudah berapa kali Cherry mengatakan bahwa ia bahagia?

Hatinya semakin meleleh dengan sikap lembut Bagas, tatapannya, senyumnya dan perlakuannya.

Bolehkah Cherry menaruh harapan pada Bagas?

Ia benar-benar bahagia.

*****

Sudah dua minggu berlalu, Bagas masih bersikap lembut pada Cherry.
Cherry yakin seyakinnya, Bagas sudah berubah menjadi lebih baik.
Doa-doa Cherry selama ini yang ia lantunkan untuk pujaan hatinya, terjawab sudah.

Ini keinginan Cherry.

Bagas menjadi lebih lembut, baik, murah senyum, perhatian dan tampak peduli.

Bagasnya yang dulu kembali. Bagas yang baik dan manis, kembali ke sisi Cherry.

Bahkan, sudah tiga hari ini, Bagas selalu mengantar jemput Cherry ke kampus. Padahal jam kuliah mereka terkadang berbeda. Tapi Bagas menyempatkan diri untuk menjemput Cherry ke kampus.

Dan setiap harinya berlalu begitu indah bagi Cherry. Mereka mengobrol hal-hal random. Cherry begitu senang mengobrol dengan Bagas, dia begitu pandai menanggapi tiap obrolan dan mengemukakan pendapatnya tanpa terpengaruh dengan pandangan orang.

"Cher, lusa elo ada acara?" Bagas bertanya saat mereka sedang dalam perjalanan di dalam mobil Bagas.

"Emm, enggak ada sih. Jadwal kuliah juga enggak ada. Kenapa?"

"Kita jalan ke puncak yuk? Itung-itung nyolong liburan lah," Bagas.

"Ada acara apa emang di puncak?"

"Enggak ada. Gue bosen aja di sini, lagi pengen suasana puncak."

"Tapi kita enggak nginep kan?"

"Enggak. Kita jalan-jalan aja, suntuk gue. Mau temenin gue enggak?"

"Boleh. Reza dan Ryan naik mobil bareng kita?"

"Mereka enggak ikut. Kita berdua aja, rusuh kalo ada mereka. Bukannya liburan malah bikin masalah aja nanti mereka."

Akhirnya Cherry setuju dengan Bagas.

Hari dimana Cherry dan Bagas akan liburan ke puncak pun tiba. Sejak pagi, Cherry sudah bersiap dan tentu saja ia tak mengatakan akan ke puncak berdua dengan Bagas kepada kedua orangtuanya.

Ia mengatakan akan pergi ke puncak bersama teman-teman kampusnya.

Bagas sudah menunggu Cherry di depan supermarket tak jauh dari komplek rumah mereka. Agar tidak diketahui oleh kedua orangtua mereka, akhirnya mereka janjian bertemu disini.

"Udah siap?" tanya Bagas dengan segaris senyum terlukis di bibirnya.

Cherry mengangguk dan Bagas membukakan pintu mobilnya untuk Cherry. Sungguh manis sekali perlakuan Bagas.

Selama di perjalanan mereka mengobrol hal banyak.

Mereka berjalan-jalan mengelilingi daerah puncak. Melihat kebun teh dan berbelanja aneka pakaian yang ada di factory outlet.

Hingga sore saat akan pulang, tiba-tiba ban mobil Bagas pecah. Akhirnya mereka berhenti di sebuah kawasan villa mewah. Namun, jalanan sekitar sangatlah sepi, khas suasana pedesaan yang jauh dari hiruk pikuk.

"Kita enggak bisa pulang. Besok pagi baru bisa kita cari pom bensin terdekat," jelas Bagas.

"Terus gimana dong? Masa kita nginep di sini?" Cherry tampak cemas.

"Di sekitar sini ada villa temen gue, kita bisa menginap di sana aja dulu sementara."

"Jauh enggak?" Cherry.

"Lumayan kalau jalan kaki. Tapi lebih baik kan, daripada kita tidur di mobil?"

Cherry berpikir sebentar, tampaknya ucapan Bagas ada benarnya. Ya semoga saja, villa temannya Bagas itu bisa mengijinkan mereka menginap sementara hingga besok pagi.

Akhirnya mereka berjalan menuju villa temannya Bagas. Setelah mengambil barang-barang penting dari mobil, mereka segera menuju villa. Karena sebentar lagi gelap dan di sini sangat sepi. Cherry takut.

"Enggak usah takut, kan ada gue," Bagas yang menyadari ketakutan di wajah Cherry mendekap erat pundak Cherry. Menyalurkan rasa aman padanya.

*****

Tangsel, 11 Februari 2022.

Selamat membaca.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro