5. Bukti Tunangan

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Beberapa karyawan minimarket yang satu shift dengan Suyin langsung menghalangi Sapari. Mereka membuat tembok untuk melindungi Suyin. Sedangkan Suyin langsung bersembunyi di balik punggung mereka.

"Aku gak mau pulang sama dia, tapi dia maksa dan narik aku." Suyin menunjuk Sapari. Ia mengintip Sapari dari balik pundak salah satu temannya.

Sapari lihat Suyin yang malah ketakutan, tapi kalau ia menyerah maka ia akan kehilangan Suyin nantinya. Ia hanya perlu membawa Suyin pulang, dan biarkan kedua orang tua Suyin yang menjelaskan kalau anaknya hilang ingatan karena kecelakaan itu.

"Aku sudah bilang berkali-kali kita tidak ada hubungan, kamu kenapa sih maksa banget?" Suyin berteriak frustrasi. Ia tidak peduli lagi dengan pembeli dan orang-orang yang melihat ke arahnya.

Dua wanita membawa Suyin untuk masuk ke ruang loker, sedangkan yang lainnya mendekati Sapari yang masih berdiri di depan pintu minimarket. Hari ini tempat kerja mereka jadi ramai karena Suyin dan Sapari, bukan hanya karena pertengkaran mereka, tapi juga orang-orang yang kepo.

Sambil mencari tahu penyebab pertengkaran itu, mereka juga belanja di sana. Jadi memang secara tidak langsung menambah omset minimarket.

Suyin duduk di kursi kayu dan meminum air putih yang dibawakan oleh temannya. Ia benar-benar tidak habis pikir dengan Sapari yang memaksanya untuk mengakui tentang hubungan yang sama sekali tidak ia jalani.

Aneh.

"Kamu benar gak ada hubungan dengan laki-laki tadi?" tanya salah satu teman Suyin. Ia melihat Suyin yang kekeuh tidak mengaku, dan Sapari yang tetap berada dalam pendapatnya kalau mereka ada hubungan.

Suyin menggelengkan kepala. "Enggak sama sekali. Kalau pun ada masa aku tega mengusir dia apa lagi katanya dia adalah tunanganku, masa iya aku mengusir tunanganku." Suyin meletakkan botol air putih ke lantai. Ia menyandarkan punggungnya ke belakang.

"Mungkin kalian sedang bertengkar," tebak temanya lagi.

"Bertengkar? Ketemu saja baru hari ini, tadi waktu aku mau kerja dia ke rumah dan langsung memelukku, aneh, kan?"

Dua orang mengangguk. Memang aneh sih kalau menurut cerita Suyin. Tapi kalau dilihat baik-baik Sapari bukan orang jahat atau psikopat, masa tiba-tiba meluk orang tak dikenal dan mengaku sebagai tunangannya?

Mereka bingung, sama bingungnya dengan Gerald dan satu temannya yang di luar ruang loker. Ia bertanya kepada Supari tentang keributan hari ini. Cerita siapa yang benar dan siapa yang salah.

"Aku benar-benar tunangan Suyin, kalian bisa lihat bukti foto-foto ini kalau gak percaya." Sapari memberikan ponselnya kepada Gerald dan temannya agar mereka tahu kalau ia tidak mengada-ngada.

Gerald menerima ponsel itu dan melihat banyak foto kebersamaan Suyin dengan Sapari. Tapi di sana Suyin terlihat bahagia, masa sekarang bisa tidak mengenali lagi?

Apa jangan-jangan ini editan? Itu yang dipikirkan oleh Gerald, bisa saja ini editan kan?

"Ini bukan editan kan?" tanya Gerald.

Sapari menggelengkan kepala. "Kenapa kalian curiga kalau itu editan? Emang aku seniat itu mengedit ratusan foto di sana? Lagian itu foto bukan hanya diambil tahun ini saja, tapi juga sejak beberapa tahun lalu."

Masuk akal sih apa yang dikatakan oleh Sapari. Jadi di sini Suyin yang berbohong? Tapi kenapa?

"Kalau kalian gak percaya, aku punya video waktu lamaran." Sapari mencari video saat mereka bertukar cincin.

Gerald melihat video itu. Terlihat asli memang, jadi bisa dipastikan kalau Sapari tidak berbohong sama sekali.

"Jadi sekarang kalian percaya?"

Gerald mengangguk. "Aku sih percaya."

"Ya udah panggil Suyin keluar, katanya kalau bukan karyawan tidak boleh masuk." Sapari menunjuk pintu yang menghubungkan ke ruang loker.

Gerald dan satu temannya masuk ke ruang loker. Mereka memanggil Suyin agar keluar.

"Kamu harus selesaikan masalah kamu dulu dengan laki-laki itu baru kembali kerja, daripada ribut terus tidak ada habisnya dan mengganggu pekerjaan yang lainnya, juga orang yang mau beli di sini." Gerald mengatakan kepada Suyin.

Andai saja Azhar tidak off hari ini, pasti supervisornya itu bisa menyelesaikan masalah ini. Tapi Azhar sedang libur, hingga kalau bukan dirinya yang menyelesaikan siapa lagi.

Gerald malas sebenarnya, tapi kalau lama-lama Sapari ada di sini membuat tidak nyaman untuk semua orang.

"Tapi aku beneran tidak punya hubungan dengan laki-laki itu. Masa aku harus ikut dia sih." Suyin menolak keluar.

"Dia punya bukti kalau kamu memang tunangannya. Kami tidak bisa membantu, karena ini urusan pribadi kalian."

"Tapi aku gak kenal dia seperti yang dia bilang, kami hanya rekan kerja."

Gerald menjajarkan posisi wajahnya dengan Suyin. "Selesaikan saja dengannya, kami tidak bisa berbuat lebih. Kalau ada masalah jangan lari, tapi selesaikan."

Suyin memohon kepada Gerald dan yang lainnya, tapi mereka tidak mau ikut-ikutan masalah Suyin. Ia hanya bisa pasrah.

"Nanti setelah masalah kalian selesai, kamu bisa kembali kerja lagi." Gerald meninggalkan Suyin dan keluar dari ruang loker, begitu juga dengan tiga teman lainnya. Mereka juga tidak mau mengurusi masalah pribadi orang lain.

Suyin kini sendirian di ruang loker, ia bingung harus bagaimana. Mana mungkin ia ikut dengan Sapari. Tapi kalau ia di sini terus sampai jam kerjanya selesai, pasti Sapari tidak mau menyerah dan tetap memaksanya.

"Hais, kenapa sih setelah siuman jadi aneh gini hari-hariku?" Suyin menjambak rambutnya sendiri.

Gerald menepuk pundak Sapari dan memintanya untuk menjemput Suyin sendiri. Ia menebak kalau tidak dijemput oleh Sapari, Suyin tidak akan keluar dari ruang loker sampai pulang kerja.

"Emang boleh aku masuk?" tanya Sapari.

"Untuk kali ini boleh, tapi besok-besok gak boleh." Gerald kembali ke belakang meja kasir, ia membantu temannya yang sibuk dengan konsumen.

Sapari mengucapkan terima kasih, ia lalu masuk ke ruang loker dan menemukan Suyin duduk di kursi kebingungan. Langkahnya perlahan mendekati Suyin, kemudian ikut duduk di samping gadis itu.

"Ayo aku antar pulang, kamu bukan karyawan di sini, jadi bisa pulang kapan aja. Kita temui orang tua kamu, biar mereka yang jelaskan." Sapari menarik tangan Suyin. "Di mana lokermu? Ambil tasmu!" Ia meremas tangan tunangannya, berharap dengan itu Suyin menjadi lebih tenang.

"Aku gak mau pulang."

"Maka aku akan paksa kamu, kalau pergi aku gendong keluar dari sini."

"Kamu gila."

"Aku gila karena kamu!"

"Tolong! Gerald tolong aku!" teriak Suyin.

Gerald mendengar, tapi ia tidak mau menolong, karena itu sudah masuk ranah pribadi, bukan masalah umum. Teman yang lain pun sama, mereka memilih melipir.

"Mereka tidak akan mau menolong kamu, karena mereka tahu, kamu memang tunanganku." Sapari menarik tangan Suyin lebih keras dan berjalan keluar dari ruang loker.

"Tolong aku gak kenal orang ini. Dia bukan tunanganku!" teriak Suyin lagi.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro