11. Underworld 💐

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

🔱Καλή ανάγνωση🔱

Rekahan tanah menutup perlahan, memblokade seluruh akses cahaya tatkala kereta yang mereka tumpangi melaju kencang menuju dunia bawah. Kegelapan yang menyambut membuat Persephone di pangkuan Hades menatap ke sekelilingnya dengan kecut. Satu-satunya sumber cahaya yang menjadi pandu jalan hanyalah obor di masing-masing sudut kereta. Cahaya apinya remang-redup ditelan pekat suasana.

Beberapa meter setelah kereta melesat menuju pusat bumi, yang bisa ditangkap oleh pandangan Persephone hanya jalur bawah tanah yang tak berujung. Serabut akar pohon yang mencuat di sela-sela tanah humus lama kelamaan berganti menjadi sisa-sisa kerangka hewan yang mencetak pola pada lapisan batuan tersedimentasi. Persephone tidak bisa menaksir seberapa dalam mereka turun ke dasar bumi, tetapi semakin jauh dari permukaan, kemampuannya untuk mengindra elemen hidup semakin memudar

Dunia Bawah.

Persephone bergidik sendiri membayangkan destinasi akhir yang mereka tuju. Hermes pernah bercerita bila domain tersebut sangat gelap dan menyeramkan. Namun, tidak ada pilihan lain baginya. Saat ia menampik uluran tangan Hades dan bersikeras menunggu bantuan dari sang ibu, tanah mendadak berguncang kembali. Lalu tahu-tahu saja, Persephone mendapatinya diri bergelayut pada dewa penguasa alam kematian tersebut.

Hades yang terus mengawasi calon ratunya mulai resah saat Persephone menutup wajah dengan telapak tangan. Lekas ia mendekap dewi kecil tersebut lebih erat. Hades merasa bersalah sebab membuatnya tidak nyaman.

Sebetulnya mereka bisa mengambil jalur laut dan masuk melalui Gerbang Timur, tetapi Hades mewanti-wanti Helios si biang gosip alam semesta. Zeus berulang kali kedapatan selingkuh karena kesaksian dewa purba bermulut ember tersebut. Hades bukan mendukung aksi Zeus yang senang bermain wanita. Hanya saja, Helios bisa membeberkan rahasianya. Hades tidak ingin ada yang menghalangi niatnya untuk memperistri Persephone. Terutama anak-anak Zeus yang senang ikut campur. Lihat saja, Hades akan mendidik anaknya nanti agar lebih berbudi.

"Ada apa, Persephone? Kau takut?" Hades mengelus puncak kepala Persephone. "Tenanglah, sebentar lagi kita akan sampai."

Persephone meneguk ludah. Perkataan Hades bukannya menghibur, justru membuatnya semakin gugup. Ratu Dunia Bawah. Dalam mimpi sekalipun Persephone tidak pernah berani membayangkannya.

"Yang Mulia Hades, bolehkah aku menanyakan sesuatu?" panggil Persephone ragu-ragu. Kehendak Hades terus menganggu pikirannya sejak kereta berderak meninggalkan Sisilia.

Persephone menerima tawaran Hades untuk ikut ke Dunia Bawah karena terdesak. Paling tidak, Hades tidak menyakitinya. Bahkan tatap matanya yang tajam kadangkala terlihat lembut. Namun, satu hal yang membuat Persephone terus bertanya-tanya adalah kenapa harus dirinya?

"Bisakah kau memanggilku dengan sebutan lain, Persephone?" Hades bergumam seraya menyusupkan jemarinya di antara rambut Persephone yang menerbarkan aroma harum bunga. "Suamiku, misalnya. Kita akan menjadi sepasang kekasih, jadi kau harus membiasakan itu."

Persephone mengerjap cepat, pertanyaan Hades terdengar seperti sebuah jebakan baginya. Menyebut Hades demikian sama artinya memberi persetujuan untuk tawarannya secara tidak langsung. Sementara hatinya masih meragu.

"Tapi Yang Mulia, kita belum menikah." Persephone mengelak. Namun, perkataannya justru membuat Hades salah paham.

"Kau menginginkan pernikahan?" Jantung Hades mendadak dirambati oleh arus listrik bervoltase tinggi. "Tentu saja. Kita akan segera menikah. Aku akan menggelar pernikahan yang sangat mewah untukmu."

"Bu-bukan begitu–"

"Tidak masalah, Persephone." Hades menyela ucapan Persephone dengan menempelkan telunjuk di bibirnya. "Jadi, apa yang ingin kau tanyakan padaku?"

Persephone mengembuskan napas. Tidak ada gunanya juga mendebat Hades sekarang. Setidaknya, Hades tidak lagi meminta dipanggil dengan sebutan yang membuat perutnya bergejolak geli.

"Kenapa harus aku orangnya?" Memejam sebentar, Persephone kemudian memberanikan diri untuk mendongak dan menatap dewa penguasa Dunia Bawah tersebut. "Kenapa Yang Mulia Hades memilihku sebagai ratu dunia bawah?"

Sekali ini, Hades benar tergemap. Degup jantungnya berubah jadi gemuruh di dada. Apa maksudnya ini? Apa Persephone sedang meminta pernyataan cinta darinya?

Tatap mata Hades beradu dengan netra biru Persephone yang bersinar diterpa cahaya api. Sesaat Hades bergeming. Ia belum pernah menyatakan cinta sebelumnya. Bahkan Persephone adalah satu-satunya dewi yang berhasil membuatnya merasakan serangan jantung setiap kali bertatapan mata.

Demi seluruh kerajaannya di dunia bawah, Hades benar-benar mencintai dewi musim semi dalam dekapannya sekarang. Hades menginginkan Persephone lebih dari apa pun. Hades menyukai segala apa yang ada pada dirinya. Wajahnya yang jelita, harum tubuhnya ketika menari dengan elok, juga suaranya yang merdunya saat bernyanyi dengan pada nimfa. Akan tetapi, bagaimana cara untuk mengungkapkan seluruh isi hatinya tersebut dalam satu kalimat pernyataan cinta?

"Itu karena ...." Hades berdeham, menghilangkan getar di pita suaranya. "Hatiku hanya menginginkanmu."

Persephone menautkan alis, tidak mengerti. Bagi dewi yang belum pernah menerima pernyataan cinta tersebut, ungkapan Hades diartikannya sebagai sesuatu yang lain. Ia tidak memiliki kekuatan besar seperti para Olympia. Bagaimana mungkin Hades–berdasarkan keputusan hati–bisa memilih dirinya untuk menjalankan peran seorang ratu?

"Tapi bukankah Yang Mulia Hades sangat sibuk mengurus seluruh dunia bawah?" Persephone meringis, menanti Hades mengutarakan pembagian tugas untuknya sebagai seorang ratu. "Bagaimana denganku?"

Wajah Hades seketika memanas. Dewa penguasa alam kematian tersebut hampir kehilangan kata-kata. Persephone mempertanyakan kesibukannya. Apa dewi kecilnya tersebut tidak ingin ditinggal bekerja? Ah, manis sekali!

"Jangan khawatir, Persephone. Aku akan meluangkan waktu untukmu. Walau pekerjaanku sangat banyak, aku tidak akan pernah mengabaikanmu."

Hades membawa Persephone ke dalam pelukannya. Sementara Persephone hanya bisa mendesah pasrah. Lagi-lagi jawaban Hades menyalahi maksud pertanyaannya.

Selang beberapa waktu, laju kereta mulai melambat konstan. Kemampuan Persephone untuk menangkap tanda-tanda kehidupan hilang total ketika mereka berhenti tepat di depan sebuah gerbang raksasa.

"Sudah sampai."

Hades turun lebih dulu kemudian mengulurkan tangannya guna meraih pinggang ramping Persephone. Bunyi gerbang yang melengking membuat bahu Persephone terangkat kaget dan Hades bersumpah akan mengganti portal karatan tersebut dengan yang baru.

Mengikuti Hades, Persephone menarik kakinya memasuki gerbang Underworld. Ratusan lampion yang mengudara terlihat berkelip laksana bintang, tetapi masih belum cukup untuk menerangi alam kematian di sana. Napas Persephone tercekat begitu melihat sekelompok nimfa berjejer, memandu jalan untuknya menuju sebuah perahu berhias lentera di pinggir sungai.

"Mereka adalah Lampad, nimfa dunia bawah," jelas Hades melihat Persephone mengedarkan pandangannya dengan bingung.

"Nimfa Dunia Bawah ...." Persephone bergumam untuk dirinya sendiri. Ia menelisik para nimfa berpenampilan serba gelap tersebut. Kulit mereka yang pucat semakin kentara dengan riasan serba hitam dan juntaian pakaian sewarna lumut. Jauh berbeda dengan teman-temannya di Sisilia. "Apa mereka bisa menari dan bernyanyi?" bisik Persephone.

Hades mengangkat alis, berpikir sejenak, kemudian mengangguk. "Tidak ada yang tidak bisa bila kau yang meminta."

Persephone melenggut saja, meski tidak sepenuhnya yakin. Ketika tiba di bibir sungai, iris birunya kontan membola. Tak jauh dari tempatnya berdiri, tampak segerombolan arwah yang saling berdesak-desakan. Hermes tidak jarang bercerita tentang arwah manusia, tetapi menyaksikan langsung wujud supranatural mereka baru pertama kali bagi Persephone.

"Kharon, apakah perahunya sudah siap?" Hades berujar pada Kharon yang menanti di atas perahu.

"Sudah siap, Yang Mulia." Kharon membungkuk sedikit. Pria tua tersebut membolakan mata saat menatap Persephone yang berlindung di balik jubah Hades.

Sejak penyebrangan sungai Akheron di buka untuk umum, baru pertama kali Kharon bertemu dengan seorang dewi begitu cerah dan bersinar. Gadis tersebut membawa aura kehidupan yang besar. Harum yang memancar dari tubuhnya berhasil menghalau bau gas yang menyengat. Bahkan para arwah yang tenggelam di sungai pun beramai-ramai berenang ke arah mereka untuk mendapat perlindungan dari uap yang beracun.

Hades menitih sambil membantu Persephone naik ke atas perahu. Riak air saat Kharon mulai mengayuh mengakibatkan perahu bergoyang. Persephone sempat kehilangan keseimbangan sampai tangan kekar Hades menahan punggungnya. Mau tidak mau–agar tidak terjatuh, Persephone pun menumpukan pegangannya pada pundak Hades.

"Su-suara apa itu?" Persephone terperanjat begitu mendengar ratapan yang bersumber dari dalam sungai. Dari balik jubah kebesaran Hades, Persephone memberanikan diri untuk mengintip ke bawah air. Namun, rasa penasarannya seketika berganti menjadi jerit ketakutan saat sesosok arwah muncul dan berusaha menggapai tepi perahu.

"Tenanglah, Persephone. Mereka tidak akan menyakitimu." Hades berbisik lembut sambil membelai kepala Persephone yang menyembunyikan wajah di dadanya. Dipandanginya kumpulan arwah yang menangis penuh sesal di tengah gulungan air sungai dengan tatapan dingin. "Kharon, usir mereka!"

Kharon mengamini Hades dan menghardik pada arwah dengan tongkat pengayuh. Sementara Persephone yang menyaksikan para arwah memberontak dan tenggelam kembali dalam sungai mulai merasa iba.

Mengerti air muka sedih yang ditunjukkan Persephone, Hades berujar pada calon ratunya. "Arwah manusia harus membayar Kharon dengan obolos untuk bisa menyeberang sungai. Oleh sebab itu, mereka harus berbuat baik kepada sesama agar mendapat pemakaman yang layak ketika meninggal."

Sebuah gurat samar terpatri di wajah Persephone. "Bagaimana bila orang-orang tidak memberi pemakaman yang layak dengan sengaja? Bukankah itu tidak adil?"

Kharon hampir tergelak mendengar pertanyaan Persephone, tetapi tilikan Hades membuatnya berdeham kecil. Tukang kayuh sungai Akheron tersebut terus mengayuh sambil memasang telinga. Sepertinya Hades akan punya teman diskusi untuk mengurus dunia bawah setelah ini.

"Bila orang-orang yang masih hidup tidak menggelar upacara pemakaman dengan sengaja ...." Hades menunduk dan mencolek pelan hidung Persephone. Belum pernah ada yang mempertanyakan hal tersebut sebelumnya. "Maka arwah itu bisa kembali ke bumi dan menghantui mereka."

"Bila mereka berasal dari keluarga miskin dan tidak punya uang?"

"Karena itu manusia harus giat bekerja, memuja dewa, dan meminta perlindungan dari Aergia." Hades terkekeh kecil. "Bagaimana? Ada lagi masalah teknis dari domain ini yang ingin kau tanyakan?"

Persephone menggeleng kuat. Ia mengeratkan pegangannya di pundak Hades saat perahu hendak menepi. Suara tangisan arwah di tengah sungai masih mengusik batin Persephone, tetapi gerbang raksasa berlapis emas yang terletak tak jauh dari hulu kanal membuatnya terperangah takjub. Ukuran gerbang tersebut sekian kali lipat dari portal tempat mereka masuk tadi.

Bibir Hades membusur sedikit, tidak sabar menunjukkan istananya pada Persephone. Thanatos dan saudara-saudaranya telah mengatur acara penyambutan ratu yang meriah. Hades yakin Persephone akan menyukainya. Akan tetapi, niatnya harus ditahan sebentar saat Cerberus berlarih ke arah mereka dan menyalak dengan penuh suka cita.

"Cerberus!" panggil Hades pada hewan kesayangannya.

Persephone memundurkan badan dan merapatkan diri pada Hades. "Bi-binatang apa itu?" tanyanya gemetar. Secara morfologi, hewan yang dipanggil Hades Cerberus itu menyerupai anjing, tetapi kepalanya bercabang tiga. Masing-masing memiliki telinga yang tegak berdiri dan taring runcing.

"Cerberus adalah anjing peliharaanku. Mereka bertugas menjaga gerbang kerajaan." Hades menyambut Cerberus yang berlomba-lomba menggosokkan badan padanya, tetapi sebelah tangannya tetap mendekap pundak Persephone.

Hades paham rasa takut Persephone. Cerberus pada dasarnya bukan hewan yang jinak. Mereka terlatih menangkap penyusup dan arwah yang berusaha untuk kabur.

"Anjing peliharaan?" Persephone menyahut lirih. Tangannya dijulurkan perlahan-lahan. Artemis memiliki tujuh anjing peliharaan yang sering menemaninya untuk berburu. Mereka sering bermain bersama. Sayang, tidak semua dewa diperbolehkan memiliki hewan peliharaan, termasuk dirinya.

Cerberus mencium wangi berbeda dari Persephone dan mengalihkan perhatian pada dewi tersebut.

"Ini Persephone. Dewi yang akan menjadi ratu Dunia Bawah. Kalian harus menyayangi dan melindunginya." Hades berkata pada Cerberus yang kompak menyalak. Ia menuntun tangan Persephone untuk mengelus kepala anjing tersebut.

Persephone mulanya merasa gentar, tetapi lama-kelamaan, dirinya mulai terbiasa. Setelah berhadapan dengan Typhon, Cerberus jadi tidak terlalu menyeramkan baginya.

"A-anak baik ...," tutur Persephone pada Cerberus yang saling berebut giliran untuk dielus.

"Kau menyukainya?" tanya Hades merasa tersentuh. Cerberus bukan tipikal anjing peliharaan yang lucu, tetapi Persephone berusaha membaur dengannya.

"Sedikit ...." ringis Persephone. Beberapa dewa sangat sensitif perihal peliharaan mereka. Artemis tidak senang ketika salah-satu anjing yang ia pelihara lebih mendengar kata-katanya.

Jawaban Persephone membuat Cerberus berpandangan satu sama lain sebelum menunduk kecewa. Telinga mereka yang tegak kini menghadap ke bawah.

"Ti-tidak! Bukan begitu!" Persephone menggeleng, kembali dielusnya Cerberus yang terduduk di tanah. "Aku menyukai kalian, tetapi tuan kalian adalah Yang Mulia Hades."

"Apa yang menjadi milikku adalah milikmu juga, Persephone." Hades menepuk pundak Persephone yang mencuri pandang ke arahnya. "Selama ini kau menginginkan hewan peliharaan, bukan?"

Persephone melipat bibir. Bagaimana Hades tahu segala keinginannya?

"Cerberus adalah hewan peliharaan kita bersama."

"Benarkah?" Mata Persephone berbinar. "Apa itu artinya kita bisa bermain kejar-kejaran juga? Seperti anjing Artemis?"

Kejar-kejaran dengan arwah mungkin bisa. Hades menimbang-nimbang. Ya, yang penting kejar-kejaran.

"Tentu saja bisa. Kau bisa bermain dengannya nanti." Hades mengulurkan tangan pada Persephone. Diiringi oleh Cerberus, mereka kemudian melangkah masuk menuju gerbang kerajaan yang terbuka.

Di ambang pintu, Hades menoleh pada Persephone. Sebelah tangannya merangkul sang ratu, sedang satu yang lain dibiarkan terentang, menunjuk wilayah kerajaan Underworld yang terbentang di bawah kepimpinannya.

"Welcome home, My Queen."

🔱🔱🔱
TBC

.

.

.

Story Info


Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro