18) Roti Es Krim

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SPACE





Jam istirahat 15 menit lagi berakhir. Triple Z, Gwen, dan Sora masih bermain ML bersama, tetapi kali ini bukan di mode ranked, melainkan di human vs Ai mode untuk berlatih dan menyusun strategi. Bersamaan dengan itu, Keira datang dari kantin dengan tangannya yang membawa mie kemasan cup rasa pedas dower yang sepertinya baru ia beli, terlihat dari uap dari dalam cup itu masih mengepul.

Baru saja sampai di bangkunya, Keira langsung menodong pertanyaan untuk Gwen. "Lo kok nggak ke kantin sih? Gue tungguin daritadi."

Gwen mendongak menatap lawan bicara, kebetulan ia dan timnya sudah selesai bermain bersama. "Emang gue ada bilang mau ke kantin?"

"Nggak sih."

"Fanya mana?" Gwen menanyakan itu sebab tidak melihat Fanya bersama Keira, padahal tadi mereka berdua pergi ke kantin bersama.

"Ditahan sama Verissa di kantin, disuruh nemenin tuh anak makan. Gara-gara si Sora nggak ada," jelas Keira kemudian memakan mie nya.

"Tuh, orangnya." Gwen menunjuk dengan dagunya, Sora yang duduk bersama Zidan.

"Lah, ada Sora?"

Sora yang sedang melihat hero-hero di ML itu seketika mengangkat wajahnya. "Ah iya, ada gue."

"Kok di sini?" tanya Keira sembari mengunyah.

"Tadi dipaksa main ML sama Zen."

"Lain kali jangan mau dipaksa sama sabun Zen ini, Ra."

"Enak banget manggil gue sabun Zen." Si pemilik nama angkat suara.

"Kan emang Zen itu merk sabun."

"Sudah anak-anak, tidak boleh ribut. Ayo bertumbuk saja," lerai Zidan, tetapi diakhir kalimatnya malah disuruh berantem.

Keira mengabaikan itu, dan sekarang arah pandangnya tertuju pada Sora. "Ra, daritadi dicari tuh sama Verissa, mana cempreng banget lagi suaranya."

Ini nih yang ditunggu Gwen. Kenapa tidak dari tadi saja Keira bilang itu sih.

"Kalo gitu gue ke Verissa dulu, ya," pamit Sora dan beranjak.

"Lain kali mabar sama kita lagi, Ra!" seru Zen.

Sora menengok.

"Iya." jawabnya yang sudah sampai di ambang pintu kemudian berbelok ke arah kiri.

"Haus nih gue, Zen, kantin yuk!" ajak Zidan dan disetujui oleh Zen. Mereka berdua lantas meninggalkan kelas. Hanya tersisa beberapa siswa-siswi, serta Zacky dan Gwen yang tengah sibuk dengan ponselnya masing-masing. Sedangkan Keira masih menikmati mie pedasnya sampai mulutnya itu seperti terbakar akibat kepedasan. Mana lupa beli air lagi.

Keira menepuk-tepuk tangan Gwen.
"Hu ... ha ... aduuh, pedes, minta air dong." Wajah Keira memerah, air matanya jatuh, dan bibirnya kelihatan seperti bengkak akibat mie itu.

"Napa, sih?"

"Astaga Kei, muka lo jelek banget."

Zacky ikut melihat wajah Keira dengan tampang prihatin. "Gwen, kasi air lo, kasian tuh."

"Gwen, ini punya lo ya? Gue minta." Keira yang hendak membuka tutup botol air milik Gwen atas pemberian Zacky tadi, dengan cepat Gwen merebutnya.

"NGGAK BOLEH, BELI SANA!"

"Pelit banget lo!"

"Ya udah anterin gue beli." Keira dengan cepat menarik tangan Gwen untuk menemaninya ke kantin.

"Ganggu orang aja lo."

"Emang lo ngapain?"

'Berduaan sama Zacky' Gwen menggelengkan kepalanya cepat, menghilangkan pikiran bodoh yang tiba-tiba muncul.

Keira mengajak lari Gwen di sepanjang koridor.

"Aduh."

Karena tidak fokus akibat kepedasan, Keira menabrak dada bidang seorang cowok yang sudah ia kagumi selama beberapa tahun belakangan ini.

Keira mendongak, mampus ada Revan. Mana sekarang wajahnya sedang jelek banget lagi gara-gara mie pedas itu.

"Eh maaf, Kak."

"Lo kenapa? kepedasan?"

"Iya nih, abis makan pop mie pedes dower. Ini mau beli air dulu, Kak."

"Nih, air gue aja." Revan menyerahkan air dingin yang baru saja ia beli dan hanya ia minum setengah.

"Ha? Nggak usah kak, gue beli aja," tolak Keira, tetapi dalam hati cewek itu sebenarnya mau.

Gwen yang jengah mendengar Keira yang malu-malu kucing itu akhirnya merampas botol air yang diulurkan Revan. "Lama ya lo, tinggal ambil aja elah."

Gwen membuka tutup botol itu dan memberikannya kepada Keira. "Nih."

Keira yang tidak tahan lagi dengan rasa pedas di mulutnya lantas meneguk air pemberian Revan sampai tandas. Walaupun rasa pedasnya masih terasa, tapi mendingan lah, tidak seperti tadi.

"Makasih, Kak."

"Mau gue beliin susu, Kei?"

"Aish, sejak kapan lo perhatian banget sama sahabat gue?"

"Apa urusannya sama lo?"

"Awas, Kei, ada kupu-kupu. Kupu-kupu lebih bahaya dari buaya."

"Lo ada dendam sama gue?

"Iya, kenapa, hah?!"

"Gue ke kelas dulu, ya, Kak. Makasih airnya." Daripada menjadi tontonan siswa-siswi yang lewat, Keira langsung mengajak Gwen berbalik menuju kelas dengan kedua tangannya memeluk tangan kanan Gwen.

Saat hampir sampai di depan kelas, Gwen menjauhkan tangannya dari Keira. "Dih, gila lo? Senyum-senyum sendiri."

"Gue dikasi air minum sama doi, gimana gue nggak bahagia?"

"Gue mau simpan nih botol, nggak gue buang."

"Nah ini nih, namanya bucin akut! Lap dulu tuh ingus lo." Gwen menoyor kepala Keira yang sedang berbunga-bunga itu, dan kemudian dirinya memasuki kelas, meninggalkan Keira yang masih berdiri di depan kelas sambil memeluk botol air itu. Bersamaan dengan bel istirahat berakhir.

Saat sudah sampai di bangkunya, Gwen berdecak karena posisi mejanya miring, otomatis ia mendorong meja itu sampai membentur tembok.

"Akh ... jari gue." Zacky kaget karena jari tangan kirinya terjepit meja, dan lantas ia mengibaskan tangan serta meniupnya.

"Eh, sorry, Zack."

"Lo juga sih, ngapain taruh jari di sana, kejepit kan!" omel Gwen dan dengan cepat memegang tangan kiri Zacky yang jarinya terjepit meja karena ulahnya.

"Iya gue terus yang salah."

Gadis itu terus meniup jari-jari Zacky, pikirnya itu bisa meredakan rasa sakitnya mungkin. "Apa perlu gue beliin es batu?"

"Nggak usah."

"Tapi nggak sakit kan?"

"Menurut lo, kalo kejepit meja itu sakit atau nggak?"

"Ya udah, sih."

"Sorry, ya." Gwen mengucapkan maaf sekali lagi dan dibalas gumaman oleh lelaki itu.

"Eh Gwen—" Keira berbalik badan hendak menanyakan sesuatu kepada Gwen, tetapi urung karena melihat adegan langka diantara keduanya yang hampir setiap hari seperti Tom & Jerry. Dan entah sejak kapan juga Keira sudah duduk di bangkunya.

Keira berbisik dekat telinga Fanya. "Fan, liat deh ke belakang."

Fanya menurut dan menoleh ke belakang, dimana Gwen masih meniup jari-jari Zacky.

"Jidan," panggil Keira dengan berbisik kepada seseorang di seberang meja.

Zidan menoleh menatap Keira, dan yang ditatap itu lantas memberi kode dengan matanya untuk menengok ke belakang.

"Ekhem." Zidan bersuara mengikuti suara batuk.

Zen juga menengok ke belakang, dan lantas ikut menggoda Gwen dan Zacky.

"Piwiit."

Gwen yang sadar langsung menjauhkan tangan dan wajahnya dari tangan Zacky.

"Diem lo!" Gertak Gwen, menatap nyalang ke arah Zidan dan Zen.

Tok...tok...tok...

Tak berselang lama, dari ambang pintu kelas, muncul wajah Sora kemudian ia mengatakan sesuatu.

"Permisi, mau nyari Zacky Fernando."

"Cie, Zacky dicariin cewek," goda salah satu siswi yang duduk di bangku dekat pintu itu.

Zacky kemudian berdiri dari duduknya dan menghampiri Sora di ambang pintu yang ingin memberitahukan suatu hal.

"Ciee ..." Akhirnya satu kelas ikut menggoda Zacky dan hal itu membuat Gwen kesal.

"Abis Gwen terbitlah Sora," celetuk Keira.

☘️☘️☘️


Dengan ditemani teriknya sinar mentari, Gwen berdiri di luar gerbang sekolah untuk menunggu kedua orang tuanya menjemput dirinya. Tadi pagi-pagi sekali Papa dan mamanya pergi ke luar kota menghadiri acara pembukaan boutique teman mamanya. Dan balik dari luar kota, orangtuanya langsung mengabarkan bahwa ia akan dijemput. Itulah sebabnya ia menunggu di sini, dengan siswa-siswi lainnya yang sedang menunggu jemputan. Dirinya berdiri di bawah pohon, di belakang penjual roti es krim yang mangkal di depannya.

Saat sedang menengok kanan-kiri, tiba-tiba arah pandangnya tertuju pada sosok laki-laki yang tadi jarinya tidak sengaja terjepit meja karena dirinya. Lelaki itu berjalan ke arah dirinya, tetapi mata teman duduknya itu tertuju kepada penjual roti berisi es krim di depannya.

Zacky terus melangkah, sampai langkahnya terhenti di samping penjual roti es krim itu. Saat melihat ke samping kiri, ia mengerutkan keningnya.

"Lah, Gwen, belum balik?"

"Ya menurut lo?"

"Gue nanya baik-baik padahal."

"Terus lo ngapain di sini? Bukannya balik." Sekarang giliran Gwen bertanya.

"Ini gue mau beli roti isi es krim."

Gwen hanya mengangguk, sedang malas bertanya lebih banyak lagi. Sedangkan Zacky mulai membeli roti berisi es krim. Ini mengingatkan ia pada masa SD nya dimana ia sering meminta kepada Uminya untuk membeli es itu, dan tak luput dengan ceramah dari Uminya karena terlalu sering membeli roti berisi es krim sampai akhirnya ia pilek.

"Lo mau beli nggak?"

"Nggak ah."

"Neng nggak mau beli juga? Ini es enak banget loh. Mau yang pake roti atau kojong?" kata penjual es itu menawarkan.

Gwen membalas dengan senyuman. "Nggak dulu, Mas."

"Ini Masnya aja sering beli di abang," kata penjual itu lagi dan memberikan dua roti es krim itu kepada Zacky.

"Awas lo sakit makan es itu tiap hari," omel Gwen tiba-tiba, yang tanpa sadar itu merupakan bentuk perhatian yang sudah ia berikan.

"Nggak tiap hari juga." Zacky membayar dua es itu dengan uang berwarna hijau, abang penjual es hendak memberikan uang kembalian, tapi ditolak oleh Zacky. Kata cowok itu uang kembaliannya buat abangnya aja. Itu membuat Gwen diam-diam kagum kepada teman sebangkunya.

"Nih, buat lo." Zacky menyerahkan satu roti es krim ke hadapan Gwen.

"Gue kan udah bilang nggak usah."

"Ya udah." Zacky kembali menarik tangan yang berisi roti es itu dari hadapan Gwen.

Gwen sedari tadi memperhatikan Zacky memakan roti berisi es krim aneka rasa sambil meneguk ludah. Mana cuaca hari ini panas, ya enaknya minum es panas-panas gini.

"Ngapain lo ngeliatin gue kayak gitu, mau?"

"Udah nih ambil aja." Akhirnya satu roti berisi es krim itu beralih tangan.

Gwen mencoba sedikit demi sedikit, walaupun rasanya tidak jauh beda dengan es krim pada umumnya. Tapi menurutnya masih enakan es krim di freezer nya sih.

"Enak gak?"

"Lumayan."

"Tadi pake acara shy-shy lion," cibir Zacky kemudian memakan kembali roti es miliknya.

"Lo ngatain gue singa?"

"Lo yang bilang tadi ya, bukan gue."

"LO KOK NYEBELIN BANGET, SIH, ZACK!"

Gwen tidak menyadari bahwa ada orang tuanya yang memperhatikannya dari dalam mobil yang tengah terparkir di seberang jalan tak jauh dari keberadaan dirinya dan Zacky.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro