Ketemu Orang Baru

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Author's POV

"Sst, Sal. Bangun oi,"bisik Steffi seraya menoel noel sahabatnya yang lesu itu.

"Sal, Bu Dian udah dateng oi!"bisik Steffi lagi, namun Salsha hanya mengibaskan tangannya acuh.

Benar saja, beberapa detik kemudian, suara high heels Bu Dian terdengar disusul suara sepatu seorang pemuda. Tampak ada seorang pemuda berperawakan tinggi, berkulit sawo matang dan wajahnya tampan.

"Pagi, Anak Anak."

"Pagi, Buuuu."

"Hari ini ada teman baru. Silahkan perkenalkan dirimu,"ucap Bu Dian mempersilahkan pemuda disebalahnya.

"Saya Ari Irham, panggil aja Ari. Umur saja 17 tahun."Pemuda itu memperkenalkan dirinya sambil tersenyum.

"Baiklah, Ari. Kamu duduk di sebelahnya Salsha ya,"ucap Bu Dian.

Ari mengangguk dan meletakkan tas ranselnya disebelah gadis yang tampak acuh dengan kehadirannya.

"Emm, hai."

"Hai,"balas Salsha singkat tanpa melihat Ari.

Ari pun tak meneruskan usahanya untuk berkenalan dan fokus pada pelajaran.

********

"Steff, lo duluan ke kantin deh. Gue mau ke toilet,"ucap Salsha pada Steffi.

"Cepetan ya. Gue tunggu di kantin,"teriak Steffi yang disambut anggukkan Salsha.

Si Aldi gimana ya,Batin Salsha sambil mengeluarkan ponsel, bermaksud menghubungi Aldi.

Karena asik melihat ponsel, Salsha tak melihat jalan dan akhirnya bertabrakan dengan Ari. Jus jeruk yang dibawa pemuda itu pun sukses mendarat di seragam Salsha.

"Aduh, maaf maaf! Gue nggak sengaja,"sesal Ari buru buru membantu Salsha berdiri.

"Nggak, gue yang salah. Nggak lihat jalan tadi,"ucap Salsha sembari sibuk melap ponselnya yang terciprat itu.

"Emm, mendingan lo ke toilet dulu aja. Hape lo biar gue yang urus,"saran Ari.

Tanpa mempertimbangkan banyak hal lagi, Salsha menyerahkan ponselnya dan melesat ke kamar mandi.

"Aduh, gue mana boleh make baju dance. Terus seragam gue gimana nih...,"keluh Salsha seraya mencuci tangannya yang lengket terkena jus.

Beberapa menit kemudian, Salsha keluar dari kamar mandi dan mendapati Ari menunggunya di pintu.

"Ekhem,"deham Salsha agar Ari tersadar.

"Ini hape lo. Dan ini...,kalau lo nggak keberatan, pake kaos olahraga sama jaket gue aja dulu. Daripada lo basah basahan,"tawar Ari menyodorkan ponsel, jaket, serta kaos olahraganya.

Salsha tersenyum, "Makasih banget ya. Btw, gue kok nggak pernah liat lo ya?"

"Astaga, kita baru kenalan di kelas lho. Gue anak baru yang duduk di sebelah lo tadi,"ucap Ari tertawa.

"Serius?! Gue kayaknya nggak konsen deh tadi."

"Nama gue Ari."Ari mengulurkan tangannya sambil tersenyum.

Salsha menerima jabatan tangan Ari, "Gue Salsha."

"Ya udah, ganti dulu sana."

Salsha mengangguk dan kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk berganti baju. Dengan cepat, ia mengenakan kaos olahraga Ari dan menutupinya dengan jaket Ari yang jelas kebesaran di dirinya.

"Wah, antara gue yang bongsor atau lo yang terlalu kurus,"ucap Ari yang rupanya masih menunggui Salsha.

"Lho? Lo nungguin siapa?"tanya Salsha heran.

"Nungguin lo."

"Gue? Oh! Gue belom ganti jus jeruk lo ya! Sori sor-"

"Bukan, bukan! Lo salah sangka,"sela Ari buru buru menahan tangan Salsha yang sudah merogoh dompetnya.

"Terus? Kenapa lo nungguin gue?"tanya Salsha tak mengerti.

Ari mengusap tengkuknya canggung, "Gue belom punya temen nih. Makanya, mau ngajakin lo ke kantin bareng."

Salsha tertawa kencang melihat wajah Ari yang memerah karena malu atau gugup. Gadis itu terus tertawa selama beberapa menit, sampai akhirnya berhasil mengendalikan tawanya.

"Udah yuk, ke kantin. Gue kenalin ke temen temen gue,"ajak Salsha sambil menarik tangan Ari.

Ia melupakan niatnya untuk menghubungi Aldi tadi.

*******

"Sal! Lo ke kamar mandi nyemplung apa gimana? Lama banget,"ucap Steffi sewot begitu akhirnya melihat batang hidung Salsha. Pasalnya, ia juga tak melihat batang hidung Iqbaal, jadinya ia bete.

Salsha mencubit lengan Steffi pelan, "Lo tuh ya, ngeselin banget. Lo nggak liat disebelah gue ada manusia?"

"Eh iya juga. Lo anak baru itu kan?"tanya Steffi.

"Iya. Gue-"

"Ardi! Iya kan?"tebak Steffi memutus ucapan Ari.

Ari dan Salsha saling bertatapan untuk sesaat, kemudian tertawa kencang. Keduanya mentertawakan Steffi yang sok tahu.

"Napa ketawa? Salah?"tanya Steffi bingung.

Ari tersenyum, "Nggak. Cuman melenceng dikit. Gue Ari."

"Sori, hehehe. Gue agak agak pikun,"ucap Steffi sambil nyengir kuda.

"Yah, santai lah. Gue boleh gabung kan?"tanya Ari menaikkan sebelah alisnya.

"Boleh lah. Sini duduk di sebelah gue,"ucap Salsha sambil menarik tangan Ari untuk duduk di sebelahnya.

Ketiganya dengan cepat akrab. Sesekali terdengar suara tawa dari Salsha dan Steffi karena mendengar cerita cerita Ari tentang sekolahnya yang lama.

"Ey! Ada apaan nih, seru amat,"sapa Karel tiba tiba. Di belakangnya, ada Iqbaal yang mengekor.

"Hai Rel. Udah heboh aja lu,"celetuk Steffi. Ia sengaja tak menyapa Iqbaal, ia kesal karena sedari tadi Iqbaal tak mencarinya.

"Steff, gebetannya nggak disapa nih?"sindir Salsha yang dibarengi kekehan Ari.

"Orangnya aja nggak nyapa gue,"celetuk Steffi melirik Iqbaal.

Iqbaal menyengir, "Hai Steff. Maaf aku lama ya."

"Terserah,"balas Steffi singkat. Tapi ia luluh juga, buktinya ia menggeser duduknya, mempersilahkan Iqbaal duduk di sebelahnya.

"Khem khem. Ada yang baikan,"goda Ari. Langsung saja, kehadirannya disadari oleh Iqbaal dan Karel.

"Eh, ini ada anak baru. Ari kan?"tanya Karel pada Ari. Ari mengangkat alisnya, mengiyakan.

Iqbaal mengamati wajah Ari lamat lamat, sebelum ia menjentikkan jarinya. Ia baru teringat siapa Ari.

"Lo yang kemarin mau daftar Dragon kan?"tanya Iqbaal.

"Eh iya,iya. Lo yang kemarin ngasih gue brosur,"balas Ari.

"Yap. By the way, hari ini belom bisa audisi ya. Leader nya masih tepar di rumah,"ucap Iqbaal.

Mendengar kata Leader , Salsha langsung menepuk dahinya. Ia lupa niatnya hendak menghubungi Aldi.

"Kenapa Sal?"tanya Ari.

"Gue lupa, tadi mau nelpon Aldi! Mana pula hape gue,"jawab Salsha panik.

Ari yang menatap Salsha panik, pun hanya bisa diam mengernyit. Ia kini lebih kepo tentang hubungan Salsha dan Aldi.

Mereka pacaran?Batin Ari.

"Sal, hapenya di situ!"ucap Karel sambil menunjuk saku Salsha.

Salsha pun menggeram kesal pada dirinya sendiri. Namun sialnya, begitu ia hendak mendial nomor Aldi, bel masuk berbunyi.

********

Ari diam diam menatap Bu Tian yang masih sibuk menjelaskan hukum hukum fisika. Setelah dirasanya aman, ia menoel lengan Salsha.

"Sal,"panggil Ari pelan.

Salsha yang dari tadi juga tidak minat pada pelajaran pun dengan cepat merespon dengan matanya.

"Gue boleh nanya nggak?"

"Nanya aja,"jawab Salsha ikut berbisik.

"Yang tadi lo sebut, itu pacar lo?"tanya Ari.

"Aldi maksud lo?"

"Iya."

"Bukan, dia sahabat gue."

Ari manggut manggut mengerti. Salsha yang melihat ekspresi Ari pun mulai jahil.

"Napa emang? Lo naksir gue yah?"goda Salsha terkikik pelan.

"Idih, GR banget lu!"sengit Ari refleks dengan suara keras. Akibatnya, Bu Tian pun mengernyit padanya.

"Ada apa Ari?"tanya Bu Tian dingin.

Salsha yang mendengar itu hanya bisa menenggelamkan kepalanya menahan tawa. Ari menyengir sopan pada Bu Tian, sambil menatap bahu Salsha yang bergetar karena tertawa.

"Nggak apa apa, Bu,"ucap Ari.

"Hmm. Perhatikan ke depan,"tegur Bu Tian.

"I-iya, Bu."

Ari menyenggol sikut Salsha dengan kencang, sambil menatap gadis disebelahnya itu dengan garang. Salsha pun tetap tertawa.

"Apa salah dedek, kak?"tanya Salsha sok polos.

"Sok kemudaan lo, nenek lampir!"ledek Ari kesal.

Salsha pun hanya menenggelamkan kepalanya lagi dan tertawa.

*******************

Sekilas di rumah Aldi. . . . .

"Setdah! Ini napa hidung gue gatel mulu ya? Pasti lagi diomongin,"celetuk Aldi sambil menggosok gosok hidungnya yang memerah.

Mungkin saja ia memang tengah dibicarakan, atau tengah dipikirkan.

Tapi yang jelas,

Ia memang flu dari awal.

"Iye iye, thor! Gue tahu gue jomblo!"celetuk Aldi sambil melempar sandal jepitnya ke arah saya.

Lah, baper dia.

Baiklah, sekian untuk chapter ini.

***********************

.

.

.

.

Gimana gimana? Asik ga? Seru gak?

Votes ya. Comment jugak :*

As always,

Love u all!


(sedikit bonus)

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro