SP 2: BELAJAR

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Mengenai belajar dengan anak, ada satu hal yang menurut saya bisa jadi pelajaran penting. Apa itu? Hal yang sering kali lupa saat mengajari anak belajar ialah mengelola ‘emosi’.

Menurut KBBI V, emosi adalah:
1. n luapan perasaan yang berkembang dan surut dalam waktu singkat.
2. n keadaan dan reaksi psikologis dan fisiologis (seperti kegembiraan, kesedihan, keharuan, kecintaan); keberanian yang bersifat subjektif.
3. cak marah

Kadang, lebih mudah ‘marah’-nya ketimbang ‘sabar’-nya. Padahal, anak sesungguhnya butuh dukungan, bimbingan, juga pengertian. Anak sejatinya pun ingin bisa.

Pernah enggak kita perhatikan anak, ketika ia mengerjakan sesuatu yang pada awalnya enggak bisa, lalu ia berhasil melakukannya? Emosi apa yang ia keluarkan secara spontan?

Begitu juga dengan orang tua, biasanya secara spontan kita merespons dengan reaksi yang enggak kalah antusias dan semangat saat tahu anak bisa melakukan apa yang sebelumnya enggak bisa ia lakukan. Sama sajalah seperti kita, kan? Orang dewasa pun pasti akan melakukan hal yang sama ketika berhasil mengerjakan sesuatu yang pada mulanya enggak bisa.

Kalau kita paham dengan diri kita sendiri, saya rasa akan lebih mudah memahami orang lain, dalam hal ini anak, ya. Ketika kita menempatkan diri sebagai bagian dari dirinya, atau menempatkan diri sebagai dirinya, itu akan jauh lebih fleksibel.

Kalau anak mulai kelihatan bingung, suasana hatinya berubah jadi buruk, mulai enggak konsentrasi, kehilangan semangat, malas-malasan. Coba, deh, berusaha untuk menyelami mereka.

Kenali emosi anak, kenali kendala anak, bicara dengan lembut, dari hati ke hati, setelah itu; setelah kita tahu apa penyebab atau alasannya, bantu ia kembali dengan lebih tulus. Karena bahwasanya, ia butuh dimengerti; ia butuh teman.

Sesekali kita boleh keras pada anak, tentunya tetap sesuai dengan porsinya, ya. Tetapi ... orang tua patut memberi penjelasan mengapa kita berbuat demikian. Dengan begitu, anak akan paham maksud dan tujuan kenapa orang tuanya melakukan itu.

Hal paling besar yang kita miliki adalah cinta, begitu pun dengan anak. Kalau sedari dini kita pupuk rasa cinta, kalau sejak awal kita bangun hubungan yang sehat, maka dengan sendirinya akan tumbuh rasa nyaman di antara keduanya. Kalau sudah begitu, biasanya anak enggak akan lari ke mana-mana. Mau menuangkan pikiran, gagasan, atau mencurahkan perasaannya pun, yang mereka cari pertama kali adalah orang tuanya, bukan orang lain. Yang terpenting, “berikan cinta yang cukup, bukan cinta yang banyak atau cinta yang kurang, tetapi ‘cukup’.”


“The best proof of love is trust. (Bukti terbaik dari cinta adalah kepercayaan).” (Joyce Brothers)


‘Berikan kepercayaan, maka kepercayaan akan berbalik.’

Ingat, bahwa kita saling belajar.

Semoga bermanfaat. 🙏

Sampai jumpa. Salam.

Bogor, 29 Agustus 2019
Gustia Mardalena

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro