2. Lie to me?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ah, kasian kamu. Nanti sama aku jalannya, ya."
San hanya menarik kedua sudut bibirnya keatas kala itu, mendengar ajakan Vera hangout. San telah selesai bercerita dengannya, mengenai sahabatnya yang saat itu jarang menghubunginya dan lebih sibuk dengan urusan yang lain. Kalaupun menghubungi, hanya karena hal penting saja. Tidak ada gurau ataupun obrolan tidak penting antara mereka. Lagi, untuk saat ini.

"Nanti bakal aku traktir, kok. Tenang aja," sambung Vera, tidak lupa menampakkan senyum lebarnya. San hanya balas mengangguk, dengan kedua mata ia tujukan pada Vera, sekedar ingin melihat kesungguhan yang San yakini tercermin dari wajahnya.

*

San membuang napas berat, ketika ia melihat isi dompetnya yang hanya tersisa beberapa lembar rupiah. Memang, akhir-akhir ini ia kesulitan dalam keuangan. Meski bukan anak kos yang terkenal dengan 'sakitnya tanggal tua', begitu juga ia. Anak rumah yang tinggal dalam keluarga pas-pasan dan penuh konflik (yang membuatnya stress sehingga menjadikan makanan sebagai pelampiasan dan tentunya menghabiskan uang untuk memenuhi kebutuhan).
Perkataan, yang bisa dikatakan janji oleh Vera terputar kembali dalam kepalanya. Membuatnya kembali membuang napas. Dari pandangan yang dibuang ke luar jendela, beralih pada ponsel yang layarnya hitam: dalam mode tidur, tidak ada notifikasi. Kedua netranya meredup, ketika ia sadar bahwa sudah lewat lima hari sejak hari-H 'janji' Vera.
Mencoba berbaik sangka, San mencoba tersenyum. Barangkali Vera masih sibuk, ujarnya dalam hati. Meyakinkan diri sendiri.

Tidak lama setelah 'perenungan', layar ponselnya menyala. Ia merasa malas mengambilnya kali ini. Maka ia hanya menengok pemberitahuan yang masuk. Pesan masuk dari Vera di akun BBM nya.
"Maaf ya, San. Aku gak bisa nih jalan ama kamu. Duitnya dipakai buat bayar SPP."
Lumayan singkat. Jelas. Dan lumayan juga menyakitkannya bagi San. Namun, mencoba berlapang dada, ia hanya membalas "Iya".

*

Beberapa jam setelah Vera menyampaikan hal itu, Sahabat Vera-yang juga temannya mengunggah fotonya dan Vera hangout di suatu kafe, dengan senyum penuh kebahagiaan.

"Ternyata benar." San bergumam pelan. Ia tersenyum. Lagi. Tentunya, senyum yang tak berarti bahagia.

*

San berteman dengan Vera sudah lama, sejak kelas X di SMA. Memang San tidak terlalu menyukai Vera, karena ia bukan tipe yang bisa diandalkan, bahasanya pun aneh dan kadang hanya di-iyakan saja oleh San karena tidak mengerti apa yang ia katakan. Namun, Vera adalah orang menengah-keatas yang sudah banyak berjasa untuknya-tidak selalu menolong bila ada kesusahan, tetapi dari segi kebendaan Vera dan Orang Tuanya tidak ragu untuk memberi. Bahkan San pernah diberikan ponsel ketika ia bercerita bahwa ponselnya rusak dan sulit dihubungi.
San tidak menyukai Vera, tetapi tidak membenci. Paling tidak sebelum kejadian itu.

*

San mengunggah sebuah gambar-sebagai ganti sekaligus pembalasan. Bahwa ia tidak suka dikasihani. Namun, setelahnya Vera menulis status di recent update BBM nya "Cukup tahu."
Jadi, San mencoba berpikir. Kali ini, siapa yang salah?

.

The End

Pernah? Pernah di-PHP kayak gini? Sakit? Sebaiknya jangan ditanya :)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro