[1] First Help

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hari itu hujan turun membasahi Devildom, Asmodeus terjebak di salah satu butik dengan beberapa paper bag berisi pakaian dan sepatu. Bukan itu saja, ada juga tas-tas yang berasal dari toko kosmetik terkenal.

Laki-laki berambut champange itu cemberut, tangannya terulur untuk menangkap tetesan hujan sambil mengembuskan napas kecewa. Itu bukan hujan yang deras, tetapi tetap saja, menerobos akan membuat belanjaannya basah. Padahal nanti malam dia berencana menghadiri undangan pesta yang diadakan salah seorang Succubus.

Saudara kelima tertua itu gagal menghubungi siapa pun di House of Lementation karena ponselnya mati.

"Aku benar-benar sial," gerutu Asmo, menyesal tidak membawa payung yang dilipat rapih dalam kamarnya. "Bagaimana caraku pulang?" Pandangan diedarkan untuk mencari taksi, alih-alih dia malah melihat sosok bertubuh pendek yang familiar, melintasi hujan dengan payung hitam sambil menunduk menatap gawai.

"Oh, Jane!"

Gadis itu terus berjalan, malah makin cepat.

"Jane! Jane! Aku di sini!" Asmo melambai-lambaikan tangan, berusaha menarik perhatian. "Jane Morgaine! Hei!" Remaja itu berteriak dengan kedua tangan di sisi mulut, tetapi Jane masih terus berjalan.

Baru saja Asmo hendak menyerah memanggil kawan manusianya yang kian menjauh, dia melihat Jane berjalan lurus ke arah palang merah pertanda jangan parkir. Perasaannya tidak enak karena pandangan gadis pirang itu tampak dipaku pada layar ponsel, sekalipun jaraknya dengan tiang sudah menipis.

Buru-buru Asmo mengejar, dia menahan lengan Jane sebelum dahinya mencium tiang. "Kau ini kenapa, Jane?"

Jane terlonjak, akhirnya menyadari keberadaan Asmo. Dia melepas earphone dengan kening berkerut. "Asmo? Kenapa? Kok di sini?"

"Ternyata dari tadi kau pakai itu!" Asmo mencabut earphone kiri Jane. "Akan kusita. Bantu aku kalau mau mengambilnya kembali."

"Eh, kok gitu? Aku salah apa?"

Asmodeus mengabaikannya. Dia menarik gagang payung Jane, memposisikan benda itu di atas kepalanya seraya menarik pinggang gadis berseragam Royal Academy of Diavolo itu ke sisi tubuh. "Aku memanggilmu dari tadi, tapi kau tidak dengar! Lagipula, mendengar lagu saat sedang berjalan itu bahaya, Jane. Kau hampir menabrak palang jalan."

Jane mengerjap, menyadari kecerobohannya. "Ah, maaf. Aku suka kaget kalau mendengar bunyi guntur," akunya. "Omong-omong, apa yang bisa kubantu?"

Wajah Asmo berubah cerah, telunjuknya yang dicat kuku berwarna limau menunjuk ke depan pintu butik. "Bantu aku bawa itu, ya. Aku akan membayarmu dengan spesial spa sebagai gantinya."

Jane terbeliak. "Ba-banyak sekali. Kau membeli itu semua? Hebat."

Asmo tertawa bangga. "Tentu saja. Nah, ayo-ayo. Karena sudah ada payung, aku tidak perlu khawatir belanjaanku basah." Laki-laki bertubuh ramping itu bersenandung sambil mengamit lengan Jane mendekati butik.

Dalam benaknya, Jane bertanya-tanya bagaimana cara membawa paperbag sebanyak itu, jumlahnya kurang lebih 20 buah. "Kau mau pergi pesta lagi, ya, Asmo?"

"Awww, Jane! Kau sangat mengenalku. Tentu saja aku akan pergi. Tidak, aku harus pergi. Para penggemarku akan kecewa kalau aku tidak datang, lagipula aku perlu foto baru untuk di Devilgram dan tidak ada spot foto yang lebih oke daripada sebuah pesta bukan?"

Jane mengangguk-angguk. "Kurasa begitu."

"Jane mau ikut denganku? Kita bisa ke sana bersama-sama. Aku tidak keberatan untuk mendadanimu. Orang-orang akan menyukai sekaligus iri pada gadis cantik sepertimu." Asmodeus tersenyum lebar, suaranya terdengar ceria sekaligus bersahabat. "Kita pasti akan jadi pusat perhatian paling sensasional bulan ini kalau pergi bersama! Sepasang iblis-manusia cantik menghadiri sebuah pesta! Bagaimana menurutmu? Memikirkannya saja membuatku bersemangat."

Kedua mata Asmodeus berbinar-binar, seolah ada kerlip bintang memancar dari sana. Dia menatap Jane penuh harap. "Bagaimana? Kau mau?"

Keduanya baru sampai di depan butik. Asmodeus meletakkan payung dan mulai menaikkan salah satu tasnya sampai ke bahu, sementara Jane menghadapi pergolakan batin antara menerima atau menolak.

"Aku tidak terlalu menyukai pesta. Apalagi, kalau tidak bersama yang lainnya," cicit Jane dan mulai mengatur belanjaan Asmodeus. "Kurasa, aku tidak ikut."

Asmodeus mendesah kecewa. "Tapi, kan, ada aku. Aku akan menjagamu Jane, tidak akan ada yang berani menyentuh gadis yang dibawa Asmo. Biar bagaimanapun, aku adalah salah satu iblis terkuat di Devildom. Aku bagian dari student council, aku pasti menjagamu," bujuknya dengan wajah menggemaskan.

Jane bergumam. "Bukan begitu," dia tertawa sumbang, "aku hanya berpikir, karena baru tiba, sebaiknya manusia sepertiku tidak jalan-jalan di tengah-tengah pesta iblis. Ah, Lucifer juga pasti tidak akan memberi izin. Tentu saja, aku percaya padamu Asmo. Hanya saja, aku juga bukan tipe party person, haha. Maaf, ya."

Asmodeus mengangguk paham, dia tersenyum tulus. "Karena kau mengatakannya, kurasa juga Lucifer tidak akan setuju. Dia pasti akan lebih ingin murid baru sepertimu untuk membaca buku pelajaran daripada pergi ke pesta." Avatar of Lust itu mengibaskan tangan sambil menggeleng. "Kau sangat penting bagi rencana Lord Divaolo, tentu dia akan mengawasi keamananmu dengan ketat."

Jane mengangkat empat susun kotak sepatu. "Yep! Begitulah." Tangannya yang dipenuhi tas-tas kertas, lurus terentang di kedua sisi tubuh.

"Tapi, kau tetap harus pergi ke pesta suatu hari nanti, Jane! Aku memaksa. Aku akan menemanimu dan kita bisa pulang lebih cepat kalau kau mau, setidaknya kita berdua harus pergi bersenang-senang bersama sesekali."

"Terima kasih, Asmo."

Asmodeus mengedipkan sebelah mata. "Omong-omong, aku baru ingat sesuatu. Pinjam ponselmu, aku akan meminta yang lainnya ke sini dengan payung dan membantu kita."

Jane tersenyum kaku. Ponselnya di saku rok, sementara kedua tangannya tidak pernah sepenuh itu seumur hidup. Ekspresi Asmo semringah.

"Saku dada atau saku paha?"

"Ak-akan aku ambil sendiri."

"Jane, kau kelihatan menggemaskan saat sedang berusaha keras membawa belanjaanku. Namun, tidak perlu repot-repot. Tanganmu penuh, biarkan aku membantu, oke? Jadi sebelah kanan atau kiri, saku yang di atas atau bawah, hm?" Asmo sudah memutari tubuh Jane penuh minat.

Gadis itu menggeleng dan menyerahkan tumpukan kotak sepatu pada laki-laki di depannya. Jane menurunkan barisan tas di lengan kanan dan merogoh saku rok untuk menghubungi seseorang.

"Mammon, tolong jemput aku dan Asmo, ya. Kalau bisa, ajak Beel dan Levi juga."

"Aku sedang sibuk, Human. Sudah kubilang, jangan menggangguku di luar waktu sekolah. Kau telepon saja Levi dan minta dia datang. Ah, tapi palingan dia sedang main gim dan tidak memperhatikan ponselnya. Kalau begitu, Beel saja. Selama dibayar pakai makanan, dia akan langsung ke sana. Oke? Jangan ganggu aku, aku sib-"

"Mammon, kalau kau ke sini, aku akan membayarmu dengan layak." Asmo berbicara di telinga kanan Jane. Membuat gadis itu bergidik geli dan mengambil satu langkah mundur.

"Hah! Kalian pikir aku akan datang karena uang itu. Aku ke sana karena tidak mau Lucifer ribut akibat Jane tidak di rumah. Kalian di mana?"

Asmo mencebik. "Kau memang rendahan. Jane akan mengirimkan lokasinya ke DDD-mu. Ajak Beel, Levi, dan Satan juga."

"Tidak sekalian kau bilang ajak Lucifer, huh?"

"Aku akan membayarmu dua kali lipat kalau bisa menariknya ke sini."

"Tunggu dan lihat saja!"

***

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro