3. Terus Memaksa

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Sapari melihat karyawan yang mencegat langkahnya. "Ah maaf, aku hanya mencari Suyin," ujarnya.

"Tunggu di luar. Tidak boleh masuk ke sana kecuali karyawan."

Sapari ingin mengatakan kalau dulu ia adalah karyawan di sini, tapi ia mengurungkan niatnya dan kembali berjalan ke luar minimarket untuk menunggu Suyin keluar dari ruang loker.

Ia harus bisa membawa gadis itu kembali ke ingatan di usia tiga puluh empat. Biar bagaimana juga, mereka sudah punya banyak cerita. Tidak seharusnya dilupakan begitu saja kan?

Iya kalau nanti Suyin cepat kembali ingatannya, kalau semakin lama gadis itu lupa dengan dirinya, bagaimana nasib rencana pernikahan mereka besok.

"Hei, panggilkan Suyin keluar! Aku ingin bicara padanya!" perintah Sapari kepada orang-orang yang ada di minimarket.

Mereka semua berpandangan, lalu menggelengkan kepala. "Kami tidak kenal denganmu, juga dengan Suyin, jadi maaf, silahkan tunggu saja sampai nanti Suyin keluar."

"Hais orang-orang ini." Sapari duduk di kursi depan minimarket sambil matanya selalu melirik ke dalam, ia tak mau kehilangan Suyin.

Kisah indah mereka kenapa harus berakhir begitu saja seperti ini? Seharusnya Suyin tidak kecelakaan, dan seharusnya mereka akan menikah sesuai dengan rencana. Tetapi kalau begini keadaanya, mau tidak mau pasti akan tertunda.

Tak berselang lama Suyin keluar dari ruang loker. Ia langsung menuju ke meja kasir yang saat itu antri pembeli di depannya.

"Jam kerjamu sudah berakhir, aku akan gantikan kerjaanmu." Suyin berdiri di samping kasir shift pagi.

Teman lawan shift Suyin mengangguk. "Tunggu sampai ini selesai dulu saja. Kamu ada tamu, lebih baik temui dia dulu sebelum nanti kerja. Jadi biar dia tidak menganggu kerjamu." Dengan dagunya, teman Suyin menunjuk ke arah luar.

"Tamu? Siapa? Tapi ini sudah masuk jam kerjaku, kalau tamuku mau menemuiku, biar dia yang menunggu."

Teman Suyin mundur. "Baiklah kalau begitu, aku kan bersiap untuk pulang. Semangat kerjanya!"

Suyin mengangguk dan tersenyum. Ia lalu melanjutkan pekerjaan teman lawan shift-nya untuk men-scan semua belanjaan pembeli. Terhitung ada lima orang yang antri akan membayar di depan meja kasir.

Suyin fokus dengan pekerjaannya, ia lupa kalau tadi temannya mengatakan jika ia memiliki tamu.

"Hai Suyin, bisa kita bicara sebentar." Sapari yang baru sadar kalau Suyin sudah kembali ke meja kasir segera menghampiri tunangannya tersebut.

Suyin mendongak, melihat orang yang berbicara kepadanya. "Ah Pak Sapari, ada apa?"

"Jangan panggil aku pak! Sudah aku bilang dari tadi, aku bukan lagi supervisormu, dan kamu bukan lagi karyawan di sini." Dengan sedikit menaikkan suara Sapari mengeluarkan kekesalannya.

"Aku sedang sibuk, kalau mau ngobrol nanti saja, ya." Suyin melanjutkan pekerjaannya. Ia mengabaikan Sapari yang terus berteriak memintanya keluar sebentar untuk berbicara.

Teman satu shift Suyin yang melihat Sapari membuat keributan mendekatinya. Ia memperingatkan agar Sapari tidak membuat pengunjung minimarket terganggu dengan sikapnya.

"Hei aku cuma mau bicara berdua dengan tunanganku, apa tidak boleh? Kenapa kalian melarangku seperti itu? Menyebalkan." Sapari tidak terima ia diperingatkan.

"Siapa yang bilang tidak boleh? Aku hanya bilang kalau teriakanmu menganggu pengunjung minimarket. Jangan jadi orang arogan, tahu batasan sedikit kenapa. Ini di ruang publik, bukan di rumahmu yang bisa teriak sesuka hati," balas teman Suyin yang bernama Gerald.

Sapari melirik name tag di dada laki-laki yang berseragam sama dengan Suyin itu, ia lalu mendecih sebal. "Gerald, aku tandai kamu."

"Terserah. Yang penting silahkan keluar dan jangan bikin keributan di sini."

Suyin menghela napas panjang. "Pak Sapari, tidakkah Anda merasa kalau sekarang Anda menjadi pusat perhatian? Lebih baik keluar saja daripada mempermalukan diri sendiri."

Sapari memandang penuh harapan pada Suyin. Ia ingin sebentar saja bicara langsung empat mata dengan tunangannya itu, siapa tahu dengan begitu ia bisa membuat ingatan Suyin kembali. Tapi sepertinya Suyin tidak peka dengan apa yang ia harapkan.

Kembali lagi Suyin melayani pembeli, ia fokus dengan pekerjaannya dan masa bodoh dengan Sapari yang malah menyandarkan tubuhnya di tembok sambil melipat kedua tangan di depan dada sambil melihat Suyin kerja.

Yang merasa terganggu malah pembeli, mereka tidak nyaman dengan Sapari yang seperti itu.

"Suyin, kamu temui saja dia dulu, biar kasir aku yang gantiin. Daripada dia di sana dan bikin pembeli kita merasa tidak nyaman." Gerald masuk ke belakang meja kasir dan ingin menggantikan Suyin.

"Enggak, aku bisa selesaikan ini. Kalau dia mau, tunggu sampai aku selesai kerja, kalau tidak mau, ya, sudah biar pulang saja," jawab Suyin.

"Kamu bilang langsung sama dia, jangan sama aku." Gerald menunjuk Sapari yang masih berada di tempatnya.

Bagi Gerald, semenjak Suyin datang rasanya minimarket sudah tidak lagi nyaman. Tidak seperti sebelum Suyin belum kerja di sini. Entah karena Sapari atau karena bos yang selalu memperingatkan agar tidak menggangu Suyin.

Bagi Gerald, Suyin hanya orang yang bisa masuk kerja di sini karena orang dalam.

"Suyin, please! Aku ingin bicara sama kamu." Sapari kembali mendekati Suyin saat pembeli tinggal satu yang antri kasir.

"Bicaralah! Aku akan dengarkan sambil kerja. Ini jam kerjaku, aku tidak mau menggunakan jam kerja untuk urusan pribadi." Suyin menjawab dengan tangan masih sibuk men-scan barang-barang.

"Bagaimana bisa bicara di sini, di depan semua orang. Aku ingin bicara tentang kita. Hubungan kita."

Suyin menarik napas. "Pak Sapari, sudah aku bilang kalau sekarang jam kerja. Tidakkah kau dengar itu? Kalau mau bicara tentang hal pribadi tunggu jam kerjaku habis."

Sapari tidak bisa lagi menahan kesabaran, ia berputar dan masuk ke belakang meja kasir. "Ayo ikut aku!" Ditariknya tangan Suyin kencang hingga membuat tubuh gadis itu sedikit oleng.

"Hei jangan kasar sama cewek!" Meski Gerald tidak terlalu menyukai Suyin, tapi ia juga tidak bisa melihat seorang wanita diperlakukan kasar di depan wajahnya.

"Jangan ikut campur. Ini urusan antara aku dan Suyin!" Sapari menunjuk wajah Gerald.

"Tahu ini urusan kalian, tapi ini di mana, di tempat kerja. Jadi tolong jangan bersikap kasar."

"Kamu tidak tahu apa-apa!" Sapari kembali menarik tangan Suyin. "Kamu sudah tidak lagi bekerja di sini sejak lama, Suyin! Jadi ini bukan jam kerjamu dan kamu tidak perlu terlalu rajin."

"Hei!" Gerald ingin memperingatkan Sapari, tapi lebih dulu Sapari memberinya tatapan membunuh.

"Jangan ikut campur! Ngerti!"

Suyin meringis menahan perih di pergelangan tangan. "Sudah, aku akan ikut. Tapi gak usah teriak-teriak." Ia menghempaskan cekalan tangan Sapari dan keluar dari belakang meja kasir.

Sapari mengikuti langkah Suyin sambil tersenyum senang. Akhirnya Suyin luluh juga.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro