Bab 4 Terkejut

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Selamat Membaca

Tap. Tap. Tap.

Skyla sudah melepas sepasang sepatunya, demi meminimalisir suara langkah kakinya. Seorang pembantu yang melihat Skyla, berniat menyapa, namun dengan cepat Skyla mencium telunjuk kanannya. Tanda bahwa jangan berisik, nanti Mamah bangun. Kurang lebih seperti itu.

Sampai di depan tangga, kaki kanannya bersiap menginjak anak tangga. Tinggal tangga tersebut yang menjadi halangannya untuk segera masuk ke kandangnya alias kamarnya.

"Ekhem!" deheman keras itu membuat Skyla melotot.

"Mbok! Udah Ila bilang buat di—," ucapan Skyla terhenti tepat sebelum ia bisa membalikkan tubuhnya dengan sempurna. "—em."

Skyla meletakkan sepatunya. "Eh ada mamah. Assalammualaikum Mah."

"Waalaikummussalam, Fahira Skyla Ardiansyah~~," jawab Riana tersenyum sangat manis, namun tidak dengan Skyla yang melihat mamanya seolah mama akan menyeret dirinya masuk pada penghukuman.

"Pulang dengan seragam penuh pilok. Kamu mau jadi apa, Skyla???" ucap Riana menarik telinga kanan Skyla.

"Aaa ... ampun Mah. Ila janji nggak ngulangin."

"Kamu aja belum lulus SMU udah kayak gini. Gimana kalo pas lulusan?" Tangan Riana memelintir telinga Skyla.

oOo

"Mi, kamu nggak ada niat minta maaf?"

"Namaku Azmi, seharusnya kamu yang minta maaf karena salah memanggilku."

Matteo memutar bola matanya jengah, mereka saat ini baru sampai di halaman rumah Azmi. Rumah yang dulunya sering dijadikan tempat bermusyarawah para ustad dan sesepuh Pesantren Darul 'Ulum Albaar.

Beberapa pelayan dan penjaga membantu menurunkan barang, membuat Matteo dan Azmi bisa langsung berjalan menuju gerbang yang menghubungkan halaman rumah Azmi dengan wilayah asri yang menjadi tempat para santri menimba ilmu.

Di tempat itu, selain bisa mendengar tadarus qur'an setiap selesai sholat subuh dan sebelum sholat maghrib terlaksana. Kalian juga akan disuguhkan dengan pembelajaran sekolah umum, dengan pelajaran agama sebagai pokok utama.

Pesantren Darul 'Ulum Albaar adalah tempat tinggal sekaligus tempat Matteo mendapat jutaan pengetahuan saat mulai memasukinya.

"Mi! Tapi serius nih! Kau beneran mau bikin aku kena hukum karena—"

Azmi menghentikan langkahnya, dia berbalik menatap Matteo yang terlihat cemas. "Aku 'kan sudah bilang, untuk masalah mobil, biar aku yang urus. Jadi kau tak akan kena hukuman dari kak abbyan, apa masih ada yang kurang?"

Okay, Matteo paham. Kenapa seorang Azmi bisa bersikap kejam pada Fahira, namun bersikap lembut pada cabe ulek dengan meng-ikhlas-kan jas sekolah untuk menutupi lekukan tubuh gadis pendek tadi.

Tentu saja, karena Azmi itu orang tak peduli, tak peka dan tak sensitif untuk melakukan kebaikan pada orang baik, semacam Matteo.

"Ulul Azmi Ramdhani A. Sejak aku masuk ke pesantren, belum pernah sekali pun aku kena hukuman. Karena bagiku, kemarahan kau dan Rayyan adalah kesialan untukku."

Azmi mengangguk paham, karena baik Azmi dan Rayyan tak pernah menyukai orang yang melanggar peraturan. "Terus apa hubungannya dengan aku harus minta maaf?"

"Pertama kau memaksaku bertukar jaket, dengan alasan tak ingin bertemu dengan ukhti. Okay, aku paham tentang kau yang bersikap pengecut tak berani mengungkapkan ketegasan." Matteo berhenti sejenak, tak terima dengan sorotan tajam dari Azmi. "Apa? Nggak terima? Emang kenyataan kok."

"Terus?"

"Terus kau menggantikan si cabe ulek buat ganti biaya perbaikan mobil."

"Ya bagus dong, berarti Azmi telah mengamalkan perbuatan baik dengan membantu sesama?" ucap seseorang yang baru saja datang.

oOo

Skyla menatap mamanya dengan pandang horor, berkat Ardian--sang papa tersayang—yang kebetulan baru kembali dari kantor. Skyla bisa terselamatkan dari perlintiran macan ala Mama Riana. Oh demi kecantikan Skyla, Skyla benar-benar menyesal kenapa dia tak membawa baju ganti.

Yapp. Skyla tak pernah menyesal dengan mengikuti kegiatan konvoi, karena berkat itu pula, Skyla berhasil bertemu dengan anugerah yang Allah swt siapkan untuknya.

Sayangnya, Skyla melupakan omelan mamanya yang selalu saja membuat Skyla tak bisa berkutik, seperti tadi. Andai waktu bisa terulang, Skyla pasti akan mempersiapkan baju ganti, agar mamanya tak perlu tahu kalau dia ikut konvoi kelulusan sekolah. Hais, cerobohnya Skyla.

"Udahlah Ma, kasihan Ila. Telinganya sudah seperti mau lepas itu."

"Papah sih selalu memanjakan Ila, sampai ikut tawuran pun papah bilang yang penting Ila tidak memulai lebih dulu."

Ardian melirik pada Skyla, memberi kode agar anaknya membersihkan diri. Skyla yang bisa menangkap perintah ayahnya, langsung berlari kencang menaiki tangga.

"Mama, dari pada Ila menutupi kegiatannya, dan berakhir kita tak bisa mengawasi pergaulannya. Jadi lebih baik, seperti ini kan?"

"Tapi Pah, akhirnya anak kita jadi sebandel ini kan? Berbeda dengan kakaknya, yang bisa mendapat beasiswa kuliah di Oxford."

Ardian tersenyum, sebelum kemudian menarik Riana pergi meninggalkan ruang tamu. "Iya mah, Ibra memang bisa menjadi contoh untuk Ila."

>>>

Beberapa saat setelah Skyla berhasil membersihkan diri, kini tubuhnya terbalut dengan kaos oblong yang dipadukan dengan celana training panjang berwarna hitam. Membuat tubuhnya bagai orang-orangan sawah. Namun itulah style nyaman ala Skyla.

Skyla mengangkat wajahnya, melihat isi piring milik papa dan mama, tersisa separuh dari awal mulai makan. Sudah saatnya Skyla mengutarkan keinginananya.

"Mah, Pah," panggil Skyla.

"Ada apa sayang?" tanya Ardian meletakkan sendok dan garpunya.

"Skyla pengen masuk pesantren."

Seketika Riana melongo mendengar kata terakhir dari Skyla, dalam hati beliau berpikir pelintiran di telinga Skyla yang tadi dia lakukan tadi, apa mungkin membuat otak Skyla berpikir sedikit ... abnormal?

Sedangkan Skyla, dia menatap pada papanya, menunggu responnya karena dibanding dengan mama, papa selalu mengabulkan permintaan Skyla. Namun, hingga waktu terlewat percuma, Skyla hanya mendengar helaan napas.

"Iiihhh, mamah sama papah, kenapa diam aja?" tanya Skyla bergantian menatap kedua orang tuanya. "Apa permintaan Ila terdengar aneh?"

"Ila," panggil sang mama.

Skyla dengan semangat, menatap mama. "Yes mom?"

"Papamu ini memang selalu menuruti setiap keinginanmu, Ila."

Paham, Skyla sangat paham tentang sikap papa yang selalu menomor-satukan dirinya. Lalu, apa masalahnya?

"Jadi, bisa Ila ulangi permintaan Ila barusan? Mungkin mamah dan papah tadi salah dengar."

"Ila mau masuk pesantren."

Bagai alunan musik yang sengaja di slow-motion, ucapan Skyla kembali membuat kedua orang tuanya seolah kehilangan anak bungsunya.

"Tadi kamu nabrak apa sayang?"

"Nabrak bemper mobil bagian belakang doang, Pah."

"Hah???"

oOo

Azmi memutar tubuhnya, bibirnya tertarik ke samping membentuk lengkungan ke bawah. Azmi tersenyum melihat seorang pemuda yang masih mengenakan pakaian koko dan dipasangkan dengan peci hitam.

"Rayyan?" ucap Azmi bersamaan dengan Matteo.

"Assalammualaikum, ahlan wa sahlan, Azmi, Matteo."

"Waalaikummussalam, ahlan bika, Rayyan," jawab keduanya.

Rayyan merebut tas yang digendong Azmi, berniat menggantikan sahabatnya untuk membawa tas ransel itu. "Ceritakan padaku, kenapa Matteo selalu berteriak, hingga aku yang baru keluar dari masjid sampai bisa mendengarnya."

"Lah, emang suaraku kayak toa masjid? Jahat banget kau Ray!"

Azmi dan Rayyan terkekeh, ketiganya kemudian mulai berjalan menuju asrama. Kedatangan Rayyan yang tanpa diduga mereka, mampu menghapus kemarahan Matteo yang sejak tadi terlihat bagai bom siap meledak. Merasa sudah sedikit tenang, Rayyan akhirnya memulai pembicaraan.

"Jadi, apa yang terjadi? Kenapa Matteo sampai berteriak sekeras itu?" tanya Rayyan kalem.

"Tadi aku udah sampai mana ceritanya?" tanya Matteo pada Azmi.

"Sampai pada aku mengganti biaya perbaikan mobil."

Kini giliran Matteo mengangguk, "Sebelum Azmi bersedia mengganti perbaikan ... nih anak dengan ogebnya ngasih jas sekolah ke cabe ulek."

"Jas sekolah?" tanya Rayyan menoleh pada Azmi.

"Masa jas sekolah? Bukannya tadi aku memakai jaketku sendiri?"

Matteo melotot tak terima dengan ucapan Azmi, namun Rayyan langsung menahan bahu Matteo. Mencoba agar Azmi tak mendapat amukan dari Matteo.

Rayyan menoleh pada Azmi, menunggu reaksi sahabatnya. Karena Rayyan sangat yakin, Azmi bukan orang ceroboh yang akan memberikan jas sekolah pada orang yang bukan santri Pesantren Darul 'Ulum Albaar.

Tapi, saat Rayyan melihat tatapan Azmi, untuk pertama kalinya, Rayyan dan Matteo mengetahui bahwa seorang Azmi pun bisa melakukan kecerobohan.

"Astaghfirullah, aku lupa kalau itu jas sekolahmu, Matt."

TBC

Assalammualaikum, bagaimana kesan kalian setelah membaca bab ini? Lody penasaran.

Terima masih telah mampir ke Skyla.

Salam

Lody

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro