SHD-8

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Bunuh diri adalah keadaan dimana seseorang berada dalam titik terendah dari hidupnya dan berada di jalan buntu. Terobos maka akan jatuh ke jurang, berbalik akan kembali terjatuh, bertahan akan semakin tersiksa. Orang yang melakukan bunuh diri memilih untuk terobos demi tidak kembali terjatuh dan bertahan dalam situasi penuh penyiksaan. Sedangkan Maria, Maria tidak sedang dalam keadaan seperti itu. Dia hampir sampai disitu tapi Maria memilih healing untuk mencegah hal tersebut, maka dari itu Maria pergi dari rumah selama satu minggu untuk menenangkan diri. Maria punya solusi akan masalahnya untuk tidak melakukan bunuh diri. Maria juga punya Matthew yang selalu peduli padanya dan sayang padanya.

Saat ini saja, diantara banyak orang bahkan ibu kandung Maria yang percaya bahwa kematian Maria murni bunuh diri maka berbeda dengan Matthew yang mati-matian menolak fakta tersebut. Ia mencari sendiri bukti kematian adiknya demi mendapatkan keadilan atas kematian Maria namun bukti tersebut malah belum cukup untuk mengubah fakta. Tapi Matthew tidak kehabisan cara. Dia akan mencari bukti untuk adik perempuannya. Adik yang sangat disayanginya.

Sekali lagi Matthew menatap kantor polisi didepannya yang penuh dengan orang-orang berseragam dan orang biasa yang ingin menyelesaikan masalah dalam hidupnya. Sebentar lagi Matthew akan bergabung dengan orang-orang itu namun dengan pangkat yang lebih tinggi, seorang Ipda. Matthew bersumpah atas nama adiknya dia akan menjadi seorang polisi yang menyelesaikan kasus-kasus yang akan ditanganinya nanti dengan teliti sebelum menutup kasus tersebut. Semua masyarakat yang memiliki masalah wajib mendapatkan pelayanan terbaik.

Matthew lalu menyalakan mobilnya dan keluar dari area parkir kantor polisi sambil memainkan ponselnya. Ia membuka aplikasi kontak hp lalu menelpon sebuah nomor bertuliskan 'calon Ipda Dika Ananto'.

"Halo, Dika. Kamu dimana?" tanya Matthew setelah terhubung dengan Dika.

"Sedang healing. Sedang tidak ingin diganggu." Terdengar suara datar tidak bersemangat di sebrang sana.

Dika Ananto adalah sahabat Matthew sejak  tes masuk polisi sampai di akademik kepolisian. Keduanya adalah tipikal iseng-iseng berhadiah. Jika orang melakukan tes masuk kepolisian karena memang itu cita-cita dan niat sedangkan keduanya berbeda. Tes kepolisian hanyalah kegabutan keduanya yang bingung memilih kampus dan jurusan untuk berkuliah. Keduanya pun berteman karena memiliki alasan yang sama masuk kepolisian diantara semua teman seangkatan mereka yang punya tekad dan cita-cita masuk kepolisian.

"Dik. MarMar," ucap Matthew. Nadanya terdengar bergetar.

"Adik kamu kenapa? Kalian bertengkar lagi? Sudahlah aku tidak ingin mendengar pertengkaran kalian yang tidak penting. Hidup aku lebih miris diselingkuhi padahal sudah berjuang untuk ketemu."

"MarMar sudah per..." Matthew dengan cepat menginjak rem mobilnya ketika ada seorang perempuan yang menyebrang sembarang. Matthew segera keluar dari mobil  untuk memeriksa perempuan tersebut. "Sebentar," singkat Matthew langsung mematikan sambungan telponnya.

Matthew segera keluar dari mobil untuk memeriksa orang yang hampir ditabraknya itu. Matthew mendekati perempuan yang hampir ditabrak olehnya. Perempuan tersebut meringkuk di bawah mobilnya penuh ketakutan.

"Nona? Kamu tidak apa-apa?" tanya Matthew melangkah mendekat namun perempuan tersebut malah semakin ketakutan membuat Matthew menghentikan langkahnya. Matthew memperhatikan perempuan tersebut, rambutnya terlihat berantakan. Rambut panjang nan lurus tersebut terurai menutup wajah perempuan tersebut.

"Apakah ada yang luka?" tanya Matthew dengan suara pelan. Perempuan tersebut malah semakin menunduk dan menangis sesenggukan membuat Matthew merasa bersalah. "Aku minta maaf. Bukannya ingin menyalahkan mu tapi tolong perhatikan jalan sebelum menyebrang. Jika aku tidak hati-hati mungkin telah terjadi kecelakaan pada mu dan juga aku."

"Ma-maaf," ucap perempuan tersebut. Suaranya sedikit bergetar namun terdengar lembut.

"Aku akan mengantarmu pulang. Ayo masuk ke dalam mobil aku," ajak Matthew namun niat baiknya itu malah mendapatkan reaksi aneh dari perempuan tersebut.

Perempuan tersebut malah semakin ketakutan dan semakin gemetaran. Perempuan tersebut dengan tertatih bangun dari posisinya dan kabur dengan raut penuh ketakutan. Rambutnya yang panjang berterbangan menampakkan wajahnya ketika perempuan tersebut menoleh untuk melihat ke arah Matthew seolah-olah memastikan Matthew mengejarnya atau tidak.

Kening Matthew mengkerut bingung melihat reaksi perempuan tersebut terhadap tawarannya. Ia lalu masuk ke dalam mobilnya dan kembali menelpon Dika namun nomor Dika malah tidak aktif lagi.

"Terpaksa aku harus melakukannya sendiri," gumam Matthew lalu kembali melajukan mobilnya.

....

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro