EPISODE SPESIAL: HARI KEMERDEKAAN

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

THIRD POV

Seperti yang kita ketahui, 17 Agustus adalah tanggal kemerdekaan Republik Indonesia. Para pahlawan berjuang mati-matian melawan penjajah, sampai rela mengorbankan nyawanya sampai titik darah penghabisan. Nama mereka diabadikan, walau ada beberapa pahlawan yang tidak tapi jasa mereka tetap dikenang.

Untuk mengenang dan memperlihatkan rasa terima kasih kepada pahlawan-pahlawan yang sudah gugur di medan perang, atau yang masih hidup, atau yang sudah tiada. Seluruh warga Indonesia mengadakan upacara 17 Agustus berserta dengan dilantunkan lagu ’17 Agustus 1945’, tidak lupa juga pembacaan jasa-jasa para pahlawan.
Bahkan mereka menempelkan bendera merah putih di pagar rumah untuk memperingati hari ini, dan berbagai hiasan lainnya yang melambangkan Indonesia. Selain itu, warga Indonesia mengadakan lomba khusus di tanggal 17 Agustus. Berbagai macam lomba yang diadakan, seperti lomba makan kerupuk, balap karung, jalan membawa kelereng dengan sendok di mulut, dan lainnya. Biasanya banyak sekali anak-anak yang ikut serta di lomba, begitu juga dengan orang dewasa.

Alfa dan anggota eskul film juga akan mengikuti lomba-lomba yang ada. Sekarang mereka semua berada di lapangan, menunggu lomba yang mereka ikut dimulai.

“Wahhh, banyak sekali orang-orang yang datang kemari,” komentar Jill.

“Jadi, ini adalah hari penting di negara ini. Pantas saja mereka terlihat sangat semangat sekali,” ucap Kosaki. “Aku jadi merasa bersalah, karena negaraku pernah menjajah negara ini,” lanjutnya.

“Sudahlah, Kosaki. Itu masa lalu, sekarang kita hidup damai dan bersahabat,” jawab Alfa dengan wajah datar… memang dia seperti itu.

“Iya, Alfa benar,” ucap Nisya.

“Aku merasa bersyukur, bisa menikmati kedamaian ini,” ucap Risma.

“Maka dari itu, kita harus benar-benar berterima kasih kepada para pahlawan yang sudah membuat kedamaian ini terwujud,” balas Siska.

“Kalau begitu, kita tidak boleh kalah dalam perlombaan. Kita akan persembahkan kemenangan ini untuk para pahlawan kita!” semangat Tio.

“Oooo!!” jawab mereka semangat, kecuali Alfa… dia memang seperti itu.

Pertama adalah pertandingan membawa kelerang dengan sendok di mulut, Alima dan Nisya yang mengikut pertandingan ini.

“Nisya, Alima, selamat berjuang,” ucap Alfa.

“I-Iya, aku akan berusaha dengan keras,” jawab Nisya.

“A-Aku juga akan berusaha dengan keras,” jawab Alima tidak mau kalah semangat.

Pertandingan pun dimulai. Kebanyakan dari peserta kesulitan, karena harus menyeimbangkan tubuh mereka dan mempertahankan kelereng supaya tidak jatuh. Bahkan mereka harus berjalan pelan-pelan dan kadang harus mundur lagi untuk mempertahankan kelerang itu tidak jatuh. Akhirnya, pemenangnya adalah peserta lain. Walau mereka berdua kalah, tapi mereka sudah senang.

Kedua adalah pertandingan makan kerupuk, Siska dan Anisa yang mengikuti pertandingan ini.

“Apakah kalian tadi sudah sarapan?” tanya Alfa.

“Eh, ke-kenapa tiba-tiba menanyakan itu?” kaget Siska.

“Tidak, hanya saja karena lomba kalian adalah makan, cara ampuh adalah membiarkan perut kalian merasa lapar.”

“Dasar, Alfa. Kau ini ada-ada saja,” balas Anisa.

Pertandingan pun dimulai. Tentu saja karena tinggi Siska yang terbilang lebih tinggi dibanding rata-rata wanita lain, jarak antara kerupuk dan mulutnya harus sedikit lebih jauh lagi dibanding peserta lain. Kebanyakan dari peserta bertubuh kecil, terlebih kebanyakan adalah anak-anak kecil. Akhirnya pertandingan dimenangkan oleh Siska, dia berjuang dengan keras sekali.

Ketiga adalah pertandingan menangkap belut, Risma yang mengikuti pertandingan ini. Oh iya, mereka tidak disuruh pergi ke sawah, tapi sudah disediakan kolam karet yang berisi banyak belut.

“Cukup mengejutkan ada perempuan yang mau ikut pertandingan ini,” ucap Alfa.

“Hehh, kau meremehkan perempuan?” balas Risma.

“Tidak, justru aku menghormati perempuan, karena mereka adalah calon ibu.”

“Dasar, kau dapatkan minus delapan.”

“Eh, nilai itu lagi?”

“Walau begitu, tertutupi dengan plus dua puluh.”

Pertandingan pun dimulai. Mereka dengan semangat… tepatnya dengan kewelahan berusaha menangkap makhluk mirip ular yang licin ini. Tentu Risma juga kewelahan, tapi dia tetap terus berjuang dengan keras. Walau para peserta kewelahan menangkap belut itu, bukan ekpresi kesal yang mereka keluarkan melainkan kebahagiaan yang terpancar, begitu juga dengan Risma. Akhirnya pertandingan berakhir, dan pemenangnya tidak diduga adalah Risma… dengan jumlah belut dua yang berhasil didapatkan.

Selanjutnya adalah pertandingan lari dengan menggunakan baju panjang setelan ibu-ibu, Elyna dan Mawar yang mengikuti pertandingan ini.
“Kalian terlihat sangat bagus sekali dengan pakaian itu,” ucap Alfa.

“Kak Alfa mengejek kami?” kesal Elyna.

“Tidak, tapi aku hanya bilang suatu saat nanti kalian menjadi ibu-ibu dan menggunakan pakaian seperti itu terlihat sangat cocok sekali.”

“Dasar, kak Alfa benar-benar tidak sopan,” balas Mawar.

Pertandingan pun dimulai. Karena pakaiannya rok panjang sampai menutupi seluruh kaki, tentu saja mereka akan kesulitan berlari, apalagi peraturan tidak memperbolehkan mereka mengangkat rok itu. Kejadian unik banyak terjadi, ada yang hampir jatuh, roknya sedikit robek karena memaksa untuk berlari, dan ada juga yang menjadi jalan pelan. Akhirnya pertandingan dimenangkan oleh peserta lain.

Selanjutnya adalah mengambil koin yang sudah ditempelkan di bola besar yang digantungkan, Kirisaki dan Jill yang mengikuti pertandingan ini.

“Tidak disangka, kalian mau ikut pertandingan itu,” ucap Alfa.

“Karena sepertinya sedikit lebih mudah dibanding pertandingan lain,” jawab Jill.

“Padahal aku tadinya mengira kalian bukan memilih pertandingan ini.”

“Tenang saja, Alfa-kun. Kami akan berjunang dengan sekuat tenaga kami,” jawab Kirisaki.

“Baguslah kalau begitu, usahakan lidah kalian jangan sampai kena, pasti rasanya akan tidak enak.”

“Eh?”

Pertandingan pun dimulai. Mereka berdua terdiam sejenak, melihat ke arah bola yang sudah ditempeli koin-koin dan dilumuri cairan hitam yang terlihat menjijikan. Wajar saja mereka harus diam dulu, karena mereka terkejut dengan perkiraan mereka. Awalnya mereka mengira kalau pertandingan ini hanya mengambil koin-koin yang menempel sebanyak mungkin… memang benar, tapi mereka tidak tahu kalau caranya adalah dengan mulut mereka, ditambah ada cairan hitam menjijikan yang melapisi koin itu.

Mau tak mau mereka harus berusaha mengambil satu koin saja dengan mulut mereka, karena dilihat oleh Alfa. Pasti sangat malu sekali kalau mereka tiba-tiba menyerah, karena sudah bilang ‘akan berjuang sekuat tenaga’. Dengan enggan, mereka mengambil koin-koin itu. Pertandingan selesai, pemenangnya adalah peserta lain. Oh iya, dengan bibir yang terlapisi cairan hitam menjijikan dan amarah yang besar. Mereka berdua berlari mengejar Tio, yang tak lain adalah dalang informasi yang kurang tepat dari pertandingan itu.

Selanjutnya adalah tarik tambang kelompok, Alfa dan Tio ikut serta.

“Alfa, semangat,” ucap Nisya.

“Kalau kau berhasil menang, plus empat untukmu,” ucap Risma.

“Semangat, kak Alfa,” ucap Elyna.

“Alfa-kun, ganbatte,” ucap Kirisaki.

“Akan aku buatkan tempe mendoan kalau kau menang, Alfa,” ucap Alima.

“Se-Semangat,” ucap Siska.

“Pastikan kau harus menang,” ucap Anisa.

“Semangat, kak Alfa,” ucap Mawar.

Fight! Keluarkan seluruh kemampuanmu, Alfa,” ucap Jill.

“Baik, aku akan berjuang,” jawab Alfa.

“Ka-Kalian tidak memberikan semangat untukku…?” keluh Tio. Bukannya ucapan penyemangat, tapi tatapan tajam didapatkan oleh Tio. Walau yang dijahili adalah Jill dan Kirisaki, tapi mereka semua sedikit kesal dengan Tio… terutama para wanitanya.

Alfa berada di posisi paling depan, entah kenapa dia diposisikan di sana, mungkin karena dia terlihat lebih kuat dibanding peserta di tim-nya. Di depan Alfa, yaitu musuh yang mendapatkan posisi menarik paling depan adalah seorang bapak-bapak yang terlihat kuat dengan tubuhnya yang kekar… tidak terlalu kekar… tapi terlihat cukup mengerikan. Entah kenapa, Alfa tiba-tiba memasang wajah sangat mengerikan. Bahkan, bapak, musuh Alfa yang di depan sedikit terkejut dan memasang wajah sedikit gemetar ketakutan.

Pertandingan pun dimulai, dan dengan cepat tim dari Alfa menang. Hal itu terjadi karena musuh Alfa yang di posisi paling depan tidak sengaja melepaskan pegangnnya pada tali tabang, akibatnya kekuatan musuh berkurang dan dapat dikalahkan dengan mudah.

“Padahal baru saja dimulai, ternyata mereka lemah juga,” komentar Tio. Alfa pun berbalik, tiba-tiba Tio memasang wajah ketakutan. “Ka-Kak Alfa… Kau… terlihat menyeramkan!”

“Eh, maaf.” Alfa menutup wajahnya dengan kedua tangannya, lalu dilepaskan dan sebuah wajah datar biasa terekpresi di wajah Alfa.

“Pa-Pantas saja bapak tadi kelihatan ketakutan, ternyata tadi kak Alfa memasang wajah menyeramkan itu.”

“Se-Semenyeramkan itu, kah?”

“I-Iya, kau terlihat seperti orang yang haus akan darah dan nyawa.”

“Be-Begitu, ya…” Alfa pun pergi menghampiri para gadis-gadis itu.

Tio hanya bisa sedikit bingung, mendapatkan respon seperti itu. Padahal dia mengira akan membalas candaan Tio seperti biasa, tapi Alfa hanya bilang ‘begitu, ya’ lalu pergi. Walau begitu, Tio tidak memikirkannya, mungkin karena perasaannya sedikit kesal bisa menang dengan mudah sekali, jadinya tidak terlalu menyenangkan.

***

Sore hari pun tiba, seluruh pertandingan dan hari perlombaan 17 Agustus selesai. Seluruh panitia penyelenggara membersihkan lapangan. Sedangkan Alfa dan lainnya sedang duduk di atas karpet yang sengaja mereka bawa untuk tempat istirahat di pinggir lapangan.

“Ahhh, mulutku masih terasa cukup pahit,” keluh Jill.

Alfa berdiri menghampiri Tio, lalu duduk sambil memegang kedua pundak Tio. “Kalau kalian masih kesal dengan Tio, aku akan menahannya supaya kalian bisa dengan mudah memukul wajahnya,” ucap Alfa.

“Ka-Kak Alfa… kau mengkhianatiku…” ucap Tio.

“Ti-Tidak perlu, Alfa-kun,” ucap Kirisaki. “Aku senang mendapatkan pengalaman baru.”

Alfa pun melepaskan cengkraman ke pundak Tio, dan kembali lagi ke posisi duduk awal. “Kalian sepertinya sangat menikmati permainannya.”

“Iya, sangat menyenangkan,” jawab Kirisaki.

“Oh iya, Nisya, apakah kita akan membuat film tentang kemerdekaan?” tanya Risma.

“Eh, itu… kurasa tidak… Karena Alima tidak bisa membuat cerita seperti itu,” jawab Nisya.

“I-Iya… maaf. Aku kurang pandai dalam sejarah… dan aku takut salah cerita,” ucap Alima.

“Sudahlah, yang penting sekarang kita bisa bersenang-senang,” ucap Alfa.

“Benar,” jawab mereka.

Mereka pun makan makanan yang mereka bekal untuk menghilangkan rasa lapar karena lelah mengikuti pertandingan.
################################

17 Agustus tahun 45.
Itulah hari kemerdekaan kita.

Yap, aku membuat cerita spesial ini untuk memperlihatkan tanggal yang sangat berarti di Indonesia.

Awalnya aku mau buat cerita peperangan masa penjajahan, tapi kata Alima tadi. Aku tidak terlalu pandai dalam sejarah, takutnya kenapa-napa. Ditambah, kebanyakan anggota adalah perempuan, jadi tambah bingung. Tapi, aku harap kalian suka dengan ceritanya. Terima kasih.

Salam kenal, Alfa Tomo a.k.a MAlfharizy. Merdeka!

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro