5. B - Siapa?

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sepanjang perjalanan pulang, Djoerijah tampak begitu bahagia. Sesekali gadis itu bersenandung dan mempraktikan adegan dalam opera yang ditontonnya tadi.

Djoerijah sampai ke rumah Tuan William hampir tengah malam. Gerbang besi pintu utama dan pintu samping sudah terkunci. Untuk masuk ke dalam, gadis itu harus melewati tembok belakang paviliun yang sedikit lebih rendah dari yang lain.

Djoerijah mengangkat jariknya setinggi lutut lalu menginjak pijakan yang berada di tembok itu. Lalu saat berada di atas, dia melompat. Akhirnya gadis itu berhasil melewati dinding. Ningroemlah yang memberi tahunya. Dulu mereka sering kabur lewat sini.

Pelan-pelan Djoerijah melangkah menuju kamarnya agar tak seorang pun tahu. Namun, tepat di depan pintu kamar, ada Mbok Sarjem yang sedang berdiri. "Dari mana saja, Nduk?"

Djoerijah menunduk, jemari kanan dan kirinya saling tertaut. "Maaf, Mbok."

"Aku tanya sekali lagi, dari mana koe?" tegas Mbok Sarjem.

"Anu ... Aku tadi pergi bersama seorang teman," cicit gadis itu berdusta. Karena kenyataannya, Djoerijah tak punya teman satu pun di luar sana.

Pak Giman datang membujuk sang istri. "Sudahlah, Jem. Dia sudah pamit denganku tadi."

Mbok Sarjem hanya diam. Melihat respons dari istrinya, Pak Giman menyuruh Djoerijah untuk segera masuk ke kamarnya.

Kedatangan Pak Giman membuat Djoerijah bisa bernapas lega. Gadis itu pamit masuk kamar. Dia buru-buru mengunci pintu dan mencoba tidur. Berharap matahari segera tiba. Walau matanya sulit terpejam. Lagu-lagu dan adegan opera itu berputar-putar di kepalanya.

***

Sesaat setelah mandi, Djoerijah bertemu Ningroem di lorong menuju pemandian. "Tadi malam, koe pergi ke mana?"

"Aku ndak pergi ke mana-mana." Gadis itu berkilah. "Aku di kamar saja."

"Ndak usah bohong. Semalam simbok tanya padaku."

Mata Djoerijah mendelik. "Terus Mbak Reom jawab apa?"

"Aku bilang ndak tau."

Mendengar hal itu Djoerijah mengembuskan napas lega.

Ningroem mendesaknya. "Sudah, katakan saja padaku. Apa semalam koe ke gedung serba guna dekat alun-alun untuk nonton opera itu?"

Djoerijah panik. Dia melirik kanan dan kiri memastikan semua aman tak ada orang. Gadis itu menempelkan jari telunjuknya ke bibir Ningroem. "Ssstt ... jangan keras-keras, Mbak. Nanti Mbok Sarjem dengar."

"Jadi benar?"

Djoerijah mengangguk. Ekspresi wajahnya mendadak berubah senang. "Iya, Mbak."

"Ternyata pertunjukan opera bukan hanya ada nyanyian dan musik, tapi juga ada sandiwara. Suatu saat aku pasti akan menonton lagi," lanjutnya.

Ningroem jadi ikut tertarik. "Jika kau akan menonton ajak aku juga."

"Baiklah, aku ingin mengajakmu, tetapi koe harus bayar tiket sendiri," ujar Djoerijah.

"Berapa tiketnya? Lima sen? Sepuluh sen?"

"Satu gulden."

Seketika Ningroem berteriak. "Apa?"

Djoerijah membekap mulut gadis di hadapannya itu. "Jangan berteriak, Mbak." Lalu membuka mulut Ningroem lagi.

Ningroem tak habis pikir. Uang sebanyak itu hanya untuk menonton opera. "Apa koe sudah ndak waras? Uang sebanyak itu bisa membeli dua potong kebaya baru di pasar."

:"Kalau semahal itu, aku ndak mau ikut." Lalu Ningroem melanjutkan, "Koe dapat duit dari mana buat nonton opera itu semalam? Koe ndak nyolong, kan?"

Djoerijah menggeleng keras. "Ndak, aku ndak nyolong."

Ningroem menatap bingung. "Lha, terus kok koe bisa nonton?"

"Aku bertemu dengan orang baik yang membantuku masuk diam-diam."

Pembicaraan mereka terputus karena Mbok Sarjem menghampiri mereka. "Jangan mengobrol terus, cepat kerjakan tugas kalian."

"Iya, Mbok." Djoerijah bergegas keluar dari sana sedangkan Ningroem segera menuju ke pemandian.

Setelah berpakaian, Djoerijah mengambil sapu lidi. Gadis itu memulai di halaman depan dekat pintu gerbang utama. Dia melihat ada mobil yang terparkir tak jauh dari sana, artinya majikannya sedang ada tamu.

Saat sedang membersihkan daun-daun dari area itu, Djoerijah teringat nyanyian opera semalam lagi. Walau tak hafal lirik lagu itu, dia tetap menyenandungkan melodinya. Djoerijah berbalik badan untuk menyapu di sudut lain. Namun langkahnya berhenti ketika di hadapannya ada seseorang yang berdiri.

"Bagus. Apa kau bisa menyanyikan lagu lain?"

*** 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro