1. Back to 24

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

"Ah." Suyin memegang kepalanya yang berdenyut pusing. Pandangannya kabur, tapi perlahan semakin terlihat jelas. Ia berada di ruangan putih, dengan selang entah apa namanya bergelantungan di sekitar tempatnya berbaring. Harum aroma karbol merasuk ke dalam indera penciuman.

Setelah memastikan ia berada di mana, Suyin mencari orang yang mungkin tengah menunggunya, tapi ternyata tidak ada. Entah tidak ada atau sedang keluar.

Tak berselang lama, terdengar suara yang semakin dekat. Dua orang berbicara, sepertinya tengah membicarakan dirinya.

"Pasien sudah sadar." Salah satu suster berlari mencari dokter, sedangkan yang satunya mengecek  kesehatan Suyin.

"Kakak rasanya gimana badannya?" tanya Suster.

"Lumayan, Sus. Cuma kepala sakit banget." Suyin memejamkan mata, berusaha untuk menetralisir rasa sakit yang ia rasakan, tapi malah semakin terasa menyakitkan. "Aduh." Ia memegang kepala.

"Jangan dipaksa dulu, Kak. Nanti lama-lama akan pulih kok."

Suyin mengangguk. "Boleh minum, Sus?" tanyanya.

"Tunggu dokter sebentar, ya."

Suyin melihat sekelilingnya lagi, kini pandangannya bertumpu pada tas warna hitam di atas meja. Itu tas siapa? Seingatnya ia tidak punya tas seperti itu. Apa mungkin tas orang yang menunggunya di sini?

"Sus, apa orang tua saya sudah tahu kalau saya di sini?" tanya Suyin khawatir.

"Tentu saja, mereka setiap hari menunggu Kakak. Ini sedang ke kantin untuk sarapan sepertinya."

Tak berselang lama, dokter datang bersama dengan suster yang memanggil tadi. Suyin di periksa menyeluruh, mulai ditanya nama dan juga hal pribadi lainnya.

Saat itu dokter merasa ada yang aneh dengan jawaban Suyin. Setelah beberapa pertanyaan kunci ia dapatkan jawaban, Suyin akan dilakukan pemeriksaan ulang yang lebih intens.

Jawaban atas keanehan itu keluar beberapa hari setelahnya. Dokter menyimpulkan kalau Suyin mengalami amnesia sementara karena syaraf otaknya cedera akibat kecelakaan itu.

"Jadi, anak saya ingatannya kembali di umur yang ke dua puluh empat, Dok?" tanya Lukas, papa Suyin.

Dokter mengangguk. "Tapi ini hanya sementara kok, nanti akan sembuh seiring berjalannya waktu. Jadi bapak harus sabar, ya."

"Tapi bisa sembuh, kan?" Kali ini Liem, mamanya yang bertanya.

"Tentu saja. Tapi harus sabar dan pelan, jangan dipaksa dulu."

Mereka mengangguk paham.

Beberapa hari kemudian, Suyin diperbolehkan pulang. Papa dan mamanya sangat senang akhirnya anak mereka bisa selamat dari kecelakaan itu, padahal mereka sempat pesimis mengingat luka yang dialami Suyin paling parah bagian kepala.

Sampai di depan rumah, Suyin kebingungan. Ia melihat rumahnya yang berubah hanya dalam beberapa hari. Dahinya mengernyit  saat sampai di ruang tamu susunan perabot di dalam juga sudah berganti.

"Ma, ini sengaja mau nyambut aku pulang atau gimana?" tanya Suyin bingung.

Liem tersenyum. "Iya dong. Mama dan papa sangat senang akhirnya kamu sadar dari koma dan kembali kepada kita."

Suyin mengendikkan bahu. "Cepat amat berubahnya, pasti menghabiskan banyak uang buat ganti perabot dan renovasi rumah."

Gadis tiga puluh empat tahun itu berjalan menuju ke lantai dua, ke kamarnya. Ia lagi-lagi dibuat terkejut karena kamarnya sudah berganti ranjang dan juga pernak-pernik di dalamnya. Apa ini juga orang tuanya yang menggantinya?

Ia duduk dan melihat sekitar, seperti asing berada di kamar sendiri.

Pagi harinya, Suyin sudah bersiap untuk kerja. Ia mencari seragam kerjanya dan tidak menemukan, mungkin belum dicuci oleh mamanya. Diputuskannya hari itu ia memakai baju bebas.

Langkahnya ringan, karena ia bisa menikmati lagi udara kebebasan setelah beberapa saat berada di rumah sakit.

"Pagi!" Suyin membuka pintu minimarket, ia melihat wajah-wajah asing di dalam. Kemana teman-temannya yang lain?

"Mau belanja apa, ya, Kak?" Salah seorang karyawan menyapa Suyin.

"Hah belanja? Aku kerja di sini." Suyin langsung menuju ke loker dan menaruh tas.

Dua orang yang tadi berpapasan dengan Suyin semakin kebingungan. Mereka belum pernah melihat Suyin kerja di sini, apa karyawan baru?

Mereka menelepon bos minimarket dan menceritakan tentang Suyin, beruntungnya bos sudah diberi tahu oleh orang tua Suyin kalau anak mereka hilang ingatan dan ingatannya kembali pada umur dua puluh empat tahun. Bos yang sudah kenal Suyin sejak dulu mengizinkan Suyin kembali kerja di minimarket dan membantu memulihkan ingatan gadis itu.

"Gak apa-apa, dia teman baru kalian. Namanya Suyin. Mulai hari ini Suyin berada di kasir, ya."

Jawaban bos membuat dua orang itu semakin heran. Sepertinya Suyin bukan orang biasa, karena bos langsung memberinya tugas di belakang kasir.

Ternyata keheranan itu juga dialami oleh supervisor minimarket, Azhar Luo. Ia yang belum mendapat info dari atasannya malah mengusir Suyin.

"Kamu siapa? Datang-datang langsung menjadi kasir." Ia menarik tangan Suyin dan membawanya keluar dari minimarket.

"Heh kamu yang siapa, aku jelas-jelas kasir di sini." Suyin melepaskan cekalan tangan Azhar untuk kembali ke dalam.

"Kasir? Kok aku gak tahu. Aku supervisor di sini dan gak merasa punya bawahan seperti kamu tuh." Azhar masih kuat dengan pendapatnya karena merasa memang tidak kenal dan punya bawahan seperti Suyin.

"Gak usah ngaku-ngaku deh. Supervisor di sini jelas bukan kamu, tapi Sapari." Suyin mencari sejak tadi di mana Sapari, tapi sampai saat ini ia belum melihat bayangan lelaki itu.

Azhar semakin bingung. Siapa gadis di depannya? Siapa pula Sapari? Kenapa nama-nama itu asing di telinganya.

"Ya udah deh, tapi nanti kalau kamu diusir bos jangan salahkan aku."

Azhar langsung pergi dan bertanya langsung ke bos. Jawaban yang ia dapatkan sungguh membuatnya terkejut, ternyata memang benar Suyin adalah karyawan di sana dan menjabat kasir minimarket tersebut.

"Kamu heran? Aku juga sama. Tiba-tiba dia datang dan mengaku karyawan tadi pagi." Salah satu bawahan Azhar mendekatinya sambil melirik Suyin yang sibuk men-scan belanjaan pembeli.

"Aneh sih, harusnya kalau ada orang baru kan bilang sebelumnya. Tapi ini dadakan." Azhar menghela napas. "Tapi, ya, udah deh, kan kita juga karyawan, jadi ngikut kata bos aja."

Azhar kembali bekerja, tapi saat dirinya melewati meja kasir terlihat Suyin yang wajahnya pucat. Ia mendekat, mengambilkan sebotol air dan memberikan kepada Suyin.

"Minum dulu. Kalau capek istirahat. Kamu belum break kan?" Ia menyuruh Suyin duduk dan menggantikan men-scan belanjaan costumer.

Suyin menatap Azhar. "Tadi ramai, gak ada yang gantiin." Ia memutar tutup botol itu, tapi karena lemas tidak bisa terbuka meski dicoba berkali-kali.

Azhar merebut botol di tangan Suyin dan membukakan tutupnya. "Kan bisa manggil temannya." Ia memberikan kembali botol tersebut pada gadis yang duduk selonjoran di bawah.

Suyin menghela napas. "Aku kan gak kenal kalian, masa tiba-tiba minta tolong gantiin."

"Ya udah kalau gitu kenalan dulu!"

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro