❬ 8 ❭ Lembaran Sobek Pengundang Patah

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Jam pelajaran pun berakhir, seluruh siswa berbondong-bondong pulang ke rumah masing-masing. Namun, sebagian siswa harus mengikuti ekstrakulikuler sesuai jadwal yang sudah ditetapkan oleh sekolah. Kecuali Selene tidak pulang sekolah awal karena gadis itu harus meletakkan surat balasan di halaman belakang sekolah.

Dengan suasana senang, gadis itu melangkah riang seperti anak kecil yang melihat pemandangan luas. Sambil memegang surat di tangan kanan, Selene tidak sabar menunggu jawaban dari penjaga dewa besok pagi. Semoga besok adalah hari yang menyenangkan.

Ketika hendak berbelok menuju halaman belakang sekolah, Selene merasakan sebuah benda panjang mengenai kaki bagian bawah. Sehingga, gadis itu jatuh ke ubin yang licin. Surat yang dipegang terlepas. Selene merasa kesakitan saat mencoba berdiri, tetapi manik mata tertuju seseorang yang membuat tubuh mungil jatuh.

“Kelihatan gembira? Emang lo pikirin apa sih?” tanya Cindy memasang senyum sinis, lalu dia melihat sebuah surat yang tergeletak di jalan. Gadis itu melangkah dan mengambil benda tersebut. Selene segera merampas surat yang dipegang kakak kelas, sayang dia kembali jatuh setelah mendapatkan dorongan keras melalui tangan senior.

Cindy membaca surat itu, seketika dia tertawa. “Lo buat surat ke dewa atau iblis? Pantesan wajah lo bersinar-sinar.”

Senior itu langsung merobek surat itu hingga Selene terkejut dengan pandangan menusuk, surat yang dibuat selama jam kelas hancur berkeping-keping. Dia sudah berusaha membuat benda itu menjadi lebih baik saat penjaga itu membacanya.

“Lo nggak usah buat surat ini ke dewa! Dewa itu nggak ada, Cuma angin lalu yang ngebales surat lo?!” sarkas Cindy. “Lagian isi suratnya lebay banget, norak, dan basi!”

Badan Selene bergetar, seluruh saraf membeku yang membuat tidak bisa bergerak. Atmosfer di sekeliling mulai menyempit. Tatapan beralih ke bawah, mulut sudah tidak bisa mengangkat untuk berbicara. Cindy melangkah mendekat sambil menginjak robekan surat, lalu tangannya menarik rambut gadis yang menunduk.

“Mendingan lo sekolah bareng orang gila, gue muak lo hancurin nama sekolah yang dijadikan sekolah jiwa. Satu lagi, temen halu lo benci dan berharap lo nggak ada di sini!” sarkas Cindy dengan nada membentak.

Ribuan panah menusuk hati Selene, teman yang selalu bersama sudah membencinya? Selama ini dialah yang menemani setiap bermain, kerja atau sedih. Cindy berdecak karena adik kelas tidak menangis, dia mulai menarik rambutnya sampai merintih kesakitan.

Sampai seseorang datang sambil mendorong senior dengan keras, “Kak jangan kerasin ke Selene?!”

“Apa sih?! lo ikut campur urusan gue sama anak gila,” kata Cindy menatap muak kepada Shalitta yang berdiri di hadapannya. “Minggir!”

“Nggak?! Kalau kakak masih membully Selene, gue bakal lapor ke BK!” sentak Shalitta bersumpah melaporkan kejadian ini ke BK. Cindy berdecih dan melangkah meninggalkan Selene dan Shalitta.

Shalitta menatap Selene penuh khawatir, dia takut jika gadis itu mengalami syok berat dari Cindy. Terlebih sudah kedua kali. Tangan memegang punggung belakang gadis yang menunduk, “Selene lo nggakpapa?”

Selene diam seribu bahasa, pandangan sangat kosong. Sebuah suara misterius muncul di gendang telinga, sehingga Selene menutup rapat telinga sambil mengeluarkan air mata. Dia berlari menjauhi Shalitta yang ada di sampingnya. Shalitta hendak mengejarnya, tetapi sudah melangkah jauh.

***

Aditya mengigit bibir sambil menatap jendela kelas, perasaan cemas mengemparkan hatinya. Sejak datang sekolah, lelaki itu pergi ke halaman belakang sekolah untuk melihat surat balasan Selene. Saat di depan pohon, tidak ada surat itu.
Lelaki sempat berpikir jika Selene datang sedikit terlambat, mungkin saja ada urusan sebentar. Dia berjalan menuju kelas dan akan kembali saat ijin ke belakang, tetapi nihil. Tidak ada tanda surat balasan dari gadis itu.

Ekspresi terlalu cemas sampai dilihat oleh Rafael dan Keandra dengan alis terangkat, mereka menghampirinya.
“Lo kenapa?” tanya Rafael mengernyitkan kening. “Gue lihat lo gelisah banget,”

“Jangan-jangan lo mikirin cewek itu yang nggak balas surat lo,” celetuk Keandra membaca isi pikiran Aditya. Sudah terjelas di wajah kisep, apalagi merasakan hal sama.

Aditya tersontak melebarkan mata, “Gimana lo bisa tahu?”

“Sudah jelas reaksi lo khawatir sama dia, apalagi gue bisa ngerasakan perasaan lo lewat insting ikatan sahabat.” Karena sikap terlalu gelisah memikirkan gadis itu sampai tergambar oleh sahabatnya, terlebih perasaan sekarang.

“Kalau dia nggak ngirim surat di sana, coba lo dateng ke kelasnya?” saran Rafael kepada Aditya, kebetulan sebuah ide melintas di otak. “Mungkin dia masuk, tetapi lupa letakin surat buat lo.”

“Okey, gue mau ke sana.” Aditya berdiri dari bangku dan melangkah keluar kelas.

“Ya Tuhan, udah dikasih saran malah nggak ngucapin terima kasih. Dahlah ninggalin sahabatnya segala,” sewot Rafael dengan mimik datar. “Awas kalo ada masalah lagi, gue baku hantam lo!”

“Ayo ikut dia daripada lo ngoceh nggak jelas,” tutur Keandra beranjak keluar dari kelas. Rafael menghela nafas sambil mengikuti lelaki itu keluar sebelum Aditya menjauh.

Ketika sampai di kelas Selene, Aditya memanggil Evelyn yang merupakan teman Ekskul selama 2 tahun. Seharusnya langsung masuk ke kelas, tetapi lelaki itu tidak tahu tempat duduk Selene.

“Ada apa dit? Tumben lo ke kelas gue,” tanya Evelyn mengangkat alis sebelah.

“Eve, Selene ada nggak di kelas?” kata Aditya sambil bertanya keberadaan Selene. Semoga gadis itu ada di kelas.
“Selene nggak masuk sekolah,” jawab Evelyn spontan. “Dia belum ada surat ijin sampai di presensi ditulis alpha. Gue nggak tahu kenapa dengan Selene,”

“Lo udah hubungi dia?” tanya Aditya sekali lagi. “Lo, kan punya nomor telefon Selene.”

Evelyn menggelengkan kepala, “Udah gue hubungi pas mau masuk kelas, tetapi nggak diangkat. Gue suruh Shalitta hubungi, tetap aja nggak diangkat.”

Rasa cemas semakin bertambah, Aditya merasakan sesuatu tidak enak oleh Selene. Apa mungkin penyakit mental kembali kambuh sebab peristiwa yang menimpanya, lagipula gadis itu sudah baik-baik saja. Jikalau sampai, gadis itu berniat bunuh diri.

***

Berlanjut ....

Pokoknya harus tungguin terus!
Setiap Senin, oke?

Salam sayang dari Tim Kupu Lend; meliawatiarbihusain, Afrin_LI, dan Ekasaviraa.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro