[18]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Viola kini berkutat pada buku tulisnya, sebab ia harus menyelesaikan beberapa tugas yang dialihkan ke rumah. Lagipula, pekerjaannya itu akan segera selesai---tinggal sedikit saja, sehingga ia berusaha untuk menghalau rasa kantuk yang mulai menyerangnya, padahal malam belum sangat larut.

"Tapi aku sangat mengantuk," ucap Viola cukup geram. Namun, mencoba untuk melawannya, hingga tidak lama, tugasnya pun telah usai dan Viola bisa merasakan kedamaian yang sesungguhnya.

Alhasil, Viola kini menutup buku dan merapikan semua benda yang baru saja ia gunakan. Bersamaan dengan itu, ponselnya yang terus berada di dekatnya kini menyala dan bergetar. 

Seseorang mengiriminya sebuah pesan dan sesaat Viola mengecek layar ponselnya, itu dari Katty. Alhasil, Viola kini membaca pesan tersebut.

[Katty]: Atlas kini bergabung kepengurusan Osis yang baru. Apa kau tahu soal ini?

Viola pun langsung saja mengerjap-erjapkan kedua matanya. Mencoba untuk mencerna pertanyaan itu, hingga ia mengingat beberapa hal. Termasuk, soal buku yang dibaca oleh Atlas. 

Lantas, Viola menyisir rambutnya ke belakang sembari berpikir. "Owh, apa ini alasan gadis sombong itu menemui Atlas yang songong? Oh astaga! Sungguh perpaduan yang khas!" ucapnya dengan senyuman yang mencoba untuk tidak peduli, tetapi tetap saja, ia bersikap ingin tahu segala hal. Terlebih, kenapa ia tidak tahu jika Osis sedang mencari anggota yang baru? 

"Kenapa aku harus peduli juga, sih?"

***

Kenyataannya, waktu berjalan begitu cepat. Terbukti, mentari telah menggantikan rembulan dan kini bersinar mengenai wajah gadis cantik yang tengah tertidur lelap. Hanya saja, celah dari tirai yang tidak tertutup rapat, membuat ia terganggu akan sinar itu.

Dengan terpaksa, Viola terbangun seraya mengamati sekitar dan menguap. "Hah, sudah jam berapa?" Sambil meraih jam bekernya dan mengamati arah jarum yang berada di angka 6---lebih tepatnya dipertengahan.

Sekejap, kedua matanya mendelik. Hari ini, sekolahnya ada apel untuk masing-masing ketua kelas dan ia melupakannya. Bahkan, bangun kesiangan tanpa mengingat waktu. Tentu saja, tanpa membuang banyak waktu lagi, Viola kini bergegas untuk berganti pakaian seraya mengumpat pada dirinya sendiri dan sekitar yang tidak berniat untuk membangunkannya.

Alhasil, dalam beberapa menit, Viola kini mengenakan seragam kebanggaannya dan bersiap untuk turun ke bawah setelah merapikan bukunya ke dalam tas---tidak berniat untuk kembali mengeceknya. Barangkali, terdapat kesalahan.

Dan sialnya, Viola yang berlari menuruni anak tangga, kini disuguhkan pemandangan keluargannya yang tertawa lebar. Seolah-olah, ia tidak bermakna apa-apa di rumah ini. Semua orang melupakannya.

"Mom, kenapa tidak ada yang membangunkanku? Aku sangat telat---"

"Aku akan mengantarmu ke sekolah, Tuan Putri!" ucap seseorang seraya menyumpal mulut mungil Viola dengan potongan roti. Secara beriringan, membuat Viola kembali mendelik.

"K--kak Vanko?" Lantas roti yang berada dalam mulutnya habis dan Viola langsung menatap ke arah Vanko yang melahap sarapannya dengan lahap.

"Baby, Mom melupakanmu. Untuk itu, maafkan, Mom. Lagipula, tumben sekali kau terlambat. Biasanya'kan, kau akan berangkat sangat pagi," ucap Aileen yang membuat Viola kembali melototkan kedua matanya seraya menepuk pundak Vanko.

"Gawat! Aku harus segera tiba di sekolah, Mom," ucap Viola dengan khawatir.

"Makan dulu, Viola. Setelah itu---"

Viola menggeleng. "Tidak, Dad! Aku sangat telat! Hari ini ada apel dan aku memegang kunci kelas. Bagaimana bisa teman sekelasku menunggu kehadiranku di luar kelas? Oh astaga! Kak Vanko!" 

Viola mencoba menjelaskan dan Vanko yang mendengarnya, tertawa pelan dan mengarahkan pisau roti ke arah Viola. "Lihatlah, dia tidak bisa menjalankan tanggung jawabnya!"

"Hei, diamlah! Kau harus mengantarku! Untuk saat ini, aku tidak bisa meladeni ataupun mengatakan apa lagi. Jadi, ayolah Kak Vanko!" Sambil meraih jemari sang kakak untuk meninggalkan meja makan.

Keluarga yang ada di area meja makan pun, hanya bisa menggelengkan kepalanya seraya tersenyum melihat interaksi adik-kakak itu.

***

"Kak, aku pergi dulu. Ingat! Kau masih punya utang kepadaku. Akan kutagih, nanti. Sampai jumpa," ucap Viola yang langsung saja keluar dari mobil. Bahkan, Viola tidak ingin mendengar satu kata pun yang ingin keluar dari bibir Vanko.

Alhasil, Vanko hanya menghela napas saat mengamati sang adik yang bergegas masuk ke dalam sekolahnya. Lantas, Vanko memutar kemudi mobil dan melaju meninggalkan tempat ini. Mengingat, masih ada pekerjaan yang harus ia selesaikan.

Sementara Viola, kini berlari sekuat tenaga. Apalagi, pintu utama yang belum dikunci. Pada intinya, ia harus segera tiba di kelasnya. Bahkan, Viola tidak memedulikan para murid yang sempat menatap ke arahnya dengan tatapan aneh karena pikirannya hanya terpusat pada kelasnya.

Bagaimana dengan kelas 10 sekarang ini?

Terlebih, Viola sudah dekat dengan kelas 10, tetapi ia malah menemukan pintu kelasnya itu terbuka dengan lebar. Tentu saja, Viola agak kebingungan, sehingga ia langsung memastikan dengan semakin mendekat dan ia langsung tertegun kala berada di dalam kelas.

Viola melihat Atlas tengah menulis sesuatu di atas papan dan sontak saja, ia diserbu dengan tatapan penuh makna oleh seisi kelasnya. Sungguh, Viola merasakan kakinya yang mulai lemas. Terlebih, semua teman sekelasnya memilih diam. 

"Aku minta maaf. Aku terlambat. Aku---"

"Kami tahu, jadi tidak perlu diperjelas lagi. Kau memang hanya menyusahkan saja."

Tentu saja, Viola kesal mendengar tutur kata Atlas. Terlebih, lelaki itu mengatakannya amat santai sesaat ia sedang menulis sesuatu.

Namun, Viola bingung saja. Kenapa kelas bisa terbuka? Mengingat, kunci kelas hanya ada satu, tetapi … siapa yang membukanya? Buru-buru pun, Viola mencari kunci yang ada pada dirinya dan secara bersamaan, Atlas menaruh kunci kelas di atas meja guru.

"Aku menemukan kunci di depan kelas. Sungguh, kau sangat ceroboh hingga menjatuhkan kunci kelas. Untung saja, aku melihatnya," ucap Atlas dengan dingin. Kemudian, berbalik menatap teman sekelasnya.

"Sesuai apa yang kutulis, minggu depan akan ada penilaian untuk kelas terbaik. Semua hal-hal tentang kriteria pemenang, aku sudah mengirimnya di grub kelas. Aku harap, kita bisa bekerja sama," ucap Atlas. Namun, respon temannya serasa tidak peduli dengan informasi itu. Semuanya sibuk dengan kegiatannya, hingga tidak lama, bel kini berbunyi. Membuat Viola meraih kunci kelas itu dan kembali ke tempat duduknya.

Katty yang melihat Viola langsung tersenyum manis. "My Sweety Viola, apa kau baik-baik saja?" tanyanya, membuat Viola langsung menghentikan langkah dan mengangguk disertai dengan senyumannya.

Viola pun kini duduk di atas kursi seraya mengamati Atlas yang kini fokus pada sebuah buku---hampir setiap saat. Hingga, beberapa menit berlalu, guru yang mengajar pun masuk dan mengambil alih kelas.

Semuanya berjalan dengan normal saja, saat guru bernama Mr. Samuel itu menjelaskan beberapa hal hingga menagih tugas yang kemarin ia berikan. 

"Silakan kumpul di atas meja dan kita akan melanjutkan materi kemarin!"

"Yes, Mr!" Semua murid di kelas ini pun langsung mengeluarkan buku mereka dan mengumpulnya. Walaupun kelas 10 dikenal sebagai kelas pembuat onar, murid kelas 10 tetap melakukan kewajibannya.

Ya, itu faktanya. Namun, Viola yang tengah membuka tas untuk mencari buku itu, ia malah harus menerima kenyataan di mana ia tidak membawa buku yang isinya telah ia kerjakan tadi malam.

"Astaga, aku benar-benar melupakannya di atas meja karena kesiangan!" ucap Viola agak takut seraya menepuk dahinya. 

Apalagi, Mr. Samuel adalah guru yang tidak suka kepada seorang murid yang tidak mengumpulkan tugas seperti dirinya, walau ia telah menyelesaikan tugas itu. Mr. Samuel tidak menerima alasan apapun dan itu sangat gawat! Sebab ia bisa merusak citranya sendiri di mata guru itu.

"Baik, siapa yang belum mengumpulkan tugas? Apa ada yang belum?"

Mr. Samuel langsung saja bersuara, membuat Viola sontak merasakan jantungnya yang berdetak tidak karuan. Sangat takut jika hidupnya akan berakhir, tetapi ia tidak bisa berbohong sehingga Viola langsung saja mengangkat jemarinya. 

Sontak saja, semua orang di kelas menatap Viola dengan penuh makna, hingga Mr. Samuel menghela napas kasar. "Baik, kau sebagai ketua kelas, memberikan contoh yang buruk kepada temanmu! Sebagai hukumannya, bersihkan lapangan sekarang juga!"

Tbc.

Halo, aku update!

Semoga terhibur dan maaf kalau ada typo, yahhh😀 Sampai jumpa❤

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro