17. Ciuman Tersembunyi

Màu nền
Font chữ
Font size
Chiều cao dòng

Hanya untuk beberapa saat, Megan sempat terjatuh dan tenggelam dalam lumatan menggairahkan tersebut. Tetapi wanita itu segera tersadar dengan cepat. Megan kehilangan napasnya dan mendorong tubuh Mikail yang semakin mendesak dan menghimpitnya. Hanya demi kesia-siaan. Tubuh Mikail lebih besar dan tinggi, kekuatan pria itu jelas mendominasinya dengan tanpa daya.

Megan bisa merasakan kemarahan dalam setiap lumayan pria itu. Tak memberinya pilihan untuk menolak setiap sentuhan bibir pria itu yang menjelajahi bibir dan mulutnya. Kelihaian pria itu masih sama dan terasa begitu familiar. Megan kehilangan pijakan, dan genggaman di pinggang menahan tubuhnya meluruh ke lantai.

Mikail hanya berniat memberi pelajaran, tetapi rasa manis yang ia sesap dari bibir Megan lebih membuatnya tak berdaya. Menjadi candu yang sudah tertanam dan merasuk ke dalam tulang sumsumnya. Mikail menyumpah dalam hati.

Lumatannya semakin dalam dan panas, merenggut seluruh udara yang masuk ke dalam tenggorokan. Hingga wanita itu benar-benar tak bisa bernapas, Mikail menarik bibirnya. Membuat Megan tersengal, meraih udara sebanyak mungkin untuk bernapas. Dan Mikail bisa mendengar dengan jelas dada wanita itu yang berdebar dengan kencang. Melihat dengan jelas pipi dan bibir Megan yang memerah oleh dirinya. Seringai kepuasan tersungging di salah satu ujung bibirnya. Kelicikan melintas di kedua matanya.

Butuh beberapa saat bagi Megan untuk mendapatkan kembali napasnya dengan normal. Dan menyadari tubuhnya yang masih menempel di tubuh Mikail dengan posisi yang begitu intim. Melingkupi seluruh tubuhnya dan gairah pria itu terlihat begitu jelas. Menciptakan percikan-percikan familiar memenuhi dadanya. Hanya untuk beberapa detik yang menghilangkan kewarasan Megan. Detik berikutnya, Megan tersadar bahwa Mikail bukan lagi miliknya. Dan ia bukan lagi milik pria itu.

Megan telah memiliki kehidupan bahagia, dan tidak ada dirinya dalam kebahagiaan pria itu.

"Kau yakin akan kembali ke kehidupanku dengan cara seperti ini?" desis Mikail tajam. Gelombang emosi menerjang keduanya membuat udara di sekitar mereka berderak. "Aku tak akan membuat jalan yang kau pilih menjadi mudah, Megan. Itu sumpahku."

Megan mengerjap, seketika keputus asaan memanjat naik memenuhi dadanya dan merenggut napasnya. Sumpah Mikail tak pernah menjadi sekedar omong kosong. Sejenak menggoyahkan keyakinannya. "Kenapa kau lakukan ini, Mikail?" lirihnya dengan tanpa daya. Berupa bisikan yang lemah dan menyedihkan.

"Kau sudah memiliki kehidupan yang lebih baik, kau memiliki segalanya. Semudah itu kau pulih dengan kehancuran pernikahan kita. Tapi aku, aku lebih hancur dari pernikahan kita. Aku lebih remuk redam dan aku kesulitan bahkan hanya untuk mengangkat wajah dan menatap masa depan di hadapanku. Semua terlihat begitu sempurna, apa yang kumiliki hanyalah cangkang kosong. Aku tak memiliki apa pun, Mikail. Tidak ada satu pun," ucap Megan dalam sekali tarikan napas yang membuatnya tersengal dengan keras. Setiap patah katanya diucapkan dengan penuh emosional. "Hingga aku bertemu dengan Kiano. Dan aku... hanya dia yang kumiliki, Mikail. Yang tidak bisa kusentuh bahkan ketika dia berada di hadapanku."

Mikail menatap kepedihan di kedua mata Megan. Penyesalan dan naluri keibuan yang memekati kedua mata Megan. Untuk sejenak, semua emosi itu berhasil menyentuh hati Mikail. Tetapi Mikail segera menepis emosi tersebut dan menguatkan hatinya. Mendorong tubuhnya menjauh dari tubuh Megan.

"Dia tidak pernah menjadi milikmu dan tak akan pernah, Megan," ucap Mikail dengan tanpa hati. Kemudian tangannya terangkat ke arah kamera di sudut dan lampu di angka 24 menyala, pintu lift bergerak membuka dan Mikail berbalik melangkah keluar dari dalam lift. Meninggalkan tubuh Megan yang meluruh di lantai dan menangis tersedu. Memeluk tubuhnya sendiri. Hingga lift membawanya ke lantai 24 dan pintu lift terbuka. Jelita sudah menunggu di ambang pintu. Membelalak terkejut dengan tubuh Megan yang meringkuk di lantai dengan punggung bergetar hebat.

Ia sedang berada di apartemen Megan dan memeriksa jadwal siang ini untuk wanita itu ketika Mikail menghubungi dan meminta nomor Megan. Dan tak berselang lama, pria itu menghubunginya. Menyuruhnya menjemput Megan di depan lift. Ketika ia tak bisa menekan tombol buka, Jelita segera menyadari bahwa semua kendali lift berada di bawah kuasa Mikail. Dan yang bisa Jelita lakukan hanyalah menunggu.

Benar saja, ketika angka di atas pintu lift menyentuh angka 24, pintu otomatis terbuka dan ia terkejut menemukan Megan di sudut lantai.

"Megan?" Jelita bergegas menghampiri wanita itu dan memeluknya. Mengelus punggung wanita itu demi meredakan guncangan emosi yang sedang menenggelamkan Megan. Dalam usahanya, Jelita mengangkat wajah ke arah kamera di surut atas lift. Tahu dan yakin bahwa Mikail masih mengawasi mereka melihat pintu lift masih terbuka. Jelita pun bergegas membantu Megan bangkit berdiri dan membawa wanita itu keluar.

Megan masih terisak ketika Jelita membaringkan wanita itu di tempat tidur dan keluar kamar. Lima menit kemudian, Jelita kembali dan membawa segelas air putih untuk Megan.

Megan menghabiskan seluruh isi gelas seolah wanita itu tidak minum selama berhari-hari. Isak tangis Megan juga sudah mulai reda dan butuh beberapa saat bagi wanita itu untuk bersikap semuanya baik-baik saja.

Getaran ringan dari ponsel di dalam tasnya membuat perhatian wanita itu teralih. Membaca satu pesan singkat dari Nicholas.

'Apa kau sudah sampai di kamarmu?'

Megan segera mengetikkan jawaban ya yang singkat. Kemudian dibalas lagi oleh Nicholas. Bahwa siang ini mereka akan melakukan pemotretan di salah satu properti milik M-King.

"Ya," jawab Jelita sambil mengangguk ketika Megan menanyakan kembali tentang pemotretan dengan Nicholas. "Apa kau ingin aku merubah jadwalmu siang ini dan mengatakan bahwa mau sedang tidak sehat?" tawar Jelita melihat kepucatan yang masih melingkupi seluruh permukaan wajah Megan. Tahu bahwa apa puu yang sedang terjadi antara Megan dan Mikail memberi dampak yang cukup besar dan keras bagi wanita itu. Akhir-akhir ini Megan memang menjadi lebih sensitif dan ia sangat memahami hal tersebut.

Setelah bertahun-tahun, seorang Megan Ailee bersikap menjadi baik-baik saja di hadapan siapa pun. Tanpa membuka sedikitpun celah bagi siapa pun untuk melihat kekosongan dan kehampaan yang mengakar kuat di dalam hati wanita itu. Megan hanya mengikuti arus dan berharap semua itu sejenak mengalihkan dari kesepian yang mendera wanita itu.

Akan tetapi semua itu berubah ketika masa lalu Megan datang menyapa, menciptakan harapan yang sebelumnya tak pernah wanita itu miliki. Membuat wanita itu kembali hidup. Dan semua itu karena seorang Kiano Matteo. Anak yang pernah dilahirkan oleh Megan.

"Tidak perlu." Megan menggeleng. Meletakkan ponsel di nakas setelah membalas pesan singkat Nicholas bahwa mereka akan bertemu siang ini dan setuju pria itu akan menjemputnya. Sengaja mengabaikan peringatan Mikail. Jika Mikail ingin menghancurkan dirinya, Megan tak akan menghindar. Tak ada apa pun yang tersisa darinya yang bisa dihancurkan lagi oleh pria itu. Mikali sudah mengambil apa pun yang bisa direnggut pria itu darinya.

Kesepakatan apa pun yang ditawarkan oleh Nicholas, tak pernah terasa semenarik ini.

Bạn đang đọc truyện trên: Truyen2U.Pro