[32]

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Lelaki itu berjalan cukup letih memasuki rumahnya yang lumayan megah. Sungguh, hari ini amat melelahkan ia lalui, tetapi ia menikmatinya kala melihat masalah rumit yang melibatkan dirinya telah usai. Perlahan, banyak orang mulai menyadari akan kesalahannya yang memojokkan dirinya dan Viola.

Namun, Atlas sangat yakin jika Viola tidak bisa puas sampai di situ saja. Maksudnya, Viola berniat untuk mengakhiri masalahnya juga dengan Neon. Oleh karena itu, Atlas hanya tinggal menunggu waktu.

Lagipula, Atlas memang tidak suka melihat Neon yang memanfaatkan Viola---gadis yang membuat hari-harinya kian bermakna selama ini. Tentu saja, Atlas akan membantu Viola jika perlu.

Ya, itu memang benar.

Akan tetapi, Atlas sepertinya harus menyelesaikan beberapa hal kepada sosok lelaki yang telah berpakaian santai di hadapannya terlebih dahulu. Alhasil, ia yang masih mengenakan seragamnya, memilih mengekori lelaki yang tak lain adalah Neon ke suatu tempat---dekat kolam renang dan akan mencoba tenang atas apa yang akan dikatakan oleh Neon. Terlebih, saat mereka telah tiba dan tinggal melihat, siapa yang akan berujar terlebih dahulu.

"Atlas, kau darimana saja?"

Ternyata, Neonlah yang membuka suara. Akan tetapi, pertanyaan itu, malah membuat Atlas sontak saja tersenyum tipis. "Kenapa kau tiba-tiba peduli---"

"Katakan saja! Kau pulang terlambat, karena menyelesaikan masalah ini bersama dengan Viola, bukan?" tanyanya seraya memperlihatkam layar ponselnya yang menampilkan video klarifikasi Kevin, selaku penyebar rumor yang tidak benar.

Sebenarnya pun, Atlas malas untuk membahas hal itu. Terlebih, jika membahasnya bersama dengan Neon yang selalu membuatnya kesal. 

Helaan napas pun kini terdengar, beriringan dengan anggukan kepala. "Itu benar. Tentu, aku harus ikut andil, karena ini melibatkan namaku juga. Namun, apa urusanmu di sini?"

Neon pun menatap Atlas dengan lekat, lalu berujar, "Viola adalah kekasihku."

Sekejap, suasana menjadi hening. Atlas pun dibuat terdiam, dan dapat ia dengar helaan napas yang terus berujar dari Neon. Alhasil, Atlas pun langsung saja tertawa dengan terbahak-bahak. Bahkan, tidak memedulikan ekspresi wajah Neon yang menatapnya begitu kesal.

"Tunggu! Tunggu! Kekasih? Apa kau sedang bercanda denganku? Sungguh, ini sangat lucu!" katanya yang masih tertawa seraya memegangi perutnya yang terasa sakit.

Oleh karena itu, Neon menjadi kesal mendengarnya. "Itu memang---"

"Kau sepertinya sedang bermimpi! Sudah sangat jelas, Viola tidak menyukaimu dan berharap, bisa lepas dari hubungan palsu yang kau buat itu," ujarnya. Lalu menepuk bahu Neon dengan pelan. "Bahkan, Viola sendirilah yang mengatakan hal ini kepadaku. Jadi, jangan terkejut saat aku mengetahuinya dan berhentilah untuk bermimpi."

Tentu saja, Neon yang mendengar itu, merasa sangat terkejut. Ia tidak bisa berkata-kata. Bibirnya serasa direkat oleh lem tikus. Alhasil, membuat Atlas yang melihat itu, tersenyum miring.

"Baru menyadari kebenarannya? Oh astaga! Kenapa kebetulan sekali?" ucap Atlas dan Neon masih memilih terdiam dengan tatapan tidak suka kepada Atlas.

"Kau tidak perlu ikut campur soal hal ini, Atlas---"

"Kenapa aku tidak boleh? Tentu saja, aku akan membantu Viola untuk terlepas dari masalah yang kau buat, Neon. Sungguh, aku tidak habis pikir saat kau menyulitkan Viola seperti ini. Apa yang pernah kau katakan kepadanya? Kau meminta bantuan kepadanya agar gadis itu ingin menjadi kekasihmu, dengan imingan kau yang akan terbebas dari gosip belaka?" ujarnya.

Namun, Atlas menggeleng samar. "Yang licik itu, bukan aku! Tapi, kau! Aku sangat memahami, alasan lain kau melakukan itu, Neon. Namun, kau tidak bisa memahami, perbedaan rasa cinta dan rasa hormat. Kau tidak bisa memahami, saat Viola hanya memberimu rasa hormat. Bukan rasa cinta! Sangat disayangkan sekali." Atlas menambahi.

Neon mendengar semua tutur kata itu dengan jelas. Tentu saja, ia merasa kesal kala Atlas menjadi sok bijak di hadapannya. Terlihat, punggung tangannya yang kini memutih karena menahan kekesalan yang bergejolak.

"Tutup saja mulutmu, Atlas! Kau tidak perlu berbicara terus menerus atau tidak---"

"Atau tidak apa? Kau ingin memukulku? Membunuhku? Sehingga kau bisa menghancurkan keluargaku sepenuhnya? Ingat! Sampai kapan pun! Aku tidak akan pernah lupa, kau dan Ibumu yang datang sebagai hama dalam kehidupanku!"

"Atlas! Apa yang kau katakan kepada Kakakmu? Beginikah caramu bersikap? Bahkan, kenapa kau baru pulang?" 

Alhasil, keduanya langsung melirik ke sebuah arah dan mendapati sepasang suami istri yang baru saja ada di antara mereka---kala percakapan makin panas. Itu adalah Ayah Atlas dan Ibu Neon.

Mendengar sang ayah bertutur demikian, tentu saja membuat Atlas makin kesal saja. Seakan, ayahnya kembali mempercikkan tumpukkan api di atas minyak.

Hanya saja, Atlas mencoba menahan diri jika berhadapan langsung dengan sang ayah. Mengingat, ayahnya pernah memberikan satu tamparan saat ia menghina istri barunya yang tak lain adalah ibu Neon.

Atlas hanya tersenyum tipis, seraya mengamati sang ayah dengan lekat. "Anda menanyakan caraku bersikap?" tanyanya memastikan, lantas kembali berkata, "Tanyakan saja kepada seorang pria berstatus suami dan Ayah yang meninggalkan keluarganya demi wanita murahan. Kuyakin, kau akan mendapatkan jawabannya!"

Lantas, Atlas langsung berlalu begitu saja. Tidak memedulikan sebuah suara memekik yang memanggil namanya, sebab ia hanya butuh kesendirian saat ini. Tanpa mendengar ataupun melihat seseorang.

***

Viola mengamati rembulan yang memperlihatkan keperkasaannya, beriringan dengan Viola yang mengingat soal kedekatannya dengan Atlas selama ini. Mulai mereka bertemu dengan hal yang tak terduga, hingga mereka harus bersama seperti sekarang. Entah kenapa, hal itu malah membuatnya tersenyum bahagia.

"Ah, ada apa dengan diriku?" gumamnya yang mencoba mengendalikan diri. Ia tentu tidak boleh seperti itu. Atlas adalah teman sekaligus orang yang selalu menolongnya. Hanya sebatas itu dan tidak bisa lebih.

"Itu benar, Viola! Lagipula, kau harus fokus pada pendidikanmu dulu dan jangan pikirkan soal cinta-cinta yang membuatmu terbebani saja," ucap Viola dengan mantap.

Lantas, Viola memilih melawan rasa bosannya dengan memainkan ponsel---menjelajahi media massa dan tidak sengaja, ia melihat postingan seorang gadis yang membencinya, karena rumor yang membawa namanya juga nama Atlas.

Siapa lagi kalau bukan Daisy?

Namun, postingan itu sungguh membuat Viola amat terkejut. Oh astaga! Ia hampir lupa, penilaian kelas terbaik tidak lama lagi dan kelasnya belum siap sama sekali karena masalah pribadi.

Ketua kelas macam apa dirinya?

"Baiklah, Viola. Tenangkan dirimu dulu! Kau pasti bisa melewati ini semua," ujarnya sembari menarik napas lalu menghembuskannya secara berulang. Kemudian, ia kembali berkutat pada ponselnya seraya memikirkan beberapa hal.

Tbc.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro