Bab 3. I'll hug him

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Apa kalian percaya dengan perjalanan waktu? Jika diberi kesempatan, apa yang akan kalian lakukan?

***

I've always been afraid
(Saya selalu takut)

My best years have passed
(Tahun-tahun terbaik saya telah berlalu)

They say the good old days
(Mereka mengatakan masa lalu yang indah)

Well they never last
(Yah, mereka tidak pernah bertahan lama)

I've been running into you in my head
(Aku telah bertemu denganmu di kepalaku)

Bring Me Back-Miles Away & ClaireRidgely

###

Manna tidak tahu entah sejak kapan lelaki yang selalu muncul di mimpinya itu berdiri di depannya. Tatapan kebingungan lelaki itu terlihat sangat nyata. Manna ingin menyentuh wajah itu, tetapi tangannya sangat kaku. Ia bahkan masih tidak bereaksi saat Okka memanggil namanya berulangkali.

Sementara itu, Okka merasa jika Manna marah karena dapurnya berantakan. Oleh karena itu, ia menuntun Manna untuk duduk di meja makan, meletakkan semangkuk sereal di depannya. Tak lupa, susu cokelat.

"Maaf, saya janji enggak akan nyentuh dapur lagi."

Suara Okka, sentuhan Okka, atmosfer ini terasa sangat nyata. Manna ingin menangis, tetapi tubuhnya menolak. Satu-satunya yang ia lakukan adalah tetap memandangi Okka. Seolah takut, jika ia berkedip, Okka akan menghilang.

Okka tidak sadar hingga ia menyelesaikan tegukan susu putihnya yang terakhir. Sekarang Manna sedikit sadar, bahwa ternyata ia dan Okka memiliki perbedaan. Jika Manna tidak suka susu putih, maka Okka tidak suka susu cokelat.

"Kamu gak makan?" tanya Okka membuat Manna tersadar.

Jika ini mimpi, maka harusnya Manna menggunakan kesempatan ini untuk menebus penyesalannya walau tidak nyata. Ia pun meneguk susunya. Jantungnya berdebar kencang saat merasakan susu secara nyata. Kenapa mimpi senyata ini?

Melihat Manna mulai menikmati sarapannya, Okka segera berdiri. Di masa lalu, mereka tidak pernah berada di meja makan yang sama selama lima menit, kecuali di acara keluarga. Suasana canggung membuat mereka saling menghindar. Jika mimpi senyata ini, apakah jika ia menyentuh Okka juga akan nyata?

Manna segera bangkit dan mengejar langkah Okka lalu memeluknya dari belakang. Langkah Okka terhenti karena kaget. Seorang Manna tiba-tiba memeluknya.

"M-Man?"

Sentuhannya nyata, pelukan mereka nyata, bahkan suara Okka. Manna mengeratkan pelukannya, saat itulah lelaki itu membalikkan tubuhnya. Kedua tangannya terangkat ke udara. Ia melirik Manna yang terlihat aneh. Ia merasa kaosnya basah. Apakah Manna menangis?

"Man?"

Okka menempelkan punggung tangannya ke dahi Manna, sangat panas.

"Man?"

Dilihatnya Manna pingsan dalam pelukannya, Okka panik dan menggendongnya ke kamar mereka. Tidak salah lagi, Manna bertingkah aneh karena dia sedang sakit.

***

Manna terbangun dalam keadaan lemas. Hal yang pertama ia lakukan adalah memandang kamar di sekelilingnya. Takada satu pun jejak Okka. Berarti yang dialaminya adalah mimpi. Sayang sekali, mimpinya begitu singkat.

Ia duduk di sisi ranjang dan tak sengaja matanya mendapati segelas air putih dan obat. Disentuhnya dahi yang terasa panas. Apa ia demam? Pasti Shea yang menyiapkan obat ini.

Setelah meminum obatnya, Manna berjalan ke balkon kamar. Ternyata hari sudah gelap. Dipandanginya langit malam dengan tatapan sendu. Seharusnya ia tidak di sana agar demamnya tidak semakin parah, tetapi hatinya perlu ditenangkan. Ia berharap malam ini bisa bermimpi Okka lagi, ingin memeluknya seperti sebelumnya. Mengapa begitu terasa nyata.

"Kamu harus masuk sebelum demam kamu semakin parah."

Manna tersentak kaget. Ia langsung membalikkan tubuhnya dan memandang sosok Okka dengan pakaian yang sama dengan mimpinya tadi. Apa ia belum terbangun dari mimpinya?

"K-kamu masih di sini?" tanya Manna memberanikan diri bersuara. Ia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

"Saya minta maaf. Shea tidak bisa menginap malam ini, jadi saya tinggal semalam untuk memastikan kamu baik-baik saja."

Manna mengerutkan keningnya dan Okka melanjutkan, "Malam ini saya akan tidur di kamar sebelah. Maaf kalau saya masuk sembarangan, saya hanya mau memastikan demam kamu sudah membaik. Jika ada apa-apa, kamu bisa panggil saya di sebelah."

Okka mengambil jaket rajut di gantungan lalu menghampiri dan memasangkannya pada Manna. Jarak mereka begitu dekat, hingga Manna sedikit kesulitan bernapas. Ia bisa mencium aroma khas Okka yang menenangkan.

"Manna, bolehkah saya memiliki sebuah permintaan?"

Manna mengangguk pelan.

"Saya tahu kamu mungkin tidak nyaman selama setahun ini, tapi saya mohon biarkan pernikahan ini bertahan sampai Mama saya membaik. Saya janji, besok akan keluar dari sini. Tapi, tolong rahasiakan ini dari Mama. Kamu bisa?"

Manna mengangguk tanpa sadar. Okka tersenyum, tetapi kelihatannya terpaksa.

"Terima kasih."

Okka segera keluar dari kamar, meninggalkan Manna yang mematung sempurna. Ia mencoba mencerna ucapan Okka. Apa itu artinya mereka pisah ranjang malam ini? Ada apa dengan mimpi ini? Kenapa semakin buruk?

Tidak boleh seperti ini.

Manna mencoba memahami percakapan mereka tadi. Intinya, Okka dan Manna tidak hanya pisah ranjang malam ini, tetapi juga akan pisah rumah di esok hari. Mimpi yang terburuk.

"Saya tahu kamu mungkin tidak nyaman selama setahun ini ...."

Setahun ini? Maksudnya apa? Bukankah mereka menikah sudah hampir dua tahun?

Manna segera keluar dari kamar untuk menyusul Okka. Ia begitu terburu-buru, hingga langsung membuka kamar yang ditempati Okka.

"Aaa ..!!!"

Manna refleks berteriak saat melihat pemandangan yang tidak diharapkan. Okka sedang membuka bajunya. Segera Manna membalikkan tubuhnya.

"Manna? Say-"

"Berhenti. Saya akan berbicara sekarang. Bolehkan saya bertanya, apakah itu artinya kita akan segera bercerai?"

Hening sesaat. Manna menunggu jawaban Okka dengan debaran jantung yang tidak beraturan.

"Okka?" Manna mengigit bibir bawahnya.

"Kamu tenang saja, kamu hanya perlu berpura-pura saat kita menjumpai orang tua kita. Saya tidak mau mereka sedih. Setahun ini, kit-"

"Sebentar. Setahun ini?"

"Hari ini, tepat setahun."

Manna membalikkan tubuhnya memandang Okka. Beruntungnya lelaki itu sudah berpakaian lengkap. Tanpa sengaja, ia melihat sesuatu di atas meja. Sebuah kotak kue.

Jadi hari ini anniversary tahun pertama pernikahan mereka? Mimpi ini membawanya ke masa lalu?

Ia menghampiri Okka dan menyentuh wajah lelaki itu. Tidak mungkin. Semuanya terasa sangat nyata. Dari sejak ia terbangun dan sarapan dengan Okka, semuanya nyata. Ia belum gila, sehingga tidak bisa membedakan halusinasi dan kenyataan. Namun, bagaimana bisa?

"Hari ini tanggal 24 Januari 2021?"

Manna hanya ingin memastikan. Walau ia sedikit ragu. Namun, melihat Okka mengangguk, tubuhnya sedikit bergetar. Tak sengaja, ia melihat kalender di meja.

24 Januari 2021. Itu setahun yang lalu. Manna ingat kala itu, ia memang demam karena cuaca ditambah kegiatan begadang semalaman mencari referensi untuk membuat kue. Ia bahkan memaksakan diri pagi-pagi sekali untuk membuat kue yang terus gagal. Ketika Okka bangun dan bertanya mengenai kue yang dibuatnya, dengan gengsi ia mengatakan bahwa ia hanya sedang belajar membuat kue.

Seharian gagal, Manna menyerah. Sorenya ia menyadari bahwa Okka tidak ke mana pun hari itu. Hanya berkebun di belakang rumah. Saat masuk kembali ke rumah, ia bertanya pada Manna mengenai kuenya.

"Rusak."

"Oh. Saya akan keluar sore ini."

"Iya."

Manna putus asa saat itu, merasa Okka tidak ingat hari pernikahan mereka, bahkan berniat keluar. Setelah Okka pergi, Manna menghubungi Shea untuk bersenang-senang. Ia kembali larut malam dan menyadari Okka sudah pulang. Okka duduk di ruang tamu dengan kue yang kotaknya mirip dengan yang Manna lihat saat ini. Lelaki itu sedang menikmati kuenya.

"Kamu mau makan?"

"Saya kenyang karena sudah makan malam dengan Shea. Kamu beli kue untuk makan malam?"

"Enggak. Tadi ada teman saya ulang tahun."

Nyatanya, mereka berdua menipu satu sama lain. Esoknya, Okka mengalami masalah pencernaan karena terlalu banyak makan kue. Dan, kenapa Manna tidak menyadari hal itu? Saat ini, situasinya sama seperti di masa lalu, tetapi terjadi perubahan. Dia tidak membuat kue, tetapi malah mengumpulkan semua barang Okka dan hendak membuangnya. Sebentar, apakah karena alasan ini Okka ingin pindah?

Manna mencari koper dan menemukannya di sudut kamar. Jadi, hubungan mereka semakin memburuk? Lebih buruk dari masa lalu. Namun, masih belum masuk akal bagi Manna. Jika semua ini nyata, apakah ada kemungkinan bahwa waktu terulang? Perjalanan waktu itu benar-benar ada? Apa semua karena permintaannya malam itu?

"Okka, tampar saya."

"Hah?"

###

Not a worry for a million miles
(Tidak perlu khawatir untuk sejuta mil)

Driving off, be right back, oh
(Menyetir, segera kembali, oh)

'Cause baby after all of this time
(Karena sayang setelah sekian lama)

We'll meet again, with time to spend
(Kita akan bertemu lagi, dengan waktu untuk dihabiskan)

'Cause even after all of this time
(Karena bahkan setelah sekian lama)

Would you be mine
(Maukah kamu menjadi milikku)

'Cause I'd drop it all just to get you
(Karena aku akan menjatuhkan semuanya hanya untuk mendapatkanmu)

Bring me back to life
(Hidupkan aku kembali)

Bring Me Back-Miles Away & Claire Ridgely

Note:
Halo semua. Maaf ya malam ini agak telat updatenya. Btw, ada sedikit perubahan, ya. Aku ubah tahunnya.

Tenang aja, ke depan gak bakal sedih sedihan lagi. Kan udah ada Okka.

Btw, yuk baca ceritanya kak tuteyoo. Ini cuplikannya

"Maaf, aku tidak bermaksud menyindirmu, aku tahu perpisahan kita menyisakan luka, tetapi kuharap kau selalu bahagia."

Aku menyugar rambutku yang beberapa helainya tertiup angin dan menutup wajah, sembari bernapas sekuat mungkin untuk menghalau emosi. Aku benci dengan fakta bahwa saat ini aku menghirup oksigen yang diselimuti oleh bau parfum mereka. Namun, setelahnya aku tersentak kaget karena seseorang tiba-tiba datang merangkulku, hingga tercium aroma lainnya yang lebih menenangkan.

"Hey, Babe, sorry, the line was too long."

Aku hanya bisa menganga ketika si pelaku, yang adalah seorang pria, menyodorkan roti bakar padaku. Samar-samar, aku bisa mendengar Claudia menyebutkan satu nama.

"Alby."

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro