Dunia Penuh Skenario

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Hais sial kenapa lelaki itu ke sini?" gerutu seorang gadis, ia baru saja memasuki ruang latihan. Ia memutar musik lalu mulai berlatih seorang diri.

"Hei girl!" Cukup lama gadis itu memejamkan mata sembari merapatkan bibirnya setelah mendengar ada yang menyapanya. Tak ada orang lain di dalam ruangan selain dirinya. Tanpa merespon gadis itu meneruskan aktivitasnya sembari menunggu pelatih datang.

"Hei!" Taehyung masih berusaha mengalihkan perhatian gadis itu agar mau melihatnya.

"Senior, bisakah kau diam! Kau membuyarkan konsentrasiku." Akhirnya gadis itu mau berucap, mulai menatap dingin yang tak bersahabat.

****

Daezi membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Pemilik ruangan yang semula tengah menerima telepon langsung mendongak, melihat siapa yang datang sembari menggebrak pintu. Lelaki gemuk itu berdiri, ia mempersilahkan Daezi duduk di sofa. Mulai menyuruh sekretarisnya untuk mengambilkan minuman.

Tanpa basa-basi Daezi menanyakan sesuatu yang sudah membuatnya marah. Lagi-lagi aku terjebak dalam situasi yang rumit. Ia menatap tajam pada lelaki gemuk yang kini berjalan ke arahnya. Wanita mengenakan higheels berwarna putih dan short dress putih yang terbalut blazer berwarna krem itu terlihat kesal. Ia tidak bisa mengontrol diri, amarahnya sudah di ujung tanduk.

Tatapan tajamnya sudah seperti orang kesurupan setan yang siap mencabik-cabik orang lain dengan kukunya, itupun jika memiliki kuku. Ia mulai mengkomplain sesuatu yang berada di benaknya, bagaimana bisa kekasihnya menjadi, Salah satu artis di agensi sialan ini.

Produser hanya melipat tangannya di dada, lelaki itu terlihat santai. "Bukankah itu keuntungan? Kalian bisa memablikasi hubungan kalian. Asal kau tahu saja seorang bintang hanya layak bersanding dengan bintang. Setidaknya aku ingin membantumu."

"Apa katamu?" Hembusan napas Daezi lebih terdengar seperti orang yang sudah muak. Ia tidak ingin lagi menjadi artis, kariernya akan segera berakhir. Tapi aku tidak yakin, kekasihku sekarang anggota boyband.

Kenyataan telak yang harus diterimanya. Semua membutuhkan trik, Shinhyuk menggunakan berbagai cara agar Daezi tetap bertahan di agensinya. Mana mungkin aku melepasnya, dia adalah emas di agensi ini.

Perdebatan yang tak membuahkan hasil, hanya membuat Daezi semakin kesal. Wanita itu melangkah keluar menuju tempat trainee. Ia memasuki ruang latihan, melihat seorang gadis tengah berlatih sedangkan adiknya mencoba mengajak gadis itu untuk berbicara.

Yuhwa membungkukkan tubuhnya setelah menyadari keberadaan Daezi. Ia tersenyum manis pada wanita itu lalu mulai membuang muka ketika Taehyung yang dengan tiba-tiba berdiri tepat di depannya.

"Kim Tae Hyung! Antarkan aku ke dormmu!" Daezi mendekati keduanya.

"Aku tidak bisa, kau tahu sekarang aku sedang sibuk." Taehyung tersenyum pada Yuhwa yang semakin membuang muka.

Gadis itu sama sekali tidak mengharapkan kehadiran lelaki yang menurutnya menyebalka seperti Taehyung. Hanya satu lelaki yang di harapakannya, lelaki yang memikat hatinya semenjak menjadi trainee di Bighit. Sibuk? Dia bilang sibuk? Yuhwa menghembuskan napas dengan kencang, ia tidak ingin terlibat urusan yang tidak dimengertinya. Gadis itu membungkuk lalu meninggalkan kedua seniornya. Ia melangkah keluar, tapi tangan Taehyung terlebih dulu meraihnya, membuatnya menghentikan langkah kaki.

"Kalau begitu beritahu saja dimana dormmu?" Daezi memaklumi Taehyung, ia tidak akan mengganggu adiknya lagi. Setelah mendapat alamat, segera ia keluar dari ruang latihan. Langkahnya terhenti ketika Yuhwa memanggilnya. Memintanya agar mengajak Taehyung pergi.

"Kak Taehyung hanya bersantai," kata Yuhwa. Ia juga menatap tajam ke arah Taehyung, menunjukkan bahwa keberadaan lelaki itu hanya akan menambah kepenatannya.

"Sudah sana pergi!" Taehyung mendorong Daezi agar segera pergi.

Daezi menancap gas dalam-dalam, mengemudikan mobil dengan kecepatan di atas rata-rata menuju alamat yang diberikan oleh adiknya. layaknya seorang pembalab yang kalab, ia meliak-liukan mobil melewati dan mendahului mobil lain.

Setibanya di dorm, ia memencet bell rumah yang tidak terlalu besar, tapi cukup luas. Rumah yang dulunya sempat ia tinggali sebelum dirinya pindah ke apartement. Ia menuruni mobil pribadinya yang berwarna merah tanpa mengunci terlebih dahulu. Rupanya apa yang dilihatnya di lobi agensi tadi membuatnya tak bisa mengingat hal-hal semacam mengunci mobil. Wajah kesal serta kecewa terpapar jelas di wajahnya. Rasa-rasanya ia siap membunuh siapa pun yang akan menghalangi langkahnya dengan sekali tatapan.

Ia memencet bell rumah, sosok lelaki membukakan pintu untuknya. Lelaki itu membuka mulut lebar-lebar dengan mengerjap-ngerjapkan mata tak percaya, setelah melihat wanita yang berdiri di depannya. Daezi, apa aku bermimpi? Jelas jika Jimin sangat senang, ia selalu mengharapkan moment seperti ini.

"Kau bernama Jimin, kan? Apa lelaki bernama Yoongi berada di dalam?" Raut wajah Jimin seketika berubah, semula ia senang karena senior yang diidolakannya mengetahui namanya. Ia memberengutkan wajahnya, Jadi dia kemari mencari kak Suga!

"Aah kak Suga?" Jimin sengaja berlama-lama agar bisa mengobrol dengan seniornya yang hampir tak pernah sekalipun bertatap muka. Jelas jika ini adalah sesuatu yang langka, langka karena kejadian seperti ini hampir dan bahkan tak pernah terjadi.

Mendengar namanya disebut, segera Yoongi keluar dari dalam kamarnya. Ia berdiri terkejut dengan apa yang dilihatnya. Daezi masih berdiri dengan tatapan marah, air matanya hampir merebak di kedua matanya. Lelaki bermata sipit, kulit putih pucat dan berambut pirang itu mulai mendekat. Ia sama sekali tidak menghiraukan Jimin yang sepertinya mulai kebingungan. Tatapan keduanya sangat tajam, Jimin melihat ke arah Daezi lalu ke arah Yoongi beberapa kali sampai-sampai lehernya sakit.

"Kenapa seperti ini?" Daezi mulai mengajukan pertanyaan yang setahun belakangan ini berada di benaknya. "Aaah ... mengenai pesan dan teleponku, kini aku tahu jawabannya apa. Rupanya kau sibuk menjadi trainee untuk mempersiapkan debutmu."

Jimin semakin terlihat bingung, ia tidak tahu mengarah kemana pembicaran wanita dan lelaki yang tengah saling tatap satu sama lain dengan tatapan tajam. Pesan dan teleponku?

"Park Ji Min, kau bisa pergi!" titah Yoongi dengan nada dingin yang membuat Jimin tersentak kaget. Mana mungkin lelaki itu akan pergi dengan mudahnya, mengingat Jimin selalu sibuk mencari informasi tentang artis di sampingnya. "Pergi kataku!" bentak Yoongi dengan meninggikan suaranya. Lalu menambahi, "Dia akan menjadi pasanganku di WGM."

"Aaah ... kalau begitu kau akan menolak Kak Suga, kan?" Belum sempat Jimin melanjutkan ucapannya, Yoongi sudah terlebih dulu meraih tangan Daezi agar mengikuti langkahnya untuk pergi dari dorm. Yoongi membukakan pintu, wanita itu diam dan mulai memasuki mobil. Tatapannya lurus ke depan, ia sangat marah.

Yoongi pun juga tak kalah marahnya, kakinya menginjak gas dalam-dalam. Mengemudikan mobil dengan kecepatan tinggi, seakan-akan mereka berdua siap bertemu maut. Kekecewaan jauh lebih menakutkan dari pada bertemu maut, Apa ini akhir? Daezi memejamkan mata, kekecewaan dalam dirinya tak bisa digambarkan. Ia merasa dikhianati oleh orang yang paling dicintainya.

"Kenapa kau lakukan semua ini?" Setelah beberapa saat terdiam, aikhirnya Yoongi angkat bicara memecah keheningan yang sedari tadi tercipta di antara keduanya.

"Harusnya aku yang bertanya." Daezi menanggapi pertanyaan Yoongi tanpa melihat ke arah lelaki itu. Mendadak yoongi membanting setir ke tepi jalan. Ia memukul setir membuat klakson berbunyi nyaring di telinga mereka. Tak ada satu pun orang yang akan mempertontonkan pertengkaran mereka bahkan Jimin sekalipun. Saat ini mereka tengah di kelilingi oleh hutan. Jarang orang melewati jalanan berkelok yang sepi itu.

"Di saat kontrakku akan berakhir, kenapa kau malah menjadi artis?" Daezi mulai menatap tajam ke arah Yoongi, meninggalkan pandangan yang semula menatap lurus ke arah depan.

"Aku rasa kau tahu jawabannya." Yoongi menimpali tanpa melihat ke arah wanita di sampingnya.

"Apa? Jadi selama ini aku sibuk menunggu balasan pesan darimu karena ini? Tak satupun pesanku yang kau balas, tak satupun panggilanku yang kau angkat, karena kau sibuk menjadi trainee?"

"Jangan berpura-pura! Aku sudah tahu seperti apa skenario yang akan kau buat." Yoongi mengarahkan tatapan kebencian pada wanita yang saat ini juga menatapnya. Hening, ia hanya mendengkus kesal.

"Apa kau tahu akulah yang akan jadi pasanganmu di WGM?"

"Tentu saja aku tidak tahu, aku dengar wanita itu menolak."

Daezi menitihkan air matanya, ia tidak habis pikir dengan lelaki di sebelahnya. Air mata yang menitih sudah tak terhitung lagi. Ia juga membuka pintu mobil kemudian keluar. Ia menjongkokkan diri sembari menangis sejadi-jadinya. Yoongi mencoba mendekatinya, tapi wanita itu mendorong dan mengatakan untuk tidak menyentuhnya.

"Aku tidak pernah mengikuti acara seperti itu, kau tahu karena apa? Karenamu, KARENAMU ...."

"Kau tahu betapa jahatnya dirimu itu Choi Dae Zi, kau biarkan aku menunggumu tanpa kabar sedikit pun. Aku memang berniat menjadi artis agar kau melihatku, agar kau melihat betapa sedihnya aku yang kau khianati. Bagimana aku tidak marah melihat undangan yang berada di kotak surat rumah kita. Sebuah undangan yang bertuliskan namamu dan lelaki lain." Yoongi juga menitihkan air mata, tapi cepat-cepat ia menghapusnya. Ia tidak akan menunjukkan kelemahannya, Tidak lagi. Perasaan kalut berbulan-bulan lalu menjadikan dirinya lelaki yang kuat. Lelaki yang tidak akan mudah dibohongi, lelaki yang tidak akan percaya dengan skenario buatan manusia.

"Surat undangan? Bertuliskan namaku dan lelaki lain? Dan kau percaya? Apa kau meragukanku? Jika aku menikah pasti itu hanya denganmu seorang. Menurutmu kenapa aku bertahan denganmu selama bertahun-tahun kalau pada akhirnya aku akan menikah dengan lelaki lain? Kau bilang tak pernah mendengar kabarku, apa kau mengganti nomor ponselmu? Lupakan! Aku ingin pulang."

Daezi memasuki mobil, sepanjang perjalanan suasana hening tercipta di antara mereka berdua. Tak satupun dari mereka mau mengawali pembicaraan.

Yoongi memandangi hidung merah Daezi, Aku yang salah, aku tak mempercayainya. Mana yang harus aku percaya?

Sesampai mereka di dorm, Daezi mengubah posisi duduknya di depan setir pengemudi. Ia membuka kaca mobil mengatakan sesuatu tanpa melihat ke arah Yoongi yang sudah berada di luar mobil. "Aku akan menerima acara tersebut. Setelah itu ... aku akan mengucapkan selamat tinggal padamu Min Yoon Gi. Selamat datang di dunia yang penuh dengan skenario." Ia menutup kaca mobil, lalu menginjak gas. Sebelum berbelok ia melihat ke arah spion untuk memastikan apa benar itu lelaki yang dicintainya?

~Tbc~

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro