9) Ball as Trouble Maker

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

SPACE



Suasana di kelas XI IPA 2 sangat riuh dengan protesan-protesan yang ditujukan untuk Bu Yuli selaku guru Kimia mereka. Sebab sistem pembelajaran yang diterapkan guru itu adalah kerja kelompok. Jadi, setiap mulai jam pembelajaran beliau, diharapkan siswa-siswinya sudah duduk dengan anggota kelompoknya masing-masing.

"Bu, saya nggak mau berkelompok sama Adit. Dia pasti main game mulu," protes salah satu siswi yang duduk di bangku tengah.

"Bu Yuli, saya mau pindah kelompok aja. Saya maunya sama bebeb Diva," celetuk cowok tengil yang duduk paling pojok.

"Saya Gwenneth Felicia juga mau protes. Saya nggak sudi berkelompok sama Zacky, Bu!"

"Saya juga, Bu. Saya maunya berkelompok sama Taehyung aja," timpal Keira yang langsung dihadiahi tawaan oleh seisi kelas.

"Sudah-sudah! Kalian itu bukan anak kecil lagi. Ini hanya kelompok belajar. Bila ada yang kesulitan mengerjakan soal yang Ibu berikan, kalian bisa berdiskusi dengan sesama anggota kelompok kalian. Paham?!"

"Iya, Bu. Paham," kata sebagian dari mereka kompak.

"Sekarang kerjakan soal di papan, salin ke buku latihan kalian dengan diskusi kelompok."

"Males banget gue satu kelompok sama, lo!" kesal Gwen sambil menginjak sepatu Zacky di bawah meja. Zacky meringis, tetapi hanya bisa bersabar.

"Satu hari aja gak bar-bar, bisa?"

"Nggak!"

"Terima aja kali. Mungkin takdir lo sekelompok sama gue terus," kata Zacky enteng.

"Dih, najis!"

"Ayo, kita tonton pertengkaran antara suami dan istrinya," celetuk cowok yang duduk berhadapan dengan Zacky.

"Kayak sinetron di TV, anjir." Keira tertawa mendengar celetukan dari Zen yang duduk di sampingnya ini.

Ya, mereka berempat satu kelompok.

Sudah 15 menit Gwen berdebat dengan Zacky, dan selama 15 menit itulah mereka belum mengerjakan tugas yang ditugaskan Bu Yuli sama sekali.

"Jadi ngerjain tugas, nggak, nih? Kalo nggak jadi, mending gue drakoran." Keira sudah bosan mendengar perdebatan di antara keduanya, sebab setiap saat pasti ada saja yang diperdebatkan. Entah itu hal yang tidak berfaedah sama sekali.

"Mending bapak sama ibu selesaiin KDRT-nya di rumah saja. Jangan di sekolah. Oke, Pak, Bu?" Zen buka suara lalu menatap Zacky dan Gwen secara bergantian.

"Mulut lo KDRT!" Gwen melempar gumpalan kertas ke mulut Zen.

"Jadi ini gimana?" tanya Zacky yang sudah mulai membuka buku tulisnya.

"Gimana apanya?" tanya Keira dengan ke-lola-annya.

"Ngerjainnya bego!" Zen memukul kepala Keira dengan pulpennya.

"Gak usah ngegas, pinter!" balas Keira.

"Nah, kan. Terbukti kalo kalian yang lagi KDRT," kata Gwen sambil bersedekap.

"Kenapa pada bahas KDRT?" bingung Keira dengan kening berkerut.

"Mending kerjain soal di papan. Keburu bel, biar nggak jadi PR entar," suruh Zacky yang mulai menyalin soal-soal yang tertulis di papan.

"Gue nggak ngerti, gimana cara ngerjainnya coba?" Keira menggaruk kepalanya menggunakan ujung pulpen.

"Ya makanya diskusi, koneng!"

"Kok lo ngegas mulu sama gue? Lo punya dendam sama gue, hah?!"

"Jelaslah, Kei. Orang kemarin lo cuma numpang wifi di cafe-nya Zen, malah cuma beli satu akua lagi. Sedangkan lo make wifi nya sampe satu terra," jawab Gwen dengan tertawa di akhir kalimatnya.

"Ceilah, gitu aja dendam lu sama gue. Hitung-hitung sedekah. Lo yang dapet pahalanya," kata Keira kepada Zen.

"Budu amat!"

"Terus aja debat." Zacky menatap Keira dan Zen secara bergantian dengan tatapan datarnya.

Kring ... kring ... kring!

"Baik, anak-anak. Soal yang di papan tolong disalin di buku latihan dan dikerjakan di rumah. Di pertemuan berikutnya kita bahas."

"Kerja kelompok, yuk. Gue nggak paham, nih," saran Zen.

"Ho'oh. Gue juga nggak paham," timpal Keira.

"Gue sih ayo aja. Mau di mana?" Zacky menyetujui sembari membereskan alat tulisnya di atas meja.

"Di cafe Zen!" ujar Keira semangat.

"No, no, no! Itu mah cara lo doang buat dapet wifi gratis," tebak Zen yang langsung paham motifnya Keira.

"Kok lo pinter?" Zen pun memutar bola matanya malas pada teman di sampingnya ini.

"Rumahnya Gwen aja gimana?" saran Zacky sambil melirik ke arah Gwen.

"Dih, kok rumah gue?"

"Iya, boleh tuh. Gue juga baru dapet sekali doang masuk rumahnya Gwen. Setelah itu nggak pernah lagi," terang Keira.

"Gak, gak, gak! Kenapa nggak di rumah lo aja?" tanya Gwen kepada Zacky.

"Nggak bisa."

"Di rumah lo aja, Gwen. Titik. Nggak pake penolakan." Keira menatap Gwen dengan puppy eyes-nya.

"Biar gue nggak ngeluarin ongkos, lumayan cuma tinggal jalan beberapa meter doang. Dah sampai, yey!" lanjut Keira.

"Fix, di rumah lo!" ucap Zacky dan Zen kompak.

"Lah, lah, lah. Gue nggak tanggung jawab kalo Papa gue galak ke kalian."

Namun, peringatan itu tidak dihiraukan Zacky dan Zen. Mereka berdua hanya menaikkan kedua bahunya acuh tak acuh.

🍀🍀🍀

"Akhirnya! Pelajaran yang gue tunggu-tunggu, yaitu ketemu guru Oppa!" ujar Keira dengan wajah yang sumringah.

"Pikiran lo oppa-oppa mulu. Inget, Pak Chandra udah punya istri, woy!" teriak Gwen tepat di telinga Keira.

"Woylah! Nggak usah teriak di kuping gue juga, Gwen sayang. Iya, gue tau, Pak Chandra udah punya istri. Gue, kan, cuma mengagumi dia doang."

Mereka bertiga sudah sampai di lapangan, tempat pembelajaran olahraga berlangsung yang diajarkan oleh Pak Chandra---guru yang masih muda dan tampan. Siswi-siswi nya suka menjuluki guru Oppa, karena ketampanannya sebelas dua belas seperti aktor Korea.

"Oke, anak-anak. Sekarang pelajaran olahraga di kelas kalian digabung dengan kelas XI Bahasa 2. Karena guru olahraga mereka tengah sakit sekarang. Jadi, apa di antara kalian ada yang keberatan?"

"Tidak, Pak."

"Baiklah. Kalau begitu, ketua kelas XI IPA 2 silakan pimpin berdoa sekarang."

Setelah selesai berdoa, Pak Chandra mulai menyuruh siswa-siswinya untuk melakukan pemanasan dan juga berlari keliling lapangan sebanyak dua kali putaran dan dilanjutkan dengan mencari nilai bermain basket.

Siswa-siswi yang sudah selesai melakukan pemanasan, mereka langsung mencari tempat berteduh agar terhindar dari teriknya sinar mentari sekaligus mengumpulkan energi untuk nanti mencari nilai bermain basket.

"Gue butuh akua, nih. Duh, dehidrasi gue lama-lama," keluh Keira sembari mengipaskan tangannya pada wajahnya.

"Apalagi gue," timpal Gwen.

"Sekarang Bapak akan panggil nama siswa-siswa untuk bermain basket. Dimulai dari kelas XI IPA 2 terlebih dahulu."

"Rey, Yoga, Zacky, Zen, dan Zidan. Kalian di tim satu."

"Aldi, Ali, Arya, Bimo, dan Bara. Kalian tim dua."

Mereka yang merasa namanya dipanggil, lantas berdiri dari duduknya dan berjalan ke tengah lapangan.

Peluit yang ditiup Pak Chandra berbunyi. Bola basket dikuasai oleh Rey dan dengan gesitnya men-dribble bola. Merasa dikepung oleh tim lawan, cowok yang identik dengan jambulnya itu mengoper bola kepada Zacky. Zacky dengan sigap menangkapnya dan men-dribble-nya menuju ke ring. Dan ... masuk!

Siswi-siswi yang menonton itu, langsung bertepuk tangan termasuk Gwen. Ia sangat tidak percaya bahwa Zacky sangat keren saat bermain basket begini. Sejak tadi ia tidak berkedip menyaksikan permainan basket Zacky dan teman-temannya.

"Awas mata lo keluar. Terpesona, kan, lo sama Zacky?" Suara dari Keira menginterupsi Gwen dari kekagumannya terhadap Zacky.

"Dih, B aja, tuh. Gue juga bisa kayak gitu," sangkal Gwen, tetapi tatapan matanya tidak lepas dari seorang lelaki yang sekarang tengah bertos ria dengan rekan satu timnya.

"Halah. Pake boong lagi, jujur napa. Kalo lo, boong, berarti gue jodohnya Taehyung."

"Kok lo ngeselin, Kei? Gue emang B aja. Nih, liat muka gue, biasa aja, kan?" Gwen menunjuk wajahnya sendiri dan memperlihatkan wajah tanpa ekspresi itu.

"Serah lo!"

Gwen bisa saja menyangkal kepada Keira, tetapi tidak dengan hatinya. Mulai hari ini, ia mengagumi cowok itu, Zacky.

Walaupun hampir setiap saat debat dengan Zacky, itu menurutnya hal wajib, yang harus dilakukan setiap hari. Jika satu hari saja dia tidak debat dengan teman sebangkunya itu, seperti ada sesuatu yang kurang. Gwen sudah memutuskan bahwa setiap hari adalah hari debat antara dirinya dengan lelaki yang bernama Zacky Fernando.

"Aina, Dela, Fanya, Gwen, dan Keira. Kalian tim satu."

"Lina, Mima, Nana, Putri, dan Septi. Kalian tim dua."

Mereka yang namanya dipanggil, langsung menuju ke tengah lapangan.

"TIM SATU, TIM SATU. AYO, SEMANGAT, MOMS!" teriak salah satu siswi dari kelas Bahasa 2 yang terkenal dengan ke'cerewetan'nya. Siapa lagi kalau bukan Verissa Hasana.

"WOO... PASTI BISA TIM GUE. SEMANGATIN LAGI, VER!" teriak Gwen juga di tengah lapangan yang membuat atensi dari siswa-siswi mengarah kepadanya dan juga Verissa.

"SEMANGKA, SEMANGKA, SEMANGAT QAQA!" Verissa menggerakkan tangannya seperti anak cheers. Sementara Sora yang duduk di samping Verissa, hanya menggelengkan kepalanya tak habis pikir dengan kelakuan temannya.

Saat permainan sudah dimulai, tim Putri dkk-lah yang menguasai bola. Putri yang sedang men-dribble bola, langsung diambil alih oleh Gwen saat Putri lalai. Dan Gwen langsung berlari ke arah ring. Saat sudah sampai di depan ring, tiba-tiba Mima menghadangnya. Gwen melirik ke samping kanan, dan di sana ada Keira yang siap menerima operan dari Gwen. Saat Gwen sudah mengoper bola ke Keira, jauh dari ekspetasinya, tiba-tiba bola yang dilemparkan Gwen terlalu tinggi dan tidak bisa dijangkau oleh Keira. Alhasil, bola itu mendarat mengenai kepala Sora yang langsung pingsan karena kaget.

"OMG, SORA! CEPET BANTUIN GUE BAWA SORA KE UKS." Verissa heboh dan menyuruh teman-teman lelaki sekelasnya untuk membatunya membawa Sora ke UKS. Namun, di antara mereka tidak ada yang mengambil tindakan.

Akhirnya Zacky-lah yang langsung menggendong Sora ala bridal style menuju UKS. Disusul Verissa, Zen, dan Zidan mengikuti mereka berdua dari belakang.

Gwen yang melihat Zacky yang menggendong Sora menuju UKS itu, merasa hatinya sedikit memanas. Gwen pun memutuskan menyusul Zacky ke UKS diikuti Keira dan Fanya.

"Gitu aja pingsan, cih," cibir Gwen saat sudah sampai di depan pintu UKS.

"Wajar lah, Gwen. Orang Sora-nya kaget kena bola salah sasaran gitu," ucap Fanya.

"Nah, ini dia pelakunya." Tuduhan yang keluar dari mulut Zen, membuat Gwen melotot ke arahnya.

Zacky, Zen, dan Zidan keluar dari ruang UKS. Sedangkan Verissa masih berada di dalam menemani Sora bersama siswi PMR yang sekarang kebagian piket di UKS.

"Gwen, nanti pas Sora udah sadar, lo minta maaf sama dia," suruh Zacky kepada Gwen yang membuat kerutan di keningnya.

"Kok gue harus minta maaf? Gue, kan, nggak salah. Nih, salahin ini bocah. Dia yang ngga bisa nangkep bola," protes Gwen sembari menunjuk Keira.

Kaira menoleh dengan cepat ke arah Gwen. "Lah, kenapa gue? Lo sih, ngopernya ketinggian."

"Udah-udah. Pokoknya untuk Gwen, lo harus minta maaf sama Sora," kata Zacky lagi.

"Iya, iya. Gue nanti minta maaf," putus Gwen dengan setengah hati.

"Kasihan si Sora. Nggak salah apa-apa malah dapet serangan dari macan garong," sindir Zidan, tetapi tidak melihat ke arah Gwen.

Gwen menendang tulang kering Zidan. "Gue nggak sengaja, Jidan!"


🍀🍀🍀


Halo! Apa kabar?
Akhirnya bisa update setelah sekian lama wkwk😆

Jan lupa vote dan comment sekalian, ya.



Salam hangat,
All authors.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro