Arc 10 : Rantai Kegelapan Hikari

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

W Hikari & Trash POV W






Satu rantai besi yang sangat besar keluar dari bawah samping kanan kaki Hikari dan langsung menusuk ke depan, Trash melompat mundur berhasil menghindar tapi sejurus rantai yang sama keluar disamping kanannya.

Membusuklah!

Brururur....

Rantai besi itu terkikis menjadi abu setelah menyentuh telapak kanan Trash, dan hancur.

"Seharusnya kau tahu, kekuatanmu tidak bisa mengalahkan Kode Nama Decay milikku.." kata Trash memijit pergelangan kanannya.

"Aku tahu kok, itulah kenapa aku menguji kekuatan refleksmu. Ternyata melemah.."

"Apa maksudmu?" Trash termakan perkataan Hikari.

"Maksudku... Aku dapat mengalahkanmu!"

Trash berdecih tak senang. "Buktikan.." tantang Trash kesal.

Trash berlari ke depan dengan kedua telapak tangan terbuka.

Deer!

Tangan kanan Trash terpental ke belakang setelah menghantam rantai hitam gelap yang muncul dari bawah tanah seperti ular.

Hikari menyentuh 'badan' rantai, membuat rantai terbagi menjadi lima bagian. Kelima rantai itu memukul Trash tanpa kompromi.

"Kau pikir aku datang tanpa persiapan?" bisik Hikari menatap dingin.

Trash mendarat dengan selamat ditempatnya, ia menyentuh bibir dan cairan merah yang kental keluar disana.

"Darah? Bagaimana mungkin??" batin Trash terkejut.

Trash menatap tajam Hikari yang tengah dikelilingi oleh lima rantai hitam yang ramping, warna rantai itu hitam, terlalu gelap dan mengeluarkan asap hitam yang dingin(?).

"Kau tidak bisa melenyapkan kegelapan..!"

"Jadi begitu?! Rantai dengan elemen kegelapan, kenapa aku baru sadar?"

Sementara itu Riza yang menyaksikan pertarungan keduanya berubah menjadi antusias, perasaan takutnya tiba-tiba hilang entah kemana.

"Perasaan nostalgia apa ini? Dan juga, pertarungan ini cocok untuk dijadikan cerita..." batin Riza menderu-deru.

Kembali ke Trash, kini dia sudah bangkit berdiri, tatapannya kembali menjadi tenang seperti biasa. Ia menghela nafas dalam jangka panjang, aura miliknya berubah menjadi dratis lebih kuat daripada sebelumnya, tatapan maniknya menyala biru muda.

Awakening Mode : Eraser Palmer

Dhuar!

Terjadi ledakan angin yang mengelilingi Trash, debu-debu berputar cepat terbawa oleh angin disekitar kedua tangannya. Semua itu tiba-tiba menghilang digantikan sulur aura berwarna biru pucat dikedua tangan Trash.

Hikari langsung berada dalam posisi siaga, kelima rantainya menusuk ke arah depan dan Trash mulai berlari. Hikari melempar tiga rantai hitam ke depan, yang mana ketiga rantai itu membentuk tombak.

Lenyaplah!

Truang??!

Trash mengibaskan tangan kirinya ke depan, tombak hitam itu terlempar ke atas langit dan hancur menjadi pecahan besi yang kecil.

Hikari meringis, ia segera melangkah mundur, kaki kanannya terhentak kuat dan muncullah rantai berelemen tanah yang sangat besar.

Rantai Gaia : Benteng Bumi

Rantai coklat yang mana sekujur sisinya terdapat dedaunan pohon, rantai itu menggetarkan tanah seketika bermunculan puluhan dinding tanah yang penuh dengan kepala pohon.

"Semua ini menghalangi saja..." ucap Trash datar.

Gelombang Pelenyap

Trash mendorong telapak kirinya ke depan, menciptakan lubang besar yang membersihkan jalan dari dinding tanah. Kedua kakinya menekan ke tanah kemudian melesat sangat cepat ke depan.

Tangan Penghapus Keberadaan

Trash mendorong telapak kanannya kuat ke depan, melenyapkan dinding tanah dan rantai-rantai yang menghalangi jalannya, dan sampailah di depan Hikari.

"Lenyaplah!" bisik Trash dingin.

Bats??!

"........."
































"Benarkah begitu?"

"?!"

Kedua mata Trash melebar saat telapak kanannya dihempaskan oleh tangan Hikari yang berselimut asap hitam yang sangat tebal.

"Dua tahun aku berlatih untuk hari ini, dua bulan aku berharap dapat keluar dari organisasi itu. Mana mungkin aku melepaskan kehidupan baru ini semudah itu, hah!"

Angin hitam berputar sangat cepat di tangan kanan Hikari yang terhisap ke belakang, tanpa menahan lebih lama lagi, Hikari meninju tepat ke perut Trash dan Trash memuntahkan darah. Trash terpental sampai ke tengah taman.

Riza terduduk dengan mulut terbuka. "H-Hebat..."






W Past POV W






"Pergi kau. Kau membawa kutukan ditempat ini. Pergi!"

Seorang bocah berambut putih terjatuh di depan pintu sebuah rumah, ada bekas pukulan di wajahnya.

"Pergi dan jangan kembali!" kata pria tua dengan ekspresi murka yang tengah berdiri di depan si bocah. "Karena kau, ibumu mati. Cepat pergi atau aku akan membunuhmu!" makiannya belum berhenti, pria tua itu kembali melukai wajah si bocah.

Bocah berambut putih itu berjalan pergi dari tempat yang ia sebut 'rumah', dan seseorang yang ia sebut dengan 'ayah'. Dinginnya terpaan angin malam tidak berpengaruh terhadap tubuhnya, itu karena kedua tangannya dapat melenyapkan apapun. Termasuk kehidupan, tapi tidak penderitaan.

Dia tidak bisa melenyapkan rasa sakit dan lapar yang ia rasakan saat ini. Bunuh diri? Bagaimana??

Alhasil ia pun menyerah dan duduk ditempat yang gelap dan juga jorok. Tempat yang sangat cocok untuk seorang pembunuh.

"Hei, apa yang kau lakukan disini?"

Karena mendengar seseorang memanggil dirinya ia pun menerbitkan wajah, seorang gadis kecil berambut merah pendek tengah menatapnya.

"Hei, apa yang kau lakukan disini??" tanyanya untuk kedua kali.

"........." tapi si bocah hanya diam tak membalas.

"Hei, maukah kau ikut ke tempat yang spesial bersamaku?" ajaknya... Dengan senyuman.

Seorang penjahat juga memiliki kisah mereka sendiri.






W Author POV W






Trash perlahan membuka kedua matanya, disamping kirinya sudah menunggu Hikari.

"Kau akan kami kirim ke HELL. Trash, kau kalah..." serunya. Hikari mengakhirinya dengan pukulan yang membuat pingsan.

Kelima rantai yang melindungi Riza menghilang, diwaktu bersamaan juga Mizu datang menghampiri Riza bersama Aditya.

"Kak Riza, kakak baik saja'kan?" tanyanya cemas, tapi tidak ada balasan dari Riza. Tatapan Riza terfokus ke Trash.

"Orang tadi. Dia... Tersenyum?"

"Aditya, kau bawa dia ke HELL. Aku dan Mizu akan melanjutkan misi ini..." perintah Hikari sambil menunjuk Trash yang terkekang oleh rantai hitam.

"Oke.." terima Aditya beranjak.

Mata Hikari dan Riza saling bertemu.

"Kalian... Sebenarnya siapa?"






W SKIP POV W






Bruk...

Kailyas terjatuh tak sadarkan diri di depan Allyn yang memasang ekspresi datar, dibelakang Allyn ada Akise yang juga tak sadarkan diri.

"Menyusahkan..." decihnya kasar.

"Kau pasti bercanda. Kailyas roboh dalam sekali serang?" batin Rolita terdiam.

Dimata Rolita level Allyn jauh di atasnya dan dia di suruh melawan orang itu. Itu seperti bunuh diri.

Bzzzzt..

"N-Nona Rolita, T-Tuan Trash telah berhasil dikalahkan!"

Wajah Rolita tiba-tiba berubah menjadi pucat. Rencana yang mereka susun hampir 2 tahun gagal, dan itu digagalkan oleh beberapa orang saja?

"Berhenti bercanda denganku!" gumam Rolita kesal.

Surai hitamnya terangkat-angkat seperti habis ditiup oleh angin, aura biru tua meluncur menguasai Rolita.

"Hahaha... Akhirnya ada yang serius juga," tawa Allyn senang. "Mari kita lihat seberapa kuatnya kau selama 2 tahun ini, Lita. Hehehehe,"



















































Preview Next Arc

A : Pagi - pagi para pembaca^

A : Maaf telat update, ada masalah tadi pagi, hehehe..

Riza : Bilang saja malas update '-'

A : -_-

Riza : A - Apa?

Mizu : Minggu depan adalah akhir dari Arc 10, mungkin. Jadi jangan sampai terlewatkan^^

Hikari : Bye~~~

Aizahikari, Aizuhime, allynscarleta

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro