38. Kematian

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Talia terus bermanuver untuk menghindari serangan naga. Kini Talia sudah terbang sampai ke atas gedung sekolahnya. Drama kejar-kejaran itu menarik perhatian banyak orang di akademi. Para profesor pun keluar dari kelas dan mencoba menghentikan naga tersebut. Akan tetapi, naga itu begitu kuatnya, seluruh serangan sihir yang dilontarkan padanya sama sekali tidak berpengaruh.

Beberapa orang bahkan ikut terbang untuk menyelamatkan Talia. Namun sang naga begitu presisten ingin memburu gadis itu. Alhasil para penyihir yang berupaya menyelamatkan Talia itu pun harus terhempas karena napas api naga yang mengenai mereka.

Kyle kembali muncul dan terbang di belakang sang naga. Ia mencoba segala cara untuk mengalihkan perhatian naga tersebut. Usaha Kyle tidak membuahkan hasil apa-apa. Talia sudah berada di ujung tanduk. Ia tidak bisa lagi terbang lebih lama karena sapu terbangnya kini sudah terbakar separuhnya. Talia akhirnya mencoba untuk mendarat di halaman Akademi, dekat dengan danau.

Beberapa orang di bawah sana segera menyingkir karena sang naga terus saja menyemburkan api. Tepat saat kaki Talia hendak menyentuh tanah, mendadak cakar naga tersebut menyambar tubuh Talia. Gadis itu memekik kesakitan karena rusuknya seperti mau remuk dicengkeram oleh kaki naga dengan kuat.

Talia berteriak dan meronta, tetapi sang naga justru membawa tubuhnya membumbung tinggi ke langit. Kyle dan beberapa profesor lain terbang mengikuti dari belakang. Mereka melempar matra-matra sihir untuk menjatuhkan sang naga. Namun sekali lagi, naga tersebut punya kulit yang sangat kuat sehingga semua jenis serangan tersebut tidak berpengaruh padanya.

Setelah terbang berputar-putar selama beberapa saat, naga itu pun membawa Talia ke lembah belakang bukit. Sang naga menukik tajam ke bawah dan langsung membawa tubuhnya terbang masuk ke dalam gua yang pernah dilihat Talia dalam mimpinya.

Kyle dan para profesor yang mengikuti naga tersebut tertinggal jauh karena sang naga terus terbang berputar-putar sedari tadi, berusaha mengecoh para pengejarnya. Talia kini sepenuhnya sendirian dan hanya bersama sang naga dalam gua gelap yang begitu panas.

Naga itu lantas melemparkan tubuh Talia ketika mereka sudah mencapai perut bukit. Sebuah ruangan batu luas yang berisi stalaktit dan stalakmit yang tajam. Talia jatuh terjerembab di lantai gua yang berbau belerang kuat. Seluruh tubuhnya terasa nyeri dan tidak bisa digerakkan. Sepertinya beberapa tulangnya patah karena cengkeraman naga.

Talia mencoba memanggil spirit apinya, Smoke. Sambil gemetaran ia berusaha melindungi diri. Sang naga sudah berdiri di hadapannya dengan mata bengis dan hawa membunuh yang kuat. Smoke muncul di saat yang tepat. Spirit apinya itu begitu terkejut ketika melihat seekor naga raksasa sudah berdiri di hadapan mereka.

“Aku tidak yakin bisa mengalahkan makhluk ini, Kontraktor. Kekuatan sihirmu tidak cukup kuat untuk membuatku berubah dalam wujud asliku. Kecuali kau punya cukup energi sihir, aku mungkin bisa mengalahkan seekor naga,” kata Smoke terus terang.

“Tidak apa-apa, Smoke. Ulur waktu saja sampai bantuan datang. Kyle atau para profesor pasti sudah dalam perjalanan kemari,” pinta Talia lemah.

Smoke menuruti perintah gadis itu. Dengan suara koak keras, spirit api itu pun mulai menyerang naga. Selama beberapa waktu, perhatian sang naga berhasil teralih. Smoke bagaikan serangga menyebalkan yang terus-terusan menyengatnya dengan api. Beberapa kali Smoke mengarahkan serangannya ke mata sang naga, bagian terlemah dari makhluk tersebut.

Akan tetapi, naga itu tetap lebih kuat dari spirit api Talia. Energi sihir gadis itu pun juga sudah semakin menyusut. Sebentar lagi ia mungkin sudah tidak bisa memperhtahankan keberadaan Smoke lagi. Talia sudah berada di ambang batasnya.

Tak berapa lama kemudian, sebuah aura gelap muncul dan menutupi seluruh lantai gua. Talia menyadari bahwa itu adalah kekuatan Kyle. Pemuda itu sudah menemukannya! Talia sedikit merasa lega karena setidaknya ia bisa mengharapkan sebuah pertolongan. Kyle muncul tak lama kemudian, dipenuhi aura energi gelap yang sangat menekan. Kedua mata pemuda itu bahkan sudah berubah menjadi hitam seluruhnya.

Jantung Talia mencelos. Penampilan Kyle itu persis seperti yang pernah dilihatnya di visualisasi masa depan. Kyle sudah nyaris dikuasai oleh kegelapan. Talia harus mencegah Kyle agar tidak berubah menjadi lebih buruk.

“Ky, Kyle … ,” rintih Talia mencoba memanggil sahabatnya.

Kyle bergeming. Ia masih melayang setinggi sepuluh inci dari tanah, mendekati sang naga. Tubuh naga itu secara perlahan diliputi oleh aura gelap. Naga itu tampak menunggu Kyle berada cukup dekat dan tidak melakukan apa-apa.

“Mati,” desis Kyle dengan suara yang sama sekali tidak dikenali Talia.

Suaranya begitu dingin, dalam, dan penuh kebencian. Tak lama kemudian, aura gelap yang melingkupi tubuh naga tersebut mendadak berubah menjadi semacam tentakel yang solid. Tentakel-tentakel hitam itu membelit dan mencekik tubuh sang naga sedemikian rupa hingga makhluk tersebut meraung begitu keras karena kesakitan.

Api menyembur dari mulut sang naga, membuat ruangan gua menjadi begitu panas membakar. Talia memekik keras karena tubuhnya turut terkena hempasan api yang menyakitkan. Ujung kaki Talia bahkan terbakar hangus hingga membuat gadis itu mengerang kesakitan.

“Kyle!” teriak Talia kesakitan.

Sekonyong-konyong Kyle muncul di sisinya. Pemuda itu tidak lagi terlihat mengerikan. Matanya sudah berubah normal dan ia pun berlutut di sebelah Talia dengan ekspresi cemas.

“Talia. Ayo kita keluar dari sini,” ucap Kyle sembari berusaha membopong Talia.

Akan tetapi, sebelum Kyle berhasil mengangkat tubuh Talia, mendadak cakar naga muncul dari balik api yang menyala-nyala. Kejadiannya cepat sekali, hingga Talia pun sama sekali tidak menyadarinya.

Cakar naga itu muncul begitu saja dan dengan kukunya yang tajam, naga tersebut mengoyak tubuh Talia dengan brutal. Darah Talia tersembur dari dada dan perutnya yang terluka. Gadis itu pun memuntahkan darah yang tak kalah banyaknya.

Rasa sakit luar biasa mendera Talia, ia tidak bisa lagi menggerakkan tangan atau kakinya. Talia kehilangan banyak darah dan menyadari, ia mungkin tidak akan bisa bertahan lagi.

“Ky … Kyle … ,” rintih Talia lemah.

Hal terakhir yang diingat Talia adalah ekspresi Kyle yang begitu tercengang. Seluruh kekuatan gelapnya muncul dari dalam tubuh Kyle, membuat kulit tangan pemuda itu berubah menjadi hitam legam. Kedua mata Kyle turut menjadi hitam sepenuhnya dan ekspresinya tidak lagi seperti manusia. Kyle seolah berubah menjadi hewan buas yang marah.

“Kyle … jangan … ,” rintih Talia yang menyadari Kyle akhirnya sudah benar-benar termakan oleh kegelapan.

Pemuda itu sudah tidak bisa lagi mendengarkan Talia. Satu-satunya hal yang ada dalam pikiran Kyle sekarang hanyalah nafsu untuk menghancurkan. Kyle kembali menegakkan tubuhnya, berbalik lalu dalam satu serangan singkat, pemuda itu menghajar naga yang menjulang tinggi di atas mereka.

Suara pertarungan keduanya begitu mengerikan hingga membuat Talia menitikkan air mata. Beginikah cara dia mati? Dan sekarang di depan matanya, Kyle sudah berubah menjadi kegelapan. Pemuda itu mungkin akan melakukan hal-hal buruk seperti dalam penglihatannya di masa depan. Talia sudah gagal mencegah Kyle berubah menjadi penjahat. Alih-alih, justru dialah yang membuat Kyle termakan kegelapan. Kematian Talia memicu kejahatan Kyle. Dan dia sendiri kini harus kehilangan nyawa.

Talia menangis, dan semakin lama tubuhnya semakin lemas. Ia begitu lelah. Rasa sakit luar biasa membuat Talia ingin segera mati saja. Sekilas ia mengingat ayahnya. Ia akan mati dan tidak bisa melihat satu-satunya keluarganya lagi. Kesedihan itu membuat Talia memaksa tubuhnya untuk bergerak.

Dengan sisa-sisa tenaganya, Talia menggenggam liontin merah pemberian ayahnya. Ia tidak ingin melihat Kyle yang mengamuk lagi. Ia ingin melihat ayahnya untuk terakhir kali. Talia memejamkan mata, memikirkan tentang ayahnya sembari menggenggam Kristal merah. Detik berikutnya, tubuh gadis itu pun menghilang. 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro