Arc 15 : Kapal

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

W Hikari & Mizu POV W






"Apa rencana kita, Hikari-nii?"

"Menyusul Riza.."

"Itu saja.?" kedua kakak beradik ini berusaha mencoba menyusul Riza yang terlebih dulu pergi menggunakan kapal. Mereka berjalan di sudut trotoar, jalanan terlihat sepi, tidak ada satu manusia pun selain para Pengguna Kekuatan. Itu karena..

"Hikari-nii, menurutku saja atau kita--"

"-- Terpindah ke dimensi lain?" potong Hikari tanggap. "Itu wajar'kan.? Kita, Pengguna Kekuatan 'telah' dirahasiakan dari dunia, siapa yang melanggar aturan maka akan menerima konsekuensinya!"

"Tetapi Allyn dari King melanggarnya.?"

Hikari hanya diam. "Dia sedikit berbeda.."

"Hmm?"

Hush!

""!!"" Hikari yang pertama berhenti, langit terguncang karena tekanan kekuatan seseorang.

"Ada yang datang.." gumam Hikari penuh siaga.

Bash..!

Awan terbelah dan seseorang baru saja lewat di atas, mendahului mereka. Seorang gadis bersurai hitam panjang terbang di langit.

"Itu..!?"

"Hikari-nii! Ada yang tidak beres.."

"Hah??" angin bersepoi-sepoi tidak mau diam di satu tempat, angin itu malah berkumpul dan 'terseret'(?).

"........."

Raka dalam bentuk Awakening Mode mendarat di belakang Hikari serta Mizu.

"Sampai juga akhirnya.."

"Kenapa dia ada di sini? Apa yang terjadi dengan Ramadhani-san..." batin Mizu tegang.

"Mizu, kau pergi dari sini dan susul Riza.."

"Hikari-nii..?"

Hikari mengeratkan sarung tangannya. "Aku akan tinggal sebentar.."

"Tidak!" jerit Mizu. "Kita bersama dalam mengatasi masalah ini. Aku tidak akan meninggalkan Hikari-nii,"

"Hmph. Adik yang keras kepala.."

Krang!

Rantai-rantai yang bertuliskan rune melilit tubuh Mizu.

"Hikari-nii?"

"Maafkan aku, Mizu.."

"Tidak. Hikari-nii!!"

Mizu menghilang setelah rantai itu 'meremukkannya'.

"Sekarang tinggal kita dan tidak ada yang menghalangi..!" kata Hikari, ia menarik rantai dari telapaknya.

"Kau mengorbankan dirimu untuk membuat adikmu lolos?"

"Jangan salah sangka, tombak. Aku 'menghilangkan' Mizu karena dia bakal menghambat.."

"Benarkah.?"

"Kau banyak bicara!" seru Hikari tak senang. Hikari mengencangkan dua sisi rantai, rantai besi itu berubah menjadi merah api bara kehitaman.

Awakening Mode : Armored Chain Hell Greeduser

Hikari bermandikan zirah hitam pekat yang mengeluarkan api disetiap celahnya, tangan kiri berubah menjadi tameng kura-kura dengan mata pedang di ujungnya, helm berupa naga yang membuka mulutnya.

"Tenang seperti biru langit, dan kacau layaknya merah api.." kata Raka membacakan puisi. "Kau tahu betul kelemahan dan kelebihan lawanmu.?"

Tameng Hikari menghasilkan asap dan pedangnya menyala merah. "Aku anggap itu pujian.."

"Kau siap..?"

Raka menciptakan dua bilah dagger biru bermata putih. Tembakan api melesat ke tempat Raka, Raka menebas dagger kanan ke atas mengalihkan tembakan. Hikari menggenggam tangan kirinya, rantai-rantai api keluar dan menerjang ke tempat Raka. Sedangkan target berhasil menghindari serangan pertama, dan sisanya menerjang ke depan sampai ke tempat Hikari. Hikari tersentak, dagger kiri Raka menembus tameng pedang Hikari.

"Urgh?"

"Jadi informasi itu benar.." bisik Raka

"Tentu, kak Raka. Hikari Iblis Rantai memiliki kelemahan, yaitu pada saat dia menggunakan Kode Nama Arment maka semuanya berfokus ke titik serangan saja dan mengabaikan pertahanan.." jelas Luna lewat speaker.

"Argh.!" Hikari berteriak saat dagger itu menembus lengan kirinya.

"Terimakasih telah menjadi teman 'pemanasanku'..."

"Pemanasan!!?"

Tekanan kekuatan Hikari naik dratis.












































Langkah Jiwa : Sayatan Roh

Lelaki berambut hitam itu berjalan di dunia hitam-putih, Hikari dan Raka melambangkan warna biru dan merah. Ia mengayunkan pedang itu ke Raka tapi Raka tiba-tiba melompat menghindar, seketika warna dunia kembali seperti semula.

"Kak Raka, ada apa.?" tanya Luna. Darah mengalir dari kanan wajah Raka. "Luna, putuskan komunikasi dan jangan datang ke sini.." perintah Raka.

"Tapi--" komunikasi terputus saat pedang itu memotongnya. Raka kembali melompat menjaga jarak dengan orang baru itu.

"Aku tidak menduga salah satu Kebajikan akan datang..."

"Kau berhutang padaku, Hikari.." ucapnya.

"Akira.."

"Aku tidak ada niatan menyelamatkanmu... Tapi, jika Mizu sedih maka Riza akan kena efeknya juga."

"Alasan yang tak jelas.." kritik Hikari.

Lelaki itu menghentikan mata pedang ke mulut Hikari. "Aku bukan tsundere sepertimu.." celutuknya tersenyum hampa. Hikari berdecih kecil.

Bash!

Raka menebaskan dagger dan menciptakan hembusan angin biru yang kuat. Mata pedang yang dipegang Akira terbelah dua ditengahnya, Akira menebas angin itu, serangan Raka terhisap ke tengah-tengah mata pedang.

"Kenapa buru-buru? Santai saja, seperti kau biasanya, Raka~~"

"Akira.."

Akira mengangkat sebuah lentera dengan cahaya hijau di dalamnya.

Lentera Dunia Orang Mati

Debu berkumpul menciptakan tulang-tulang manusia. Tentara tengkorak tercipta seketika itu juga.

"Hei Hikari, kenapa kau tidak menggunakan kekuatan penuhmu?" panggil Akira.

"........." Hikari diam.

"Jika kau takut kekuatanmu menghancurkan dimensi ini maka kau tidak perlu khawatir. Karena yang membuatnya bukan Pengguna Kekuatan biasa.."

"Apa maksudmu..?"

Akira sedikit tersenyum. "Yang membuatnya adalah OMEGA, salah satu Batu Besar!"






W Other POV W






Kapal yang membawa Riza sudah hampir keluar dari Sungai Siring menuju jalur Sungai Barito lalu berlanjut keluar dari sungai ke arus yang menuju ke lautan dunia. Riza berdiri di pinggir lambung kapal, merenung.

"Hikari, Mizu---"

"---Aaaaaa!!"

"?" tanda tanya muncul dipikiran Riza. Saat dirinya menerbitkan wajah ke atas Mizu jatuh tepat di sana. Alhasil suara 'bruk' pun terdengar.

"Urgh. Apa? Mizu, kenapa kau ada di sini??" tanya Riza di bawah.

"Hiks.."

"Heh?" Riza memasang ekspresi bodoh melihat Mizu menangis. "Mizu..?"

"Hikari-nii... D-dia mengusirku!"

"Hah?"

"Tenangkan dirimu, Mizu. Hikari bukanlah orang lemah. Dia adalah salah satu anggota Divisi 2, divisi yang terkenal dengan 'kehebohannya'. Aku pernah melihatnya latihan dan selalu serius kapanpun dan di mana pun. Percayalah pada kerja kerasnya. Percaya pada kakakmu sendiri!"

"Nanaisme.." hening Riza.












































"Kurasa bukan begitu deh. Mizu hanya cemberut karena tidak dibawa Hikari.." batin Riza tenang.

"Sudahlah, Mizu. Kita akan bertemu lagi dengan Hikari.."

"Iya'kan..?" saat Riza meminta balasan namun Nanaisme hanya membeku memandang langit. "Ada yang salah?" tanya Riza bingung.

"Awannya... Tidak bergerak."

"........"

"HAH???!"

Kapal yang ditumpangi tiba-tiba berhenti, Rei keluar dari deck sambil memberi tanda.

"Sudah sampai ternyata.."

"Heh, Heh? Apa?" Riza kebingungan hebat.

DUUUUTTTT!!!

Suara terompet kapal memisahkan air dan membuat lubang, bayangan raksasa keluar dari kedalaman air. Itu adalah sebuah kapal lainnya.

"Tidak ada yang memberitahuku tentang ini.." syok Riza.

Nanaisme menembakkan sinyal. "Ayo kita naik Titanic!" Nanaisme melompat tinggi sampai ke kapal, mendiamkan Riza yang hampir gila. "Hah... Masa bodoh!" Riza mengikutinya bersama Mizu.











































"Riza telah memasuki Titanic.." lapor Sei yang memantau lewat cermin. Dia berada di salah satu ruangan di dalam kapal, sebuah ruangan penuh penerangan serta buku-buku.

"Sejauh ini semuanya berjalan lancar. Tapi ada yang aneh dengan langit. Sei, kau perhatikan saja jika ada yang tidak beres.." kata lelaki berambut coklat yang duduk di kursi. Ia mengenakan blazer yang agak formal. Sei mengangguk mengerti dan memberi perintah kepada anak kapal untuk segera berangkat.

Riza dan lainnya sudah naik le atas kapal. Mereka disambut hangat oleh anggota Pasukan Pemberontak termasuk Harazuo.

"Harazuo..?" kaget Nanaisme.

"Saya bertugas sebagai kepala keamanan di sini, Komandan Nanaisme. Dan And sebagai pemimpin di Titanic ini.." beritahunya.

Harazuo memanggil seseorang yang sedari tadi bersembunyi di belakangnya namun orang itu terlihat enggan untuk menampakkan dirinya.

"Maaf, komandan. Saga belakangan ini sangat pemalu..."

"Saga?" heran Nanaisme, lalu ia berusaha mengingat. "Saga dari Head Dragon.?" tebaknya, lalu Harazuo tersenyum dan ada anggukan kecil di sana. Nanaisme berlari kecil ke belakang Saga dan menyentuh kedua tangan gadis bersurai biru panjang itu.

"Senang berkenalan denganmu, Saga.!"

"......." Saga terlihat sangat pemalu, ia bahkan kesusahan hanya untuk membalas salam dari Nanaisme.

"Saya yang 'mengurusnya' sejak Entitas berkuasa dan menyiksa anggota lama Head Dragon hanya untuk mencari informasi tertentu. Pasukan Pemberontak menemukan Saga tanpa sengaja dan saya terpilih untuk mengawasinya.." cerita Harazuo.

"K-kasihannya kau.." nangis Nanaisme.

"T-tidak. S-saya tidak sesulit itu.." balas Saga lemah.

Lalu Harazuo melihat Riza yang terkagum akan Titanic, hingga mulutnya terbuka lebar. Nanaisme yang peka ia memutar badannya dan memperkenalkan Riza kepada semuanya.

"Orang ini adalah Riza. Dan kita harus menjaganya!" perintah Nanaisme.

"Maksud anda 'melindunginya', komandan.." bisik Harazuo.

"Kita harus 'melindunginya'!" ulang Nanaisme.

Riza memandang pucat ekspresi tak yakin anggota Pasukan Pemberontak lainnya. "Apa benar aku akan aman di sini?"























































Preview Next Arc

A : Halo semuanya, bertemu lagi setelah 2 week gak up xD

Pemberitahuan untuk Arc depan, akan dijelaskan maksud Cry dan kenapa Riza bisa memiliki Kode Nama Author

Dan rencana OMEGA dalam penyerangan ke kapal Titanic

Yah, ane rasa cuma itu?

Lagi malas ngetik. Sampai jumpa minggu depan? Bye '-'

RakaTrafagar, Akira_Eldes, Harazuo & sirokami_saga

Aizahikari, Aizuhime

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro