09 - Pertunjukan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng


Di saat petang, matahari baru akan terbenam. Orang-orang yang baru pulang bekerja, entah dari ladang atau pertokoan memenuhi jalanan.

Di tengah pertigaan, para pejalan kaki menghentikan langkah, terpana pada sosok seseorang berpakaian flamboyan. Kemeja putih dengan banyak renda, rimpel, dan lipitan. Setelan jas buntut berwarna mencolok dan topi berhiaskan bulu-buluan.

Dia duduk di tepi kolam dengan kaki telanjang, terendam air sepenggalan. Sementara jemari lentiknya sibuk memetik lyre bersenar delapan di pelukan, memainkan harmoni musik yang manis bersahut-sahutan.

Pemusik itu berseru khidmat, "Cinta adalah kekuatan! Dengan cinta yang kuat, negara pun bisa bangkit dan tak terkalahkan!"

Helios mengernyit tak setuju, tetapi adik kembarnya terlihat penasaran pada sosok mentereng itu. Mengajaknya berhenti dan mendekat setelah menyeruak di antara kerumunan.

Troubadour dan seniman jalanan lain, dia pernah lihat. Namun yang seperti ini baru kali pertama dia tahu. Kaokan gagak tidak membantu, malah membuat suasana tampak makin tak karuan.

"Ah, impianku mengering ... Ketika menyentuh tanganmu yang membutuhkan krim pelembab ini, dara manisku!" ujarnya seraya menggamit dan mengecup punggung tangan perempuan yang berdiri paling dekat dengan kolam.

Tangannya yang lain berhenti memetik lyre untuk meraih botol-botol dari dalam tas dan ke hadapan perempuan itu diacungkan. "Sudikah kiranya kau mengenakan krim ini demi mimpi kita dapat terlembabkan?"

Lunos terkikik. Nyaris seperti orang sakit pernapasan.

Helios akhirnya bergumam, "Dia itu pemusik atau penjual krim tangan?"

Mendadak para penonton riuh, bukan karena bersorak pada musik melainkan karena si pemusik terjerembab dari tepian kolam. Mungkin karena berusaha meraih kembali pergelangan tangan perempuan yang berusaha menepis kuat-kuat genggaman.

"Syukurlah, kekasihku selamat!" gumam si pemusik terdengar sangat lega, sembari mengusap lembut, lyre di tangan.

"Orang gila!" maki perempuan yang tadi dicium tangannya. Lalu dia pergi setelah mencuci tangan dengan air kolam.

"Aku tak peduli apa kata orang-orang ... Seumur hidup, cintaku hanya untukmu yang terkasih. Tak kalah dengan cinta yang lain pada para perempuan!"

Pernyataan itu diakhiri dengan sebuah ciuman pada lyra yang ada di pelukan.

Mata Lunos membulat pada ujung kaki si pemusik yang masih duduk bersimpuh di jalan. Segera dia menarik lengan baju Helios untuk meminta perhatian.

"Kakinya ternyata ekor ikan!" bisik Lunos pelan.

Melihat hal yang sama dengan adik kembarnya, Helios pun berkomentar, "Mengapa dia tidak bernyanyi saja, padahal merman?"

"Pemuda burung yang di sana!" Tiba-tiba si pemusik menghardik dengan telunjuk diacungkan. "Tolong jangan menyamaratakan semua Mari Populi, ya. Tidak semua dari kami dikaruniai organ penyanyi lautan!"

Sekarang gantiLunos yang dahinya dihiasi kerutan.

Kakak kembarnya mendesah lelah, "Ah, sepertinya bakal panjang dan merepotkan."




===***000***===

Song fic dari lirik fiktif, hasil gubahan lyric generator.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro