18. Amercement 💐

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

🔱Καλή ανάγνωση🔱

Seperti halnya kedalaman Tartaros yang tidak bisa terkira, demikian pula dengan keindahan padang Elisian yang sulit dijelaskan lewat ungkapan kata.

Setelah tubuhnya berangsur pulih, Persephone baru tersadar akan hamparan padang hijau yang membentang luas sepanjang mata memandang. Tebing-tebing tinggi di sekelilingnya  mengalirkan air terjun. Rerumputan tumbuh subur sama rata bak permadani, seakan-akan sengaja dibentangkan sebagai alas untuk duduk. Benar kata Hades, padang Elisian adalah tempat paling indah di Dunia Bawah.

Hades mengalungkan tangan, memeluk bahu Persephone yang bertumpu di dadanya. Ia tengah bersandar di sebuah pohon kayu di tepi danau. Satu kakinya yang tertekuk dijadikan tumpuan untuk siku, sementara satu yang lain bersila untuk memangku Persephone. Gurat kekhawatiran di wajahnya masih tampak kentara, bahkan ketika kelopak bunga di kepala Persephone mulai merekah sempurna.

"Yang Mulia Hades, apa kau tidak senang padaku?"

Hades menunduk cepat, mendapati Persephone mencibir dalam dekapannya.

"Tidak ada hal di dunia ini yang paling kusenangi dibandingkan dirimu, Persephone."

"Lalu kenapa Yang Mulia Hades diam sedari tadi?"

Hades tidak langsung menjawab. Raja alam kematian tersebut menatap wajah sang dewi lekat-lekat. Tidak butuh waktu lama baginya untuk mengetahui bila Persephone sadar akan kegelisahan yang ia rasakan.

"Aku hanya merasa bersalah." Hades memelankan suara hingga nyaris terdengar sebagai bisikan lirih. Layaknya seorang raja, Hades tidak pernah mengaku salah. Semua perintahnya mutlak dan tidak terbantah. Hanya kepada Persephone seorang ia bisa mengabaikan ego sebagai seorang penguasa.

"Aku baik-baik saja. Yang Mulia Hades tidak pantas merasa bersalah." Persephone menggeleng. "Aku menikmati perjalanan kita berkeliling sungai hari ini. Aku hanya belum menyesuaikan diri. Jadi ini bukan salah Yang Mulia Hades."

"Kelopak bunga di kepalamu tidak berkata demikian, Persephone." Hades mengusap bekas air mata di pipi Persephone. "Kau tidak menikmatinya. Kau hampir celaka."

Kali ini, Persephone yang terdiam. Seberapa keras pun ia menutupi, Persephone tidak bisa menyembunyikan ketakutan dalam dirinya ketika terperangkap hawa dingin di sungai Cocytos, juga saat merasakan panasnya sungai Flegethon yang membara. Hanya saja, ia tidak ingin membuat Hades kecewa.

"Apa ada hal yang bisa menghiburmu, Persephone?" Hades bersuara sambil merendahkan kepala. "Katakanlah apa yang bisa kulakukan untuk membuatmu tenang."

Persephone mendongak. Bola matanya mengorbit sesaat sebelum segaris senyum terpeta di bibirnya. "Apa Yang Mulia Hades bisa bernyanyi?"

"Bernyanyi?" Hades mengangkat alis. Ia belum pernah bernyanyi sepanjang hidupnya.

"Ya. Apollo dan nimfa selalu bernyanyi untuk menghiburku."

"Bocah itu lagi!" Hades merutuk dalam hati. Putra Zeus dari Leto tersebut memang disebut-sebut sebagai pujangga kebanggaan Olympus. Hades tidak sedikit pun merasa tersaingi dengan bakat Apollo, tetapi hatinya terbakar api cemburu hanya dengan memikirkan dewi kecilnya dihibur oleh dewa lain.

"Aku belum pernah bernyanyi sebelum ini." Hades menarik tubuh Persephone agar menghadap padanya. Ia tidak akan mengecewakan Persephone untuk yang kedua kali. "Tetapi mulai sekarang kurasa aku bisa bernyanyi."

"Benarkah? Yang Mulia Hades ingin menyanyikan lagu apa?"

"Sebentar." Hades berpikir. Sebagai dewa alam kematian, Hades tahu dirinya mungkin tidak sebaik Apollo dalam merangkai kalimat-kalimat puitis, tetapi ia akan menyuarakan isi hatinya selama ini pada Persephone. "Aku akan menyanyikan lagu untuk dewi kecil yang sudah mencuri hati penguasa Dunia Bawah."

Mata biru Persephone kembali bercahaya. Sambil tersenyum malu, ia merapatkan tubuh pada sang raja Dunia Bawah.

Sementara itu Hades mulai memejam, membayangkan momen ketika pertama kali bertemu dengan Persephone di Sisilia. Hades masih ingat aroma bunga yang menyejukkan rongga dadanya saat ia mendapati seorang dewi menari dengan riang menuju kaki bukit. Dewi dengan mata sewarna langit cerah dan rambut cokelat keemasan yang bergelung bagaikan ombak. Tidak luput dari pandangan Hades, sebuah mahkota dari petala tersemat di kepalanya.

"I sensed you, before I saw you. The sugar flavour of meadow wrapped. Nectar in the air, and my eye searched, for its source, your face the essence."

Hades berdeham, suara sedikit bergetar. Pandangannya yang diedarkan ke seluruh penjuru Elisian kemudian dibawa turun ke arah jurang neraka yang membara. Ia mengecup kepala Persephone, mengenang betapa beruntung dirinya berkunjung ke Sisilia hari itu.

"Of what I had been waiting for. All those cold and lonely years. My family had made me guardian Of Elysian and hell, until you stepped."

Tatkala menyaksikan kuncup bermekaran di Sisilia, Hades merasakan jantungnya berdegup kencang. Setelah ribuan tahun berdiam dalam kesendirian sebagai penjaga Dunia Bawah, hatinya tiba-tiba menginginkan Dewi Bunga yang baru ia temui untuk kali pertama. Pada detik itu pula Hades tersadar, Persephone adalah alasan mengapa ia bisa menikmati kesunyian sebelum mereka berjumpa.

"Into my world like a galaxy bursting. In front of an astronomer's telescope. Tell me, with all that speckles on your skin, did anyone tell you that."

Tatap mata Persephone terpaku pada Hades. Bait-bait lagu yang dinyanyikan Hades untuknya bahkan terdengar lebih indah dari puisi Apollo. Persephone bisa merasakan ketulusan di balik ungkapan tersebut, lebih dari sekadar hiburan pelipur lara.

Hades merangkup wajah Persephone dengan kedua tangan. Ia lalu merendahkan kepala, menyentuhkan pangkal hidungnya pada kening Persephone barang beberapa lama, kemudian menatap dewi kecilnya lekat-lekat. Bibir Persephone yang pucat ketika menggigil kedinginan di tengah sungai Cocytus lamat-lamat memerah kembali.

"Are you a constellation, waiting to be loved and explore? Did the bumbling River-Gods
who tried to court you ever understand that you were destined for so much more?"

Sekelebat bayangan terlintas dibenak Hades. Ingatannya jatuh pada malam di mana Persephone berseteru dengan Demeter. Ia melihat Persephone menangis sesenggukan sendirian di tengah padang rumput hingga air matanya menumbuhkan dataran poplar.

"I saw you, Spring Goddess, restless in your loneliness. Pulling at Crimson flowers to watch them die. Wondering if immortality was worth anything. If you were powerless to have any control over your fate or your destiny. Come now, tell the truth. I saw your rattle at the invisible chain of smother, of boredom, of to much comfort."

"Yang Mulia Hades ...." Persephone terpegun. Ia tidak mengerti bagaimana Hades bisa tahu segala apa yang ia rasakan. Namun, perkataan Hades benar-benar menggambarkan kehidupannya selama ini.

"Let me give you the challenges. You need the mastery over your own fortunes
and the legacy of a queen."

Hades menggenggam jemari Persephone, mengecupnya singkat dengan tatapan tetap terkunci pada netra shapire sang dewi bunga.

"Allow me the privilege to be the darkness
behind your shining star, become the queen
of my kingdom of dead and show those who did not understand you for the Goddess you really are."

Begitu Hades mengakhiri lagunya, tanpa sepatah kata apa pun Persephone lantas mengalungkan lengan pada sang dewa yang merajai alam kematian tersebut. Dari semua orang di dunia, hanya Hades satu-satunya yang mengerti. Hanya Hades yang paham keresahannya sebagai dewi yang butuh pengakuan.

Persephone sadar bila Hades tidak merebutnya dari bumi, melainkan memberikan untuknya sebuah dunia.

💐💐💐

Bila ada sesuatu yang seharusnya membuat Demeter murka, itu bukanlah persembahan manusia yang kurang. Bukan pula rangkaian ritual yang dujalankan dengan tidak semestinya. Melainkan ladang kering yang hampir tidak ia kenali sebagai Sisilia.

Jantung Demeter terasa berhenti berdetak ketika tiba di Sisilia setelah ritus pemujaannya selesai. Pulau hijau yang terpelihara tersebut berubah menjadi lahan gersang dan pengap oleh gas sisa pembakaran. Demeter bisa merasakan paru-parunya kembang-kempis memilah udara murni, yang sayangnya jenuh oleh uap air berbau sangit dan menyesakkan dada.

"Persephone!" Teriakan Demeter bergema. "Persephone, jawab mama!"

Debu dan arang dari ranting serta rumput teki yang habis terbakar beterbangan di udara setiap kali Demeter mengambil langkah. Tidak terhitung sudah kali keberapa ia mengitari satu pulau sambil memanggil-manggil nama Persephone, tetapi yang terdengar hanya gema suaranya sendiri.

Sambil menyeret langkah, Demeter berjalan menuju kastilnya dengan gontai. Di pelataran yang hancur, ia terduduk kepayahan dan meratapi Sisilia yang porak-poranda.

"Persephone!" Demeter berteriak frustrasi. Peluh dan air mata menyatu membahasi wajahnya. "Di mana kau, Persephone! Di mana kau, putriku!"

Demeter memandang ke sekelilingnya dengan nanar. Bau karbon dan asap dari sisa batang pohon yang hangus terbakar masih membatasi jarak pandang, tetapi ia bisa melihat kepulan awan panas yang membumbung tinggi dari kejauhan.

"Gunung Etna!"

Demeter mengepalkan tangan. Gunung Etna telah meletus dan membuka jalan bagi para monster untuk keluar dan membungihanguskan Sisilia.

Mama! Tolong aku!

Suara Persephone yang memohon pertolongan kembali terngiang di telinga Demeter. Sambil menutup wajah dengan kedua tangan, sang Dewi Bumi terisak seorang diri. Belakangan ini ia terlalu sibuk menyambut fastival panen sehingga tidak mengawasi keadaan di sekitar Sisilia dengan baik. Kini pulau terpencil tersebut hancur dan putri kesayangannya menghilang. Sungguh, bagaimana mungkin Demeter tidak menyesali diri.

Tak sengaja ketika Demeter menyapukan tangan pada reruntuhan tiang kasil, matanya menangkap sebuah karangan bunga yang tergeletak di antara puing-puing teras. Demeter membungkuk, meraih buket yang tidak jelas lagi bentuknya akibat tertimpa sisi bangunan yang ambruk. Ia mendapati sebuah bunga iris berwarna ungu yang diikat oleh pilihan pita dari sulur tumbuhan.

Teruntuk Artemis 🏹
Selamat atas pesta perayaan kastilmu. Maaf karena aku tidak bisa bersenang-senang denganmu di Olympus. Ada tugas penting yang harus kulakukan di sini. Aku membuat nektar spesial dan merangkai bunga yang indah. Aku harap ini bisa menggantikan kehadiranku di sana.

Salam sayang, Persephone ⚘
Catatan : Berilah sedikit nektar pada Apollo jika dia meminta :)

Demeter membaca memo yang disematkan Persephone dengan bibir bergetar. Ia teringat pertengkarannya dengan sang putri pada malam saat Persephone meminta izin untuk menghadiri pesta Artemis.

Tidak ada pesta, Persephone!

Kau tidak bisa meninggalkan kastil. Kau bahkan tidak bisa membuat kutukan!

Dunia luar terlalu berbahaya, Sisilia adalah satu-satunya tempat yang aman untukmu!

"Maafkan Mama, Persephone." Demeter memukul-mukul dadanya yang sesak. Ia memeluk buket yang dibuat Persephone sambil terisak. Bila seandainya ia memberi izin kepada Persephone untuk menghadiri pesta Artemis di Olympus, putri kecilnya itu tentu akan terhindari dari marabahaya. Namun, semua sudah terlanjur terjadi. Persephone yang menjadi harapan hidupnya kini hilang tanpa jejak.

Selagi larut dalam kesedihannya, telunjuk Demeter yang menyentuh pilinan sulur pengikat bunga meraba sesuatu yang lain. Dari struktur sel yang lunak, Demeter tahu bila sulur tersebut berasal dari ganggang yang tumbuh di air. Selain itu, pola ikatannya berbeda dengan pilinan yang biasa dibuat Persephone. Demeter yakin bila untaian tersebut tidak dibuat oleh putrinya, melainkan oleh para nimfa. Sebelum raksasa menyerang, Persephone pasti bersama kawan-kawan nimfanya.

Demeter pun bangkit. Nimfa yang kehilangan habitat tidak akan bisa menunjukkan eksistensi lagi di dunia. Sulit menemukan Driad dalam keadaan pohon dan batang kayu hangus terbakar seperti saat ini. Para roh penunggu pohon tersebut terlalu lemah untuk menampakkan diri. Mereka yang pengecut dan mengabaikan tugasnya sebagai penjaga alam barangkali berhasil melarikan diri sebelum tempat tinggal mereka berubah menjadi debu.

Maka, Demeter akhirnya mengambil haluan menuju danau. Meski getaran bumi mungkin menyebabkan nimfa yang bermukim di sana ketakutan dan bersembunyi, kerusakan habitat air tidak lebih parah dibanding daratan.

"Keluarlah kalian wahai roh penunggu air!" Demeter berujar lantang. Suaranya mengiring sebuah pusaran air di tengah danau yang perlahan-lahan menampakkan sosok peri penunggu danau.

"Yang Mulia, Dewi Demeter!" Sekelompok Naiad yang muncul serempak menghamba pada Demeter.

"Di mana Persephone!" tuntut Demeter tanpa basa-basi. Ia menunjukkan seutas pilinan ganggang dalam genggamannya. "Kalian bermain bersamanya sebelum ini!"

Para Naiad saling bertatapan dengan cemas. Ketika tanah bergetar, mereka lari ketakutan dan menceburkan diri kembali ke dalam air.

"Maafkan kami, Yang Mulia. Raksasa yang keluar dari gunung Etna mengamuk dan kami ... kami ...."

"Kalian meninggalkan Persephone!" hardik Demeter murka. Sebelum mendapat izin tinggal di Sisilia, para nimfa yang ingin menghuni wilayah tersebut telah mengikat janji dengannya untuk menjaga Persephone selagi ia bertugas mengurus bumi. "Kalian tidak menjaga putriku seperti kesepakatan kita!"

"Ka-kami tidak sanggup melawan raksasa. Kami tidak bisa melakukan apa-apa." Seorang nimfa berujar terpatah. "Persephone telah meminta bantuan kepada raja Zeus. Namun, Sisilia tertutup awan dan pertolongan dari langit tidak datang."

"Zeus?" Sebelah alis Demeter terangkat. Ia tidak senang Persephone meminta bantuan kepada dewa lain, apalagi kepada Zeus. Namun, rasanya mustahil Zeus mengabaikan permintaan Persephone.

Melalui sudut matanya, Demeter memandang ke arah gunung Etna. Zeus pernah terlibat pertarungan besar dengan raksasa di sana. Zeus tidak mungkin tidak tahu masalah tersebut. Bila benar monster terkutuk itu berhasil keluar dan membahayakan bumi, Zeus pasti akan bertindak.

Demeter merungus. Perhatiannya kembali pada sekelompok Naiad yang menatapnya ketakutan. Tidak ingin membuang waktu, Demeter menggunakan kekuatannya untuk mengutuk mereka menjadi mahkluk mengerikan yang tidak akan lagi dicintai oleh para dewa.

"Itu adalah hukuman untuk kalian karena tidak berhasil menjaga Persephone dan melanggar perjanjian!"

Demeter berkata dingin dan membalikkan badan, mengabaikan jeritan para Naiad yang meratapi penampilan baru mereka. Demeter akan mendatangi Zeus dan mencari tahu keberadaan Persephone. Demeter yakin sang putri masih hidup dan membutuhkan pertolongannya.

🔱🔱🔱
TBC

📜Author Notes📜

Hades dan Persie semakin romantis. Tapi Demeter juga mulai bertindak. Kisah cinta Hades dan Persephone memang mempertaruhkan kehidupan di bumi. So, bagaimana tanggapan kalian? Beri komentar, ya ...

Desclaimer :  lagu yang dinyanyikan Hades adalah puisi karya Nikita Gill. Puisinya keren-keren. Ada puisi masing-masing dewa juga. Highly recommended bagi kalian pencinta puisi 💐💐💐 

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro